Apa kau sosok yang nyata ?

178 10 2
                                    

Semakin hari aku semakin merasakan kehadiranmu, Tuan. Namun, meski hubungan pertemanan kita sudah dimulai sejak 3 bulan terakhir, aku masih belum tau jelas dirimu. Kau masih bias. Meski banyak yang kau ceritakan tentangmu, keseharianmu, keluargamu dan apapun hal mendetail yang mau kau ceritakan padaku.
Yang kusadari sekarang, kau adalah tokoh dalam ceritamu, aku tak mengenalmu sebagai sosok yang nyata sesuai dengan ceritamu. Maksudku, aku tak pernah menyaksikan langsung seperti apa dirimu dan hidupmu.
Kau bilang, kau memiliki kakak perempuan, aku tak pernah bertemu dengannya. Kau bilang, kedua orang tuamu punya toko kue yang besar, aku belum pernah melihatnya dan mencicipi kuenya. Kau bilang kau baik dan asik, aku belum pernah membuktikan itu lebih jauh.
Kadang aku berfikir, apa Kedira itu hanya tokoh dongeng yang kau ciptakan sendiri hanya untukku atau memang nyata. Aku tak pernah menyentuhmu dengan nyata, membuktikan semua yang kau katakan, bahkan membuktikan bahwa kau ada.
Apa sosokmu sesuai dengan tokoh yang kau ceritakan, Tuan ? Aku ingin membuktikannya sendiri. Bawa aku kedalam hidupmu lebih jauh lagi. Kita akhiri saja semua dongengmu, bawa aku keduania nyatamu.
***
Setelah kau pamit untuk pergi hiking ke papandaian, kita tak pernah bertemu lagi.  Entah apa yang terjadi padamu, sampai hati kau membuatku menunggu. Satu bulan berlalu, tanpamu, mana mungkin kau terus berdiam digunung? kau dimana, Tuan ? Aku merindukanmu untuk kesekian kalinya. Segala pertanyaan berlalu lalang dipikiranku. Kau siapa, Tuan ? Apa kau nyata ?
Bisakah kau menjelaskan, apa maksudmu menemuiku ditaman, apa maksudmu menceritakan tentangmu padaku, dan apa maksud dari semua yang kita jalani?
Jika tak bisa lagi menemuiku ditaman, biarkan aku tau kau dimana, biar kupastikan tidak terjadi sesuatu padamu. Tuan, kau harus bertanggung jawab atas segala kerisauanku. Kau membuatku terus mendengar ceritamu, kau membuatku peduli padamu, lalu kau menghilang menanggalkan ceritamu yang belum usai.
Meski hanya separuh kehidupanmu yang kuketahui, meski tentangmu masih kupertanyakan, aku menyayangimu, Tuan. Aku memperdulikan tentangmu, meski tak pernah ku banyak bertanya padamu.
Keyakinanku bahwa kau akan berkata apapun yang kau mau, dan tanpa sadar pertanyaan yang belum kutanyakan akan kau jawab.
Itu salah, Tuan, harusnya aku bertanya banyak tentangmu. Masalah apa yang menimpamu sekarang selain skripsi yang belum tuntas dan hubunganmu dengan Ira ? Apakah kedua hal itu sangat memberatkanmu akhir-akhir ini, hingga tak kuasa kau menemuiku untuk berbagi cerita?
Katamu, suatu hari nanti kau akan melanjutkan ceritamu denganku agar menjadi cerita kita. Aku mau, Tuan, sungguh, aku mau menjadi bagian dari ceritamu, bahkan aku mau menjadi akhir ceritamu.
Apa semuanya tak akan terjadi ? Apa kau memilih jalan cerita lain ? Tanpa aku ?
Datanglah Tuan, aku menunggumu.
***
Akhirnya ku-beranikan diri datang menemui kelasmu dan menemui Andre yang kau bilang sebagai sahabat karibmu itu. Setidaknya aku harus mendapat nomor handphonemu, aku menyesal karena hanya menulis nomorku di blackberrymu itu, tanpa aku simpan juga nomormu. Padahal, jika benar kau perduli, kau harusnya menghubungiku.
"Si kodir lagi di Jakarta, penelitian buat skripsi," jelasnya, tanpa tau siapa yang berani menanyakan sahabatnya itu.
"Kalo boleh tau, sama siapa ya?"
"Sama Ira."
Pertanyaanku hanya sampai disitu, kuurungkan niat meminta nomor handphone-mu. Mendengar nama Ira saja, rasanya kesal sekali. Jika mengingatnya, seolah perasaanku adalah sebuah kesalahan yang menyulitkan diriku sendiri.
Pemikiranku semakin kacau tak terkendali. Apa cerita tentang Kedira dan Ira itu sebenarnya belum usai, atau memang kau merajut kembali kisahmu denganya. Atau mungkin, kau dan Ira hanya kebetulan bersama untuk penelitian ?
Entahlah, aku tidak mengerti semuanya. Apakah kau menghampiriku untuk melupakan Ira, apa hanya iseng semata ?!
***

Durasi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang