Pause The Unpause

19 2 0
                                    

In your hesitation, I found my answer

*

Manusia memiliki beribu macam topeng. Tiap topeng dipakai untuk menghadapi situasi atau orang yang berbeda. Tidak semua orang betul-betul melihat wajah asli manusia. Ada imaji yang harus dijaga, ada citra diri yang wajib dibangun di depan khalayak umum demi keberlangsungan hidup.

Namanya bukan munafik, tetapi cara survive.

Sheyra dapat memasang wajah bahagia. Melepaskan tawa dan senyumnya. Menganggap tidak pernah terjadi apa-apa dan bersikap seperti biasa di depan orang-orang. Menjaga segalanya agar terlihat baik-baik saja demi ketenangan dirinya selama tinggal jauh dari zona nyaman yang juga zona laranya.

Namun sebaik apapun topeng yang Sheyra kenakan, meski sudah sangat keras Sheyra menyembunyikan laranya, gadis itu tidak dapat membohongi semua orang. Masih ada yang menyadari kebekuan yang mendadak mencuat. Masih ada yang melihat jarak yang dibuat terbentang, meski tersirat. Masih ada yang menyadari kegelisahan yang sarat akan emosi Mungkin benar, kedekatan mempengaruhi ikatan batin yang terjalin. Membuat seseorang bisa membaca jiwa hanya dengan tatapan mata. Membuat orang bisa melihat hati tanpa ada kata yang terucap. Membuat kepekaan menjadi lebih tajam.

Ares memperhatikan dalam diam. Melihat tawa dan senyum palsu itu... sikap yang dibuat-buat itu... Ares jadi ikut menanggung getir. Mau sampai kapan Sheyra bertahan dalam kepura-puraan?

*

Sengaja Ares membiarkan perilaku aneh Sheyra selama beberapa waktu. Memberi kaleidoskop mendung itu jeda untuk merehatkan suasana hatinya sebelum satu konfrontasi. Sheyra tidak dapat selamanya menghindar dan bersembunyi. Suatu saat, gadis itu harus menghadapi friksi yang telah ia ciptakan sendiri. Dan Ares sengaja mengamati, menunggu di waktu kondisi Sheyra betul-betul rentan untuk mempermudah proses interogasi. Bila hal itu tidak terjadi selama satu bulan, maka Ares bertekad akan membuat keadaan itu terjadi!

Untungnya, Tuhan tidak membiarkan Ares untuk menunggu hingga tigapuluh hari. Cukup duabelas hari dan bahkan tanpa memberi effort yang besar atau manipulasi keadaan, Ares mendapatkan apa yang ia harapkan.

Memergoki wajah asli Sheyra.

*

Sore hari di bulan November. Hujan turun hampir setiap hari dan hari ini bukanlah pengecualian. Setengah berlari, Sheyra menyeberangi pekarangan rumah. Kedua tangannya menyunggi ransel di atas kepala. Bibir gadis itu tak berhenti bergerak; separuh kedinginan-separuh menggumamkan rutukan karena meninggalkan payungnya di kampus. Tetapi nasi sudah jadi bubur, Sheyra tidak mungkin kembali ke kampus hanya untuk mengambil payungnya, kan?

Alhasil Sheyra terpaksa menggunakan bottega veneta sebagai payung substitusi. Kendatipun percuma, karena badannya tetap saja basah kuyup.

Butuh lima kali percobaan sebelum tangan gemetar Sheyra berhasil membuka pintu rumah. Gadis itu mendesah lega, karena tandanya ia dapat segera melakukan me time selepas lelah menyunggingkan senyum palsu.

Satu-satunya penghiburan sore ini, akhirnya dia mendapatkan jeda yang didambakannya; Oom Nikko masih menghadiri konferensi di Jenewa sampai bulan depan sedang Tante Rania membawa Ceu Narni untuk bersih-bersih di rumah mereka yang lain. Sementara Ares... ah, Sheyra menghela napas lega. Cowok itu baru dikhawatirkan keberadaannya hingga esok sore karena ada kegiatan Mapala di Bogor.

Sheyra menikmati sunyi ini. Sendiri. Karena ia tak lagi harus berpura-pura menjadi wanita tegar nan cadas. Yang cepat move on. Yang menganggap perkataan kedua pacar gila Ares itu tidak meremukannya. Menjadi seorang perempuan yang begitu kuat dan tak tersentuh.

A Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang