Perang Srikandi

13 2 0
                                    


Jolene, i'm begging of you please don't take my man.—Dolly Parton

*

Untuk pertama kalinya Sheyra pergi ke kampus tanpa kawalan Ares, atau sahabatnya yang lain. Adanya tugas dadakan yang harus dikumpulkan pagi ini juga membuat Sheyra pagi-pagi betul datang ke perpustakaan universitas demi melengkapi data. Dan ia tidak tega membangunkan Ares yang sedang pengar.

Iya, juga karena malu insiden cium pipi subuh tadi. Tapi, itu kan hanya spontanitas! Bukankah Prudence, Eridik dan Vero juga sering mengecup pipi Ares atau Mahes? Jadi... itu dapat dianggap normal, kan?

Iya, kan?

Tapi Sheyra tidak dapat memikirkan hal remeh itu terlalu lama. Tugas Multi National Corporation sudah melambai-lambai untuk segera dijamah.

Hampir satu jam bersela, keasyikan Sheyra menggarap makalah terganggu oleh kedatangan dua perempuan yang memasang wajah sangar. Kedua tangan mereka dilipat di depan dada. Salah satunya menutup layar laptop Sheyra dengan semena-mena dan melemparkan tatapan sinis.

"We need to talk."

Sheyra mengernyitkan dahi, "Aku enggak ngerasa ada yang harus dibicarakan sama kalian berdua, Kak Dama dan Kak Caca."

Dama sudah ingin mengonfrontasi tapi Caca mencegahnya melalui remasan di bahu, lalu berdiri di depan Dama, menjadi perisai.

"Gue enggak ngelakuin ini untuk lo. Gue cuma enggak mau berdebat di perpus." Bola mata Caca berputar, malas. "Kami butuh bicara sama elo. Ngerti?"

Sheyra sudah setengah membuka mulut sebelum menyadari sesuatu. Gadis itu mengendikkan bahu.

"Mau kemana? Aku gak punya banyak waktu."

Dama tertawa sinis, "Just wait and see. Lo ikut kami."

*

Tempat yang dipilih Dama dan Caca adalah saung tempat anak UKM Tari berlatih. Berbeda dengan PKM lain yang selalu ramai disambangi anggotanya, saung ini selalu sepi kecuali ada latihan atau saat dekat waktu pagelaran. Maklum, berada di ujung dan dekat dengan hutan buatan milik fakultas Teknik Pangan membuat aura saung itu agak spooky. Selain itu, disana banyak nyamuknya. Jadi daripada terjangkit DBD, lebih baik memang tidak terlalu sering kesana.

Menilik lengangnya keadaan, pantaslah saung itu dijadikan lokasi eksekusi. Selain untuk meminimalisir drama dan mulut-mulut jahil yang gemar berkasak-kusuk, juga agar tidak ada yang memergoki tindakan semi barbar ini.

Maksudnya tentu saja Ares.

Lebih spesifik lagi, Ares dan kawan-kawannya.

"Mulai dari mana, kita? Saking banyaknya hal yang harus dibahas...,"

"Gimana mulai dari 'jangan kegatelan sama cowok orang'?" Caca memberi usul. Seringai dingin membirai wajah ayunya, angkuh.

"Siapa yang kegatelan sama cowok orang?" Sheyra mengernyitkan dahi. "Cowok siapa yang kalian maksud? Ares?"

"Just don't playing dumb with us!" bentak Dama. "Lo tahu betul, apa persisnya yang kami permasalahkan. Kedekatan elo sama Ares itu..., enggak wajar. Jadi, kalau memang salah itu ngaku aja. Minta maaf. Kami sangat mengerti kalau memang kamu ada rasa ke Ares lebih dari sahabat. Tapi caranya enggak gini. Pake cara babu, caper enggak jelas!"

"Wh—what??" mulut Sheyra menganga lebar saking tidak percayanya ada tuduhan serendah itu ditujukan padanya. "Wait. Sepagi ini kalian mabok di mana sampai omongannya ngaco enggak berdasar seperti ini?"

A Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang