Suasana bandara soekarno hatta tampak begitu ramai, suho berjalan cepat mungkin sedikit berlari kearah andre orang kepercayaan suho. Andre tersenyum, dia sudah lama nunggu pak bosnya ini.
" pak, gimana seminggu di hawaii?" Suho tersenyum simpul, andre menjemput suho tepat waktu dibandara. Sebenernya suho yang kurang tepat waktu, karena ada masalah sedikit saat didalam pesawat.
"Semuanya berjalan baik, oya anak saya gimana? Dia baik-baik aja kan?." Ucap suho sambil memasuki mobil mewahnya, diikuti andre.
Mobil itu melesat meninggalkan bandara soekarno hatta. Jalanan nampak ramai karena ini jam pulang kerja.
"Masih ngambek pak!, non nara gak mau makan. Dia juga sehabis pulang sekolah langsung masuk kamar."
Suho menghela nafas, anak itu bener-bener mirip mami-nya kalau sedang marah.
"Yaudah gakpapa, soal mobil saya gimana?."
"Mobilnya diganti tuan besar pak, dia memaklumi non nara yang ngerusak mobil bapak. Tuan besar ganti mobilnya sama mobil yang harganya sama dan gak kalah bagus".
"Syukurlah papa mau ganti, sebenernya gak diganti juga gakpapa saya bisa beli lagi dan mobil saya masih banyak". Andre hanya tersenyum, bos-nya ini begitu kaya sampe mobil harga selangit pun, dia anggap seperti sedang membeli permen di warung.
Mobil mewah itupun sudah tiba didepan rumah mewah milik suho, para bodyguad sibuk membukakan pintu dan membawa barang-barang suho yang ada dibagasi mobil.
Para maid menyambut kedatangan sang tuan rumah, suho hanya membalas sapaan mereka dengan senyum. Suho tidak langsung pergi kekamarnya, tapi berjalan kekamar putri semata wayangnya.
Tok tok! Tok
"Nara? Ini papi sayang, papi udah pulang. Kamu gak mau nyambut papi gitu?" Ucap suho lembut didepan pintu kamar putrinya.
Klek!
Suho mendorong knop pintu kamar nara, di atas tempat tidur nara sedang asyik nonton film anime kesukaan dia. Dan tidak menyadari suho sudah masuk kekamarnya.
"Nara?" Suho mendekati putrinya, nara menoleh sebentar lalu matanya fokus lagi ke layar laptop.
Suho duduk dipinggir kasur, ia tahu putrinya itu masih marah.
"Kamu masih marah sama papi, hemm. Padahal yang seharusnya marah itu papi" ucap suho mengelus rambut nara.
"Marah-marah amat. Mobil masih banyak ini, duit ada banyak! Beli lagi apa susahnya" sinis nara sambil mematikan laptopnya secara tiba-tiba.
"Bukan gitu sayang, kamu tau kan cari uang itu susah. Ya, kamu harus ngerti. Papi kesana-kesini cari uang buat siapa? Buat kamu juga kan. Nih ya, mungkin mobil itu okelah papi bisa beli lagi tapi coba kamu pikirin, diluar sana orang-orang pengen punya mobil seharga dua ratus juta aja sampe nge-kredit, dan mobilnya mereka sayang-sayang dipakenya pelan-pelan. Papi gak marah cuman shock mobil itu belum papi pake sama sekali dan kamu seenaknya ngancurin gitu aja"
Nara menatap orangtua yang sudah membesarkanya dari kecil, yang rela berperan ganda sebagai sosok mami dan papi sekaligus. Ada rasa bersalah dihatinya kenapa ia begitu egois.
"Kalo mobil itu udah dipake sih ya gakpapa, cuman yang perlu kamu inget uang itu susah dicari apalagi persaingan dunia kerja sekarang semakin ketat!, uang seratus ribu aja berharga banget bagi mereka yang membutuhkan nak, apalagi uang lima belas milyar! Itu bisa buat beli rumah, mobil, jalan-jalan dan lain-lain. Mengertilah nak, papi gak marah kok cuman kecewa inget kalo kita liat ke atas pasti gak ada habisnya, coba liat kebawah mereka- mau sesuap nasi aja susah. Bersyukur nak kita dikasih rezeki yang berlimpah sama yang maha pencipta".
Nara menangis, terharu. Papinya adalah motivator dalam hidup dia, yang selalu sabar memberi nasehat kalo dia sudah mulai melenceng karena sifat egoisnya.
Nara berhambur ke pelukan suho, suho membalas pelukan anak semata wayangnya. Nara menangis tersedu-sedu.
"Udah gakpapa, papi udah maafin kok!. Jangan nangis ah nanti cantiknya ilang" nara mendongkak, melihat wajah papi nya yang memerah menahan tangis.
"Papi... you are my everything" suho tersenyum dan meng-lap air mata yang berjatuhan.
"Ya, maafin papi juga yang selalu kerja, dan gak mentingin kamu"
"Papi gak salah, maaf karena nara terlalu egois" suho mengusap punggung putrinya. Ia senang karena putrinya sadar akan kesalahanya, dan berani meminta maaf. Bertanggung jawab itu yang selalu suho ajarkan pada putri kesayangnya.
"Harta ini gak ada apa-apanya, karena ini titipan tuhan. Yang harus kita lakuin adalah menjaga harta itu dan mensedekah-kan sebagian harta kita pada yang membutuhkan. Karena kita semua sama dimata tuhan gak memandang kaya atau miskin"
Nara mengusap matanya dengan kedua telapak tangan dia, nara bersyukur papi nya tidak pernah lupa berbuat kebaikan dan selalu menolong orang.
"Papi, nara pengen papi selalu ada dan terus ada sampai nara punya keluarga nanti" suho memegang pundak anaknya itu.
"Insyaallah, kalau nama papi di daun yang ada di lauh mahfuz belum menguning dan gugur"
Part ini agak sad ya😢 sengaja😂 biar greget suho yang terkenal sombong jadi ustad di ff gue uwahahaha😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Papi Gue Holkay💸
Fanfiction"pih, papih nara pengen cimol" "iya sayang beli ama gerobaknya" "pih, papih nara mau ke pasar malem dong" "gak usah kesana nanti papih suruh pasar malemnya pindah ke halaman belakang rumah" "pih, papih lebaran nanti mudik kan?" "iya mudik pake je...