.
December D
.
Jungkook menghela napas panjang untuk ketiga belas kalinya selama sepuluh menit terakhir. Ia luar biasa gugup. Di sisi kanannya ada Mamanya Jimin dan di sisi kiri ada Papanya. Jangan lupakan Taemin yang duduk di arm rest sofa di samping Mamanya, meski diprotes beberapa kali tetapi akhirnya Mamanya Jimin diam setelah dihadiahi beberapa kecupan gemas di pipinya dari Taemin.
Hanya suara dari telivisi flat besar di hadapan mereka yang sedang menayangkan acara drama favorit Mamanya Jimin yang menjadi pemecah hening di antara mereka. Jungkook merasa terjepit sekaligus canggung, ingin rasanya ia berubah menjadi uap saat ini juga.
"Jungkook-ah." Panggil Papa Jimin.
Jungkook terlonjak sedikit, "Y-ya, Paman?"
Mendengar suaranya yang tercicit Jungkook ingin menangis saking gugupnya sebenarnya, tetapi Mama Jimin mengusap punggung tangannya menguatkan. Jungkook berakhir dengan menggigit bibir bawahnya sendiri dan mulai menata respirasinya yang kacau.
"Kau ingat dua hari yang lalu saat Jimin baru pulang dan datang ke kampusmu?" Tanyanya kalem.
"Ya, Paman. Aku ingat."
"Kau tahu Paman yang mengantarnya ke kampusmu?"
Alis Jungkook sedikit naik sejurus kemudian, namun jawabannya mantap tanpa keraguan,
"Tahu, Paman."
"Tapi apa kau tahu sebelum ia ke kampusmu ia meminta Paman mengantarnya ke rumahmu?"
Jungkook mengangguk ragu-ragu.
"Kau tahu apa maksudnya datang ke rumahmu?"
Jungkook menggeleng. Papanya Jimin membuat ia penasaran sekaligus takut. Takut jika Jimin datang untuk mengungkapkan hal yang mungkin akan disesalinya kemudian.
"Ia tahu kau sedang kuliah, Jungkook-ah. Ia tahu jadwalmu," Mamanya Jimin mengelus punggung tangan Jungkook semakin pelan, "tetapi kami rasa kau harus tahu hal ini."
Di sampingnya, Papanya Jimin mengangguk kecil, "Ia mengatakan pada Ayah dan Ibumu bahwa kalian terlibat suatu hubungan yang unik. Sebagai Papanya, Paman tahu Jimin salah. Tetapi Jungkook-ah, tidak ada yang lebih penting bagi orang tua selain kebahagiaan anaknya. Maksudku, walaupun ini salah, Paman bisa menerimanya."
Jungkook merasa dadanya mencelos, bagaimana bisa Jimin mengatakan hal seperti itu pada orang tuanya tanpa memberi tahunya? Dan bagaimana bisa orang tuanya tidak menunjukkan sikap seolah mereka tahu sesuatu?
"Yang Paman khawatirkan justru reaksi orang tuamu," Papa Jimin tertawa kecil, "Paman berpikir Ayahmu mungkin akan menghajar Jimin. Paman sudah bersiap mengajaknya berduel jika ia sampai menyentuh Jimin dengan kepalan tangan. Tetapi ternyata tidak. Ia bersikap seolah itu bukan hal baru baginya." Papanya Jimin tertawa ringan.
Jungkook meringis kecil. Sadar bahwa Ayah dan Ibunya jelas sudah tahu jika ia pernah bersama Taehyung dan ia berubah cukup menjadi mengesalkan ketika Taehyung meninggalkannya. Pada akhirnya Jungkook sadar bahwa ia tidak bisa bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Ibunya memeluknya sepanjang malam ketika ia menangis dengan senggukan keras sementara Ayahnya mengusapi kepalanya sayang. Jungkook sadar ia terlahir dengan orang tua yang begitu menyanyanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conclusion (JiKook/KookMin)
Fanfiction(Sequel dari Frozen Heart) Yang perlu Jungkook lakukan hanyalah membuka matanya dan melihat bahwa semua ini tidaklah seburuk yang ia kira. (BTS Fict, AU, OOC, BxB, M for mature content, JiKook/KookMin. Bagian tiga berisi adegan dewasa tolong bagi ya...