fourty three; honest

17.6K 1.1K 16
                                    

Malam pun tiba.

Nadiar tidak dapat menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini. Sungguh, walaupun mantan Nadiar bejibun, Nadiar tidak pernah menginap di rumah atau apartemen pacarnya. Itu terlalu ekstrim bagi Nadiar. Dan entah apa yang dipikirkan Pak Sultan, Ayah Nadiar itu malah dengan senang hati mengizinkan Nadiar tinggal di apartemen Alvis. Yah, walaupun Alvis adalah orang terpandang, namun, Nadiar sangat tahu jika Ayahnya benar-benar over protektif pada Nadiar. Alden juga begitu walaupun tidak menampakan keprotektifannya pada Nadiar. Kalau Bunda sih ..., membebaskan jika masih batas wajar.

Ah, yasudahlah. Yang pasti, jika Ayahnya percaya pada Alvis, Nadiar pun bisa mempercayai Alvis.

"Yang, bantuin aku, dong!"

Seruan Alvis membuat Nadiar turun dari sofa dan menghampiri Alvis yang terlihat sedang memasak untuk makan malam. Nadiar berjalan mendekat dan diam di samping Alvis. "Apa yang?"

"Itu. Tolong ambilin bahan-bahan di kulkas. Aku nanggung lagi dinginin makanan."

Nadiar mengangguk, lalu pergi ke kulkas dan membukanya. "Dimana yang?"

"Itu. Di sana."

"Di sana itu di mana tepatnya, yang?"

"Itu, tuh, yang itu."

"Yang itu tuh yang mana, yang?"

"Itu tuh."

"Yang, baleg atuh sateh."

"Apa?"

"Enggak. Ini tepatnya dimana, yang, bahannya?"

"Bawah despenser, kalo gak salah. Ada baskom kecil di situ."

"Tatadi atuh kitu teh."

"Apa?"

"Enggak. Aku cinta kamu, yang," balas Nadiar asal, lalu mengambil baskom yang Alvis katakan, dan menutup pintu kulkas. Nadiar melangkahkan kakinya ke arah Alvis dan memberikan baskom itu pada Alvis. Disana, Nadiar tidak langsung pergi dan memperhatikan saat Alvis memasukan beberapa ayam goreng ke dalam bumbu entah apa namanya. Namun, bumbu itu terlihat coklat kemerahan dengan irisan bawang yang sedikit menyatu di bumbu itu. Nadiar mengerutkan alis melihatnya. "Itu bumbu apa, yang?"

"Ini?" tanya Alvis sambil sedikit mengangkat baskomnya, namun tetap melanjutkan aktifitasnya. "Saos bikinan aku."

"Oh ya?" Nadiar bertanya antusias dengan matanya yang berbinar kagum. "Kok bisa, sih?"

"Bisalah, kan ada bahannya," ucap Alvis sambil mendengus geli. "Aku malah kagum sama kamu yang gak bisa masak sama sekali."

Wajah Nadiar berubah cemberut seketika. "Kamu ngejek aku?!" pekiknya sebal. Nadiar merasa menyesal telah mengungkapkan hal tersebut.

Alvis menggeleng dengan wajahnya yang dibuat polos. "Enggak. Aku cuma ngomongin fakta."

"Ih yaaangg!" seru Nadiar dengan mata melotot, dan di balas kekehan Alvis. "Kamu buli aku, nih? Aku terdzolimi, kalo gitu! Orang yang terdzolimi itu doanya di kabul, tau! Kamu mau aku kutuk jadi batu atau mau aku ubah jadi ikan kerapu kayak di film kembar botak itu? Iya?"

Alvis terkekeh. Lelaki itu kemudian berjalan ke arah Nadiar hingga berada tepat di depan Nadiar. Alvis melipat kedua tangannya di depan dada, lalu mencondongkan kepalanya ke arah Nadiar.

"Eh! Eh! Mau ngapain?!" seru Nadiar panik sambil melotot dan memundurkan tubuhnya menjauh dari Alvis. Namun, bukannya berhenti, Alvis malah terus memajukan tubuhnya hingga bokong Nadiar menabrak tembok pantry dapur. Nadiar menahan napasnya. "Ih, yang! Kamu mau apa?!"

Handsome CEO [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang