12. Sekamar

14.9K 1.2K 181
                                    

LUCY POV

Baru lagi aku melakukan sex lebih dari sekali dengan orang yang sama. Aku bahkan gak inget kapan terakhir aku punya teman tidur yang lebih dari sekedar cowo random yang bisa diajak One-Night-Stand.

Sekarang, aku sedang memeluk seseorang: Rafi. Di kamar yang kutempati di apartmentnya. (Oke bukan punya dia tapi anggep aja punya dia karena ribet pengucapannya kalo harus bilang apartement bos kami yang ia tempati)

Pukul 4 subuh dan aku gak bisa tidur. Jam 1 dini hari tadi kami pulang dari rumah Juan dan Nida, rumah mereka kebanyakan orang, jadi aku gak bisa menginap dan memutuskan menerima tawaran Rafi untuk tinggal di tempatnya lagi.

Gara-gara ciuman di bawah mistletoe dan quickie di perpustakaannya Juan, di sinilah kami berakhir. Melanjutkan apa yang tadi hanya sebentar dengan balas dendam ber-ronde-ronde yang bikin aku lemes parah (dengan pengaman tentunya karena Rafi tadi sempet mampir minimarket buat beli, gila seniat itu!) Saking rusuhnya tadi kita main, Rafi aja udah tidur sekarang, dan aku anehnya gak bisa tidur.

Rafi tidur sambil kupeluk, ia menyelipkan kepalanya di dekat dadaku dan aku mengelus-elus rambutnya.

Aku baru ingat kalau ternyata ini rasanya menyenangkan. Ada orang yang memeluk dan bersedia dipeluk itu rasanya nyaman.

Gak tau kenapa, Rafi tuh beda. Dia emang cuek, dia emang nyebelin, kadang omongannya kasar, tapi dia perhatian dengan cara yang berbeda, yang kadang bikin aku takjub.

Dia tuh anaknya suka nanya 'gimana' untuk banyak hal, bikin aku ngerasa dilibatkan dalam hal apapun. Apalagi.. yah kalian tau lah, sex! Hahaha

Aku gatau ini pukul berapa, nungkin subuh sudah lewat masih gelap. Dan tiba-tiba rasa kantuk sudah benar-benar gak bisa kulawan. Aku mempererat pelukanku kepada Rafi, lalu menundukkan wajahku agar terbenam di rambutnya kemudian terlelap.

○○●●

"Raf, bahan masakan udah abis. Mau telfon pelayanan kamar apa beli sendiri?" Tanyaku.

"Bebas deh, Lu. Enakan gimana?" Ia malah balik bertanya.

"Enakan belanja sendiri sih, bisa pilih bahan dan sekalian mikir mau masak apa." Kataku.

"Yaudah ayok, tapi kamu mau masak? Gak mau delivery aja?" Tanyanya. Entah sejak kapan, dia jadi aku-kamuan gitu, engga gue-elo kaya biasa.

"Mau temenin belanja?" Tanyaku.

"Ya boleh aja, tapi mandi dulu." Jawabnya.

Ya, kami emang belum mandi. Ini aku lagi beres-beres isi kulkas dan Rafi lagi nyemil biskuit di meja bar. Kami belum sarapan gegara bahan masakan abis.

"Nanti makan di luar dulu aja ya? Laperrr. Abis itu baru belanja." Katanya.

"Mau makan apa?" Tanyaku.

"Sardine yuk? Pengin makan seafood." Katanya. Ia menyebutkan salah satu resto seafood di daerah Seminyak. Deket lah sama Syltha.

"Boleh." Kataku.

Sebenernya aku nih heran sama Rafi. Dia kok kayanya royal banget, padahal kan harusnya anak kaya dia tuh kudu hemat, banyak nabung. Ini anak management duitnya kurang kali ya? Kudu aku kasih kuliah apa ya? Management duit ala Lucy Arya? Secara gitu, aku kan financial controller hahaha!

Pukul 12 siang, kami berangkat ke Sardine menggunakan motornya. Aku mulai terbiasa dengan angin saat naik motor ini. Rafi bahkan pinjemin aku jaket gitu, katanya biar gak masuk angin.

Saat sampai di Sardine, ramenya bukan main. Iya sih kami sampai bersamaan dengan jam makan siang. Jadi ya begini.

Untungnya masih ada meja kosong, jadi kami kebagian tempat. Dan tau apa? Rafi pesen makannya banyak gilaaa deh! Cukup buat ngasih makan satu kloter jamaah haji.

BAD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang