8. Awkward & Tattoos

11.9K 1K 73
                                    

LUCY POV

Saat aku terbangun, ruangan ini sudah terang meskipun gordyn-gordyn masih tertutup. Lampu di sudut ruangan menyala, TV di hadapanku juga menyala.

Dan yang paling menyita perhatian adalah sosok yang memelukku saat ini.

Aku kembali teringat apa yang kami lakukan beberpa saat lalu. Bagaimana dia menyenangkanku. Jujur, aku sudah tidur dengan banyak lelaki tapi belum pernah aku menemukan yang seperti dia. Kebanyakan lelaki cuma mikirin dirinya sendiri, tapi dia, dia engga.

Aku mengusap wajahku, lalu pelan-pelan melepaskan pelukannya. Aku bangkit dari sofabed ini, berjalan pelan menuju kamar yang kutempati di sini. Astaga, aku bahkan gak pake celana. Sumpah kenapa aku jadi begini ya?

Kubongkar belanjaan yang kubeli kemarin, mencari baju lalu aku membawanya ke kamar mandi.

Selesai mandi, aku keluar, Rafi masih terlihat tidur. Kuambil ponselku di meja lalu duduk di lantai. Sengaja, kalo di sofa nanti goyang dia kebangun lagi.

Kaget aku saat melihat sudah pukul 11 siang, gila! Siang banget aku bangun.

Aku memeriksa chat-chat yang masuk. Teman-temanku, semuanya lagi gak di Bali
Ya iya sih, temen aku yang masih stay di Bali cuma dua orang, mereka pacaran dan sekarang lagi liburan akhir tahun.

Aku mendecak sebal, serius ini aku harus stay di mana abis ini? Gak mungkin kan aku numpang sama supirnya Pak Firi terus?

Gampang kalo tas aku gak dirampok juga, aku masih pegang atm, credit card dan lain sebagainya. Lha ini? Semua barang-barangku hilang. Dan mobilku pun ilang!

Lha iya, kan aku bisa ke rumah Jacob. Meskipun dia gak ada di rumah, pasti ada ART-nya kan? Shit! Goblok banget Lucy baru kepikiran!

"Raf! Rafi! Bangun dong!" Seruku sambil menguncang-guncangkan kakinya.

"Heeemmm?!" Hanya itu sahutan darinya.

Aku bangkit dan duduk di sofa, kuguncang tubuhnya, biar dia bangun.

"Rafi! Bangun lo! Bangun ihh!" Seruku.

Rafi membuka matanya, berusaha fokus dengan cahaya ruangan.

"Apa sih?" Tanyanya sambil mengusap-usap matanya.

"Anter gue yuk? Ke rumah kakak gue!" Kataku.

"Tar!" Hanya itu jawabannya. Ia kembali terpejam, membalik badan memunggungiku. Yaelah ini anak!

Akhirnya aku mengambil remote dan menonton acara apa saja yang bisa menghiburku.

Kemudian perutku berbunyi. Gila, Rafi nih tuan rumah macam apa sih? Aku jarang banget dikasih makan sama dia.

"Raf, bangun Raf! Gue laper!" Kataku.

"Delivery sana lo, jangan nyusahin gue! Dompet gue di meja!" Erangnya, ya dia tidur dengan wajah tertutup guling jadi suara yang terdengar hanya berupa erangan.

Karena sudah diizinkan, aku mengambil dompetnya. Ketika ku buka, gila dompetnya sepi banget. Cuma ada kartu game, SIM, KTP sama credit card yang kemaren. Aku gak tertarik liat kartu-kartu itu. Kubuka bagian tempat uangnya. Hanya ada beberapa ratus ribu di dalamnya ada juga beberapa lembar uang dollar. Wihh, punya dollar juga dia? Haha pasti ini cuma buat gaya-gayaan.

Setelah memastikan uangnya ada berapa, aku menelfon 14045 dari ponselku, memesan beberapa menu makanan untukku dan untuk manusia kampret ini kalo dia bangun.

Setelah memberi alamat jelas, aku menutup panggilan tersebut dan menonton kembali.

Sesekali aku melihat Rafi yang masih tidur. Wajahnya memang tertutup guling, tapi bajunya sedikit menyingkap, memperlihatkan beberapa tato di tubuhnya. Di tangannya juga ada banyak tato, kuraih tangan kanannya lalu membolak-balik untuk melihat macam-macam tato yang digambar di tubuhnya.

BAD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang