tiga (not for children)

2.5K 244 34
                                    

.

December D

(Ada adegan dewasa menjurus seks di bagian ini dan penjabarannya cukup mendetail. Bagi yang berusia di bawah 17 tahun, dimohon untuk menskip bagian tiga ini)

.

Jimin sudah lebih baik sekarang, demamnya sudah turun. Suhu tubuhnya sudah normal meski ia terlihat masih sedikit lesu. Setelah kemarin Jungkook menemaninya seharian, hari ini Jimin harus pergi ke kampus.

"Kau bisa istirahat sehari lagi sampai benar-benar pulih, Jim."

"Dan leherku akan digorok Profesor Kang. Demi Tuhan dia menakutkan sekali." Katanya sembari memakan nasi goreng kimchi buatan Jungkook.

"Aku akan mengantarmu." Jungkook memutuskan setelah melihat binar kesungguhan di mata Jimin.

"Tidak. Kau belum punya izin mengemudi, Kook."

"Aku sudah sering menyetir mobil Yoongi Hyung, kok."

Jimin meneguk susu di gelasnya, "Aku tidak mau mengambil resiko tertangkap polisi, Kook," Jimin mengusap bibirnya yang basah menggunakan punggung tangan, "ini mobil milik Jin Hyung lho."

"Baiklah, kalau begitu aku harus membiarkanmu yang belum terlalu sehat ini naik bus begitu?" Jungkook menggeram, "dan nanti mendapat telepon dari siapapun itu yang mengatakan kau pingsan di bus sialan itu?"

Jungkook mengetatkan dagunya dan akhirnya membuat Jimin tidak mempunyai pilihan lain selain mengangguk.

"Oke, antarkan aku." Ujarnya mengalah.

Jungkook teringat pagi tadi, ketika Jimin keluar dari mobil, beberapa mahasiswi langsung mengerubutinya, menanyakan kabarnya dan bersikap centil di depannya. Dari kemudi Jungkook ingin sekali tertawa melihat Jimin kewalahan menghadapi gadis-gadis itu, sedikit tidak menyangka ternyata Jimin populer juga.

Namun sejurus kemudian perhatiannya tersita pada wanita cantik berambut hitam panjang yang mengamit tangan Jimin khawatir, bahkan ia menempelkan punggung tangannya di pipi Jimin, mengecek suhunya.

Jungkook tidak ingin mengakuinya tetapi sesuatu seperti membara di sudut hatinya dan ia tidak suka itu.

"Kookie, hati-hati di jalan." Jimin berteriak keras ketika Jungkook ingin menutup kaca mobilnya.

Jungkook mengangguk kecil.

"Aku sangat mencintaimu." Teriaknya lebih keras.

Jungkook hampir saja menginjak pedal gas terlalu keras, dari sudut matanya ia melihat Jimin terkikik melihat ekspresi gadis-gadis di sampingnya yang seolah ingin memamah Jungkook hidup-hidup.

Jungkook bergidik ngeri teringat akan hal itu.

Jungkook mengedarkan pandangannya ke luar jendela. Ia tidak tahu sekarang pukul berapa, ia hanya berinisiatif menunggu Jimin di kafe yang tidak terlalu jauh dari gedung fakultanya. Sebenarnya Jungkook sempat mampir ke Perpustakaan kota.

Jungkook melirik ponselnya yang berdenting satu kali, membuyarkan lamunannya tentang apa yang terjadi tadi pagi.

'Tunggu aku sebentar lagi, Kookie. Aku sudang berlari ke kafe ke~'

Conclusion (JiKook/KookMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang