enam

1.8K 254 26
                                    

.

December D

.

Jungkook hanya mengamati Jimin yang sedang memakai BB Cream untuk menutupi ruam keuanguan di lehernya. Ia tidak mengenakan pakaian dan hanya memakai celana jeans robek yang membuat Jungkook merutuk dalam hati melihat abs Jimin yang terbentuk sempurna atau otot bisepnya yang melekuk tidak berlebihan. Namun setiap melihat ruam itu Jungkook merasa sangat malu―teringat pada kejadian tadi malam.

"Pakai syal saja, Jim." Sarannya.

"Ini bukan musim dingin, Kook. Demi Tuhan." Jimin mengerang sembari terus mencoba menutupi ruam-ruam di lehernya.

"Fashion 'kan bebas?"

"Fashion kepalamu! Ini sudah hampir musim panas, orang gila mana yang memakai syal di cuaca seperti ini?"

"BB Cream tidak bisa menutupinya, kau butuh setidaknya foundation atau concealer tebal." Jungkook menimpali sembari mencubit dagu, dalam hatinya berharap ia tidak salah menyebutkan beberapa perlengkapan make up yang dipakai Mamanya.

Jimin meletakkan BB Cream milik Seokjin sembarangan sebelum membuka lemarinya dan memilah baju. Jungkook mencoba mengusir seluruh perhatiannya pada tubuh separuh telanjang Jimin dan ikut berjongkok di sampingnya. Tangannya sibuk memilah pakaian seperti Jimin yang sedang sibuk mencari syal miliknya.

"Pakai ini saja," Jungkook menyodorkan sebuah sweater turtleneck berwarna hitam polos, "syal memang tidak cocok sepertinya."

Jimin ingin protes tetapi urung ketika ia sadar bahwa syal bahkan lebih buruk dari sweater turtleneck.

Jungkook menarik Jimin untuk duduk di tepian ranjang, Jimin memegang sweaternya dengan sebelah tangan karena Jungkook memegangi tangan Jimin yang satunya.

"Jim, dengarkan aku," Jungkook menggigit bibir bawahnya pelan, "biarkan aku membicarakan hal ini dengan benar. Jim, aku benar-benar minta maaf soal semalam."

Jimin memutar pandangannya, "Aku sudah memafkanmu, Kook. Berhenti bertingkah seperti kau baru saja merampas keperawanan seorang gadis."

Dagu Jungkook mengetat tidak suka, "Aku benar-benar pria brengsek, aku lebih senang kau memakiku atau sekalian meninju wajahku daripada bersikap seolah tidak ada satu hal burukpun terjadi tadi malam."

Jimin hanya tertawa pelan, "Lupakan soal semalam, oke? Kau tidak salah. Lagipula aku menikmatinya."

"Kau melakukannya untuk membuatku senang, Brengsek." Jungkook menggeratkan genggaman tangannya di tangan Jimin, sebelah tangannya yang bebas terulur mengusap ruam keunguan di leher Jimin, "Sakit ya?"

Jimin tersenyum mendapat afeksi seperti itu dari Jungkook, "Tidak semenyakitkan yang terlihat kok."

Jimin memakai sweaternya dalam diam karena ia tidak suka melihat iris mata Jungkook yang menyiratkan rasa bersalah terlalu kuat setiap melihat noda di lehernya. Tepat ketika ia berhasil memakai pakaiannya, Jungkook menangkup kedua pipi Jimin dengan kedua tangannya, matanya lurus menghujam ke dalam kedua bola mata.

Conclusion (JiKook/KookMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang