Hari minggu tak bertemu

219 10 0
                                    

Rencanaku untuk bertanya banyak tentangmu waktu itu gagal. Ternyata Tuhan tidak mempertemukan kita hari minggu setelah sabtu sore kita bertemu.
Satu minggu kemudian, kau datang melintas lagi didepanku.

"Hai hera, aku hari ini ga terlalu buru-buru"
"Waktu itu kita ga ketemu,"
"Iya," jawabmu dan duduk disampingku.
"Berarti kita tak berjodoh dong"
"Istigfar Hera, kamu suudzon sama ketentuan Tuhan"
"Astagfirullah..." aku beristigfar pelan.

Kau memang benar Tuan, katamu kita berjodoh jika bertemu hari minggu itu, tapi jika tidak bertemu bukan berarti kita tak berjodoh.

Aku merasakan kembali kehadiranmu, yang hanya beberapa menit mampir di setiap hariku. Setelah hari itu, kami sering bertemu didepan taman fakultas dan taman toko buku sebrang kampus.

Tanpa janji lewat telpon ataupun bertanya langsung, kita tetap bertemu, karena sejak awal kau tau jadwalku menyendiri dari hari senin sampai sabtu. Setiap minggu kita tak saling bertemu, dan hari seninnya tak saling bertanya tentang hari kemarin. Katamu, itu ga penting, hari kemarin itu milik kita masing-masing. Katamu suatu hari nanti aku akan tau tentangmu setiap hari yang akan menjadi hari milik kita berdua.

Sejauh ini pembicaraan kita masih tentang kamu dan sedikit tentangku. Setiap harinya dengan singkat kau bercerita siapa kawanmu, siapa lawanmu, keseharianmu, kebiasaanmu kesukaanmu dan masih banyak lagi.

Entah apa maksdmu menceritakan semuanya padaku, bahkan tentang aibmu. Kau percaya padaku aku bisa menjaga semua rahasiamu, kau meyakiniku bahwa akulah yang tau segala kejujuran yang kau punya dan yang tidak mereka tau.

***

"Sore Hera," sapamu lalu duduk disampingku.
"Sore juga Kedira," aku tersenyum, itu yang selalu mengawali perbincangan kita. "Ko tumben telat?"
"Hera, saya bawa greentea nih, tapi mekrnya lain, bukan yang biasa kamu minum."
"Ini dari mana? Kamu bikin sendiri?" tanyaku heran sambil membolak balikan botol minum berwarna biru berlabel "tuwirter*.
"Iya saya bikin special buat kamu, makanya saya telat kesini soalnya nunggu dulu greenteanya dingin," jelasmu.
"Uhh cocwittt" aku langsung melenggak greentea dingin buatanmu. Lalu aku berikan padamu untuk kau minum.
"Manisnya pas kan ya?" tanyamu lalu melenggaknya. Aku tersenyum dan mencoba usil dengan menyenggol lenganmu. "Aaakk!" teriakku melihat greentea itu tumpah membasahi wajah dan jaket kesayanganmu.

Kamu menatapku tajam, berusaha untuk marah namun tetap tersenyum setelahnya.
"Aahhh ampun ampun!" aku langsung mengobrak-abrik tasku dan mengeluarkan tisu yang tinggal beberapa helai lagi. Langsung ku bersihkan wajah dan jaketmu.
"Kamu tuh ya, udah mulai kaya aku. Lagi belajar usil ya neng?"
"Hehe tapi gagal kayanya, jadi begini deh," aku bukan tipe orang usil, pendiam, dingin dan kaku. Tapi entah mengapa sejak bertemu dengannya aku ingin terus bercanda, meski dia pun selalu bercanda dengan gaya coolnya, tak se-becanda laki-laki humoris lain.

Kami semakin dekat, meski terdengar kaku, perbincangan kita selalu mengasikan, bagiku. Meski aku tak selalu terbuka padanya, tapi aku merasa dia tau segala tentangku. Tanpa bertanya dia akan tau jika aku sedang badmood.

"Ah jelek mukanya, ngerusak suasana indah sore aja,"
"Ih!"
"Kalo kamu ga mau ngasih tau kamu kenapa, aku ga perduli, yang aku perduliin adalah aku mau ada terus disamping kamu," dia tersenyum geli.

Iya Tuan, apapun kondisiku, melihatmu saja aku merasa tenang. Saat itu aku masalahku hanya karena mendapat tugas tambahan dari dosen matakuliah announcing karena bolos satu hari, katanya untuk menyempurnakan nilai.

"Hera, kayanya aku bakal resign kerja deh," katamu tertunduk. Katamu, kamu malu meminta uang pada orang tuamu untuk biaya kuliah, makanya sejak masuk kuliah kau berusaha mengurusnya sendiri. Terakhir kau bekerja sebagai barista di cafe sahabatmu di buah batu.

"Aku mau fokus dulu skripsi, do'ain ya," aku mengangguk.
"Kalo kamu ngulur-ngulur waktu semakin banyak masalah yang kamu ciptakan," kataku sambil melihat daftar isi novel yang baru saja aku beli.
.

Durasi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang