fourty four; true colors

17.2K 1K 6
                                    

Alvis duduk tegap di kusi makan dengan Nadiar yang duduk tepat di sebrangnya. Alvis tetap menatap makanannya lurus-lurus dan tak mempedulikan tatapan tajam Nadiar yang sedari tadi menghunus ke arahnya. Alvis tahu, Nadiar menyadari akan adanya masalah yang Alvis sembunyikan dari Nadiar. Untung saja, saat mereka saling bertatapan, telfon Alvis berdering dan Alvis berterima kasih pada Devan yang sudah menganggu momen menegangkan barusan. Untungnya lagi, Nadiar memiliki penyakit yang sangat membantu. Nadiar mendahulukan makanan di atas segalanya.

Namun, saat makanan habis, Nadiar sepertinya langsung ingat dengan pertanyaannya yang belum terjawab itu. Nadiar terus saja memelototi Alvis yang sedang makan. Dan sialnya, Alvis cukup gugup karena pelototan Nadiar. Tapi untunglah. Nadiar tidak bertanya lagi.

Alvis menghabiskan suapan terakhirnya, lalu mengambil beberapa lembar tisu dalam kotak yang terdapat di atas meja, kemudian mengusap bibirnya, dan membuang tisu itu ke dalam piring kotor bekas makannya. Alvis lalu mengangkat gelas di samping piring tersebut, kemudian meminum air putih di dalamnya.

"Jadi, apa yang kamu sembunyiin?"

"Uhuk! Uhuk!" Alvis tersedak minumannya sendiri, lalu kembali meminum sisa air didalamnya dengan rakus. Ia menghela napas panjang, kemudian menatap tegang pada Nadiar yang menatap Alvis dengan tatapan penasaran. Alvis mengerjapkan matanya pelan, kemudian mengubah raut wajahnya menjadi tenang. "Kamu segitu penasarannya?"

Nadiar mendelik, lalu membuang napas pelan. "Aduh baby Al. Kamu kayak yang gak tau aku aja. Aku kalo udah penasaran, bakal caritahu terus, tau! Jadi," jeda, Nadiar bersidekap di atas meja dengan matanya yang sekarang memincing tajam. "Apa yang kamu sembunyiin dari aku, baby Al?"

Alvis menelan ludahnya dengan susah payah. Ini karena keteledorannya karena tiba-tiba meminta maaf pada Nadiar. Yah, Alvis tidak heran juga mengapa Nadiar sangat curiga dengan satu kata itu. Alvis memang sangat jarang untuk meminta maaf dan berterima kasih. Seberapa banyak pun ia membuat kesalahan dan seberapa banyak pun orang berjasa padanya, Alvis tidak pernah mengatakan 2 kata ajaib itu. Baginya, itu terlalu merendah. Dan hanya harga diri orang rendahlah yang mengatakan hal tersebut dengan gampangnya.

Jadi sekarang, ayolah berpikir Alvis! Gunakan otak cerdasmu untuk mengatakan alasan yang bohong pada Nadiar! Jangan jujur padanya jika kata maaf itu adalah karena tindakanmu yang telah secara tidak sengaja menyakiti Nadiar juga. Ya, Alvis berpikir demikian. Bukan hanya menculik saja yang Alvis lakukan pada Satria Inandra. Alvis pernah mencoba membunuh Inandra. Karena itu, Inandra sekarang memiliki bodyguard yang sangat banyak. Namun, bukan itu yang membuat Alvis mengucap maaf pada Nadiar. Namun, karena kemungkinan banyaknya air mata yang Nadiar keluarkan atas kekejaman Alvis pada Inandra.

Mendapat sebuah lampu di atas kepalanya, Alvis tersenyum miring, kemudian berdeham. "Kenapa kamu bisa mikir kalo aku nyembunyiin sesuatu?"

"Karna kamu jarang bilang maaf."

Alvis menghela napas panjang, membuat dirinya seolah terlihat merasa bersalah. "Sebenernya ..."

Perkataan gantung dari Alvis membuat Nadiar mengerjapkan matanya dengan semangat, lalu mengeratkan sidekapnya. "Sebenernya apa?"

"Sebenernya ..."

"Ya?"

Alvis membuang napas perlahan, lalu menundukan kepalanya. "Cuma ada satu kamar di sini."

"Oh, jadi, cuma ada satu kamar di—WTF COEG?!"

Alvis berjengit kecil, lalu mengerjap. Mata Alvis memandang Nadiar yang kini berdiri sambil melotot dengan binar kaget, sedangkan mulutnya terbuka setengah. Pacar Alvis ini ..., kagetnya benar-benar tidak elit. Namun, Alvis segera membasahi bibir dan mengangguk pelan, seolah merasa sangat bersalah. "Iya."

Handsome CEO [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang