The biggest problem is I still care.—Unknown
*
Rasanya tidak ada hubungan kakak-beradik dengan kadar kedekatan melebihi Ares dan Celinne. Lebih dari apapun dan siapapun, Celinne adalah segalanya untuk Ares. Lebih dari gadis-gadis yang pernah dipacarinya, sahabat dan sepupu kesayangannya, Papi, bahkan Mami yang melahirkannya. Usia yang nyaris sebaya memudahkan mereka untuk saling memahami dan menasehati tanpa merasa digurui atau dihakimi.
Ares dan Celinne hanya dua bersaudara. Papi dan Mami mereka lebih sering pergi mengurus perusahaan dibanding kedua anaknya—bukannya mereka mengeluh. Tidak seperti anak-anak lain yang lebay dan merasa ditelantarkan saat orang tua mereka sibuk bekerja, Ares dan Celinne malah menikmati. Toh, Papi dan Mami juga bekerja demi memberikan fasilitas terbaik untuk mereka. Mobil keluaran terbaru, ponsel pintar yang paling mutakhir, uang tak berseri—sebut saja. Mendapatkan semua hal itu sebagai kompensasi membuat Ares dan Celinne seperti anak tak tahu diuntung bila masih berani protes.
Lebih sering berdua saja dengan sang adik memaksa si sulung Celinne naik jabatan menggantikan Mami-Papinya dalam hal mengurus rumah dan bayi besar—Ares. Dan dia sangat piawai di bidang itu, mengungguli Mami.
Lebih sering berdua saja dengan sang kakak, menjadikan sosok Celinne menyaru seorang Ibu untuk Ares. Karena seingat Ares, Celinne selalu ada dan terlalu ada. Saat Ares sakit, pertama kali mendapatkan mimpi basah, cinta dan patah hati pertamanya, juga sering mengeluarkan Ares dari berbagai masalah.
Dan Celinne memberi Ares hidup kedua; Ares adalah ex cancer fighter. Leukimia, tepatnya. Saat itu, ia masih berusia lima tahun. Untuk penyembuhan, salah satu jalan yang ditempuh adalah transplantasi sumsum tulang belakang, dimana donor yang cocok biasanya berasal dari saudara kandung. Dan—puji Tuhan—sumsum tulang belakang Celinne cocok dengan Ares. Operasi dilakukan tak lama setelah hasil tes diterima.
Ares sudah dalam pengaruh obat bius, tapi masih dapat mendengar; tangisan Mami, doa Papi, perkataan dokter. Herannya, sang kakak yang biasanya ekspresif, terdengar sangat kalem. Tidak menangis, tidak menyuarakan kekhawatirannya. Saat Mami bertanya apakah Celinne takut, kakaknya malah balik melontarkan pertanyaan yang sama berjuta kali,
"Tapi habis ini Aresky beneran sembuh, kan, Mam?"
His sister put himself first above herself.
Jika hal tersebut belum membuktikan kasih sayang yang begitu besar antara Celinne dan Ares, ada satu kejadian yang menguatkan. Terjadi begitu Celinne tersadar setelah operasi. Gadis kecil itu menangis histeris dan berteriak,
"Mami, kenapa Celinne hidup lagi? Adek Celinne gimana?!"
Celinne Kecil mengira ia akan mati bila diambil sumsum tulang belakangnya. Celinne Kecil mengira dirinya akan mati, namun tetap memberikan yang dia miliki untuk adik semata wayangnya.
Ares tidak pernah mengetahui ada pengorbanan yang lebih manis.
Celinne adalah segalanya dan akan selalu begitu. Ares sangka, sang kakak menganggapnya sama.
Sampai tragedi itu terjadi.
*
Sheyra tidak mampu mendengar lebih banyak lagi. Gambaran umum yang diungkapkan Dama dan Caca sudah menjelaskan semuanya. Sheyra tidak mau—tidak sanggup—mendengar lebih banyak lagi. Ucapan-ucapan itu seperti sembilu yang menduri. Sheyra ikut dapat merasakan sakitnya. Sheyra ikut merana.
Luka menganga yang tidak pernah sembuh—Sheyra pikir, Ares hanya mengada-ada ketika memberitahunya fakta pahit itu. Ternyata yang terjadi bahkan lebih dari yang Sheyra bayangkan. Yang Ares alami, tak lebih baik dari mimpi buruknya sendiri. Jadi, bagaimana bisa Sheyra lancang mengajak Ares untuk bersama, sok gagah, menyongsong badai?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece of Heart
RomanceHow do I love thee? Let me count the ways. I love thee to the depth and breadth and height My soul can reach, when feeling out of sight For the ends of being and ideal grace. I love thee to the level of every day's Most quiet need, by sun...