.
.
Jika kau minta aku menjadi abu, aku akan terbakar untukmu. Jika kau minta aku menjadi awan, aku akan menguap untukmu. Jika kau minta aku menjadi debu, aku akan hancur untukmu. Bahkan jika kau minta aku tiada, aku akan memusnahkan eksistensiku sendiri―Park Jimin.
.
.
Jungkook memasuki kamar Jimin dalam diam, di tangannya ia memegang hairdryer berwarna merah jambu milik Seokjin. Jimin terlihat sibuk menggusak rambutnya yang basah dengan handuk berwarna putih, ia mandi lama sekali tadi―selebihnya menangis.
"Sini," Jungkook menepuk kasur Jimin ringan, hairdryer ditangannya mendengung nyaring, "kukeringkan rambutmu. Nanti kau masuk angin."
Jimin tidak menjawab, tetapi tubuhnya berjalan mendekati Jungkook. Jungkook berdiri di hadapan Jimin sementara Jimin hanya menunduk menyembunyikan wajahnya.
Jemari Jungkook menyisiri rambut Jimin, hening terasa mencekik keduanya. Hanya suara dengung dari mesin hairdryer yang sedikit melunakkan suasana yang terlalu canggung di antara mereka. Tanpa Jungkook sadari jemarinya berhenti menyisiri rambut Jimin, jemari itu malah membelai kepala Jimin membuat Jimin ingin melebur saat itu juga.
"Kau ini belum benar-benar sehat. Kenapa mandi malam-malam begini? Suhu tubuhmu masih belum normal. Apa yang kau pikirkan sebenarnya?" Omel Jungkook.
"Gerah." Jawab Jimin dengan lirih.
"Jim," Jungkook menundukkan tubuhnya untuk melihat wajah Jimin setelah ia meletakkan hairdryer milik Jin di atas nakas, "jangan seperti ini. Mengenai yang tadi aku―"
"Tidur," Jimin menjilat bibir bawahnya, "ayo tidur."
Jungkook ingin menarik dagu Jimin agar pria itu berhenti menghindari tatapannya, "Jim, dengarkan―"
"Kumohon," Jimin meraik dengan mata yang basah, "aku lelah."
Melihat ekspresi di wajah Jimin membuat Jungkook mengalah, ia berdiri dan Jimin segera merapikan alas tidur mereka. Jungkook membiarkan Jimin menyelimuti tubuhnya sebelum ia terbaring di sisi Jungkook.
"Jim, dengarkan aku," Jungkook meraih tangan Jimin, menariknya sedikit untuk mendapatkan perhatian yang lebih tua, "aku tahu tadi aku brengsek. Maafkan aku."
Jimin memaksakan seulas senyum kecil, "Jangan minta maaf. Kau tidak salah apapun."
"Demi Tuhan, Jim. Aku tahu tadi pertama untukmu. Aku tahu kau menjaga semua yang pertama bagimu untuk orang yang kau cintai dan mencintaimu," Jungkook melepas tangan Jimin dan mengusap wajahnya kasar, "tapi apa yang aku lakukan padamu tadi?"
"Jangan merasa bersalah begitu," Jimin terkekeh parau, "tidak apa-apa jika tadi kau membayangkan aku sebagai Taehyung. Tidak apa," Jimin mengusap rahang Jungkook penuh kelembutan, "aku tahu kau hanya sedang terlalu merindukannya. Sudah satu tahun lebih kalian berpisah seperti itu. Kau hanya masih sangat mencintainya, tidak apa-apa."
"Maafkan aku. Aku memang melihat wajah Tae-hyung setiap menutup mata, aku memang membayangkan kau itu Tae-hyung," Jungkook menelan getir di suaranya, "maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Conclusion (JiKook/KookMin)
Fanfiction(Sequel dari Frozen Heart) Yang perlu Jungkook lakukan hanyalah membuka matanya dan melihat bahwa semua ini tidaklah seburuk yang ia kira. (BTS Fict, AU, OOC, BxB, M for mature content, JiKook/KookMin. Bagian tiga berisi adegan dewasa tolong bagi ya...