TUJUH (1/2)

291 25 0
                                    

'KAU ingin menonton apa?'

Rangga duduk bersila di atas sofa, di ruang tamu rumah Jihan. Lelaki itu memangku kotak kardus yang dijejali berbagai macam DVD film milik keluarga Jihan. Ada film romantis kesukaan ibunya, film sejarah kesukaan ayahnya, film action kesukaan Jihan yang juga merupakan genre film kesukaan Rangga, dan beberapa genre film lain yang hanya menjadi minoritas.

Jihan meletakkan stoples penuh popcorn yang tadi mereka beli di minimarket, lalu melirik ke arah Rangga yang tampak sibuk memilih. Seolah-olah ia sedang memilih setelan yang akan dikenakan untuk menghadiri jamuan makan malam dari Presiden. Setumpuk DVD sudah berpindah ke pangkuannya.

'Bagaimana kalau film ini?' Rangga menyodorkan satu DVD ke arah Jihan. Gadis itu mengernyit dan langsung memalingkan wajah setelah melihat kover DVD itu.

'Kau tahu benar aku tidak suka nonton film seperti itu,' gerutu Jihan sambil merutuk dalam hati. Siapa yang tega memasukkan film horor seperti itu ke rumah ini? Ia berharap tidak ada film lain bergenre sama di dalam kotak kardus itu.

Rangga menatap gadis berambut panjang hingga menutupi sebagian wajahnya di kover itu. Gadis itu sedang merangkak seolah hendak melompat keluar dari kover. Tampak tidak peduli pada gaun putihnya yang kotor. Rangga terkekeh lalu bergumam, 'Sesekali tidak ada salahnya menunjukkan kelemahanmu sebagai perempuan.'

Jihan mengepalkan tangan lalu mengetuk kepala Rangga dengan kesal. Lelaki itu mengaduh sambil mengusap-usap kepalanya.

'Ini saja,' usul Jihan sambil tersenyum iseng. Ia menarik salah satu DVD yang menampilkan dua orang gadis detektif cerdas yang sering memecahkan berbagai kasus.

Rangga bergidik dan melirik sekilas ke arah Jihan. 'Itu terlalu berat, Jihan. Aku ingin menonton film yang seru tapi santai. Seperti ini misalnya ....' Ia menarik lagi sebuah DVD dan menunjukkannya pada Jihan.

Kening Jihan berkerut samar. 'Film itu lagi?'

'Ya. Ini film favorit kita berdua, kan?' Rangga mengeluarkan kepingan DVD dari wadahnya dengan hati-hati.

Film action itu dipenuhi dengan balapan mobil-mobil keren dan diwarnai dengan adegan laga yang seru. Pusat dari cerita ini adalah sekelompok orang yang sangat menjunjung tinggi persahabatan mereka. Bahkan mereka sudah merasa terikat seperti saudara. Kurang lebih seperti hubungan Jihan dan Rangga saat itu. Setidaknya sudah empat kali mereka menonton ulang film tersebut. Dan itu berarti ini akan menjadi yang kelima.

Pertama kali Jihan dan Rangga menonton film itu di bioskop dan langsung jatuh cinta. Setelah itu, mereka mengumpulkan uang untuk membeli DVD-nya bersama. Sehingga mereka bisa menonton film itu kapan pun mereka inginkan.

'Kukira kau sudah bosan.'

'Mana mungkin,' sahut Rangga sambil menyingkarkan kotak kardus dari pangkuannya. Kata-kata selanjutnya lebih seperti bisikan. 'Apalagi aku menontonnya denganmu.'

'Apa?'

'Apalagi sequel film ini akan rilis pertengahan tahun ini. Setelah kita lulus dari SMA,' Rangga berjongkok memunggungi Jihan, sambil meletakkan DVD ke dalam player. 'Kau mau kita pergi menonton bersama?'

'Tentu saja,' sahut Jihan tanpa berpikir lagi. Bahkan tidak memikirkan sedikit pun kemungkinan bahwa rencana menonton itu ternyata tidak pernah terwujud.

Jihan melipat kaki dan memeluknya di atas sofa sambil menunggu Rangga selesai memasang DVD. Ia sudah mengganti seragam sekolah dengan kaus oblong dan celana jeans selutut. Begitu juga dengan Rangga yang tadi sempat pulang sebentar untuk berpamitan pada orang tuanya bahwa ia akan pulang larut malam ini. Sering kali Jihan merasa iri pada anak lelaki yang begitu mudah mendapat izin untuk pulang malam.

Orange Sunset ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang