Friendship is the start for what you called love.—Abraham Lincoln
*
Dua hal yang tidak mutlak di dunia ini adalah waktu dan hati. Waktu dapat terlihat berlari cepat atau bahkan berhenti—di saat yang tepat maupun salah. Ia akan melahap habis segala hal yang berlangsung dan menggantikan dengan peristiwa baru. Linikala berjalan dan manusia berubah. Itu fitrah.
Seiring tarian anggun sang waktu, ia membawa hati turut berdansa bersama. Menjajaki beribu perkara yang dapat mengubah ritme, menjadikan hati tak sama lagi atau bahkan menguatkan yang sudah terjadi. Hati itu lentur. Ia dapat berubah bentuk sesuai dengan segala peristiwa yang waktu suguhkan.
Bagi Ares dan Sheyra, kejadian Ares-to-the-rescue beberapa pekan lalu adalah sebuah turning point. Memutar haluan dan membalikkan roda. Waktu mengambil apa yang pertama kali menjadi kesan dan intensi dan menggantikannya dengan sebentuk benang merah yang mengikat rantai afiliasi. Begitu natural, termasuk kedekatan Sheyra dengan para manusia laknat yang sekarang menjadi Sheyra's brand new bff. Padahal dulu kedatangan Sheyra dianggap sebagai potensi bencana yang disiaga-satukan. Cukup beberapa minggu saja, Sheyra mampu melumerkan perisai yang dipasang tinggi.
Kehadiran Sheyra dianggap sebagai kompensasi atas satu bentuk kehilangan dan neraka yang tersaji, dulu sekali.
Asal tidak terlalu berekspektasi, segalanya terlihat sempurna.
Rasanya ternyata jauh lebih menyenangkan ketika segalanya tidak selalu dibumbui oleh pikulan prasangka. Tidak terbeban oleh perasaan-perasaan yang kompleks. Tidak terpenjara oleh lingkaran ketidakpastian yang tidak pernah menekan tetapi selalu ada sebagai ancaman.
Tapi tidak akan ada hal terlalu mudah.
*
Jam dinding di ruang tamu sudah berdentang tujuh kali sejak lima menit lalu. Sheyra mengetukkan kaki ke lantai, mengumpati keterlambatan Ares bersiap.
Sudah beberapa kali Sheyra memperingatkan Ares untuk stop bermain DotA sejak pukul satu dini hari. Ternyata malah si Kampret bablas main sampai subuh. Memaksanya ikut melek, pula! Jelas saja mereka semua sekarang kesiangan, padahal kelas dimulai kurang dari setengah jam lagi.
"Ubuuuul!!"
Semenjak 'lumayan' akrab, Sheyra memutuskan panggilan Aresky terlalu manis untuk si Kampret. Jadilah ia sekarang ikut-ikutan memanggil cowok berbulu kaki lebat itu dengan pet name Ubul atau Bulu. Yang by the way, tak menjawab teriakannya meski lehernya sudah hampir putus.
"Berisik." dengus Ares sambil tergopoh-gopoh menuruni anak tangga. Kedua tangannya memeluk laptop, tas ransel di bahunya masih terbuka, rambut basahnya belum disisir—apalagi diberi gel—dan kemeja yang Ares kenakan belum terkancing seluruhnya.
Sheyra berdecak kesal, lelah dengan prosedur harian ini; maintaining the big old baby.
"Tiap hari begini banget, hm?"
Cukup satu kali dorongan hingga Ares terduduk di sofa dan Sheyra bertelut di depan lututnya. Tangan kanan perempuan itu sibuk menjejalkan setangkup roti isi di mulut Ares sementara tangan kirinya sibuk bergerilya mengancing baju, merapihkan kemeja, menyisir dan membubuhkan gel di rambut si lelaki tak tahu diri, kemudian terakhir memasukkan laptop ke dalam tas ransel.
"Hidrologi Terapan udah di print?"
"Udah."
"Catetan Manajemen Proyek punya Saga udah dibawa?"
"Udaaah."
"Jangan lupa nanti ada rapat Mapala."
"Bawel."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece of Heart
RomanceHow do I love thee? Let me count the ways. I love thee to the depth and breadth and height My soul can reach, when feeling out of sight For the ends of being and ideal grace. I love thee to the level of every day's Most quiet need, by sun...