ㅡ (12)

7.8K 1K 529
                                    

Guanlin menghela nafasnya dengan pelan. Tangan kirinya masih melingkar di sekitar pinggang Jihoon, dan tangan kanannya sedang berusaha untuk memasukkan pin rahasia kondo milik Jihoon. Guanlin menoleh, lalu tangannya bergerak untuk menyeka keringat dingin yang terus mengaliri wajah pucat Jihoon.

"Ayo masuk," ucap Guanlin dengan lembut, membuat Jihoon yang daritadi lagi nundukㅡ menahan pusing, langsung mendongak dan mengangguk saat matanya secara langsung bertemu dengan sepasang mata Guanlin yang sarat akan rasa khawatir.

Guanlin membuka kenop pintu, dan menuntun Jihoon untuk melangkah memasuki kondo.

"Pelan-pelan,"

Lagi, Jihoon mengangguk. Guanlin menuntun Jihoon untuk langsung masuk ke kamarnya. Kasian, Jihoon udah ngedrop banget, makanya Guanlin langsung bawa Jihoon ke kamar, biar bisa istirahat. Guanlin membantu Jihoon untuk duduk di ranjang, dengan posisi tubuh yang bersandar pada bed head board.

Lagi, Guanlin menghela nafasnya. Matanya sama sekali nggak beralih dari sosok Jihoon yang sekarang lagi memejam sambil menyenderkan kepalanya di head board. Guanlin membungkukkan tubuh jangkungnya, lalu menangkup wajah Jihoon, sambil berusaha untuk kembali menyeka keringat dingin yang masih terus mengalir.

"Ganti baju dulu, ya?" tanya Guanlin dengan lembut, soalnya hoodie dia yang dipakai Jihoon agak sedikit basah, kena cipratan air hujan.

Jihoon membuka pejaman matanya, membalas ucapan Guanlin dengan sebuah anggukan, lalu berusaha untuk beranjak bangun dari ranjang.

"Mau ngapain?" dengan sigap, Guanlin langsung nahan Jihoon. Membuat Jihoon harus kembali duduk di posisinya semula. Jihoon membalas tatapan Guanlin, lalu berdecak.

"Tadi disuruh ganti baju..."

"Udah duduk aja disini. Biar gue yang ambil baju buat lo ganti." jawab Guanlin yang langsung berbalik dan mulai beranjak menuju satu lemari besar yang ada di pojok kamar.

Jihoon cuma bisa diam. Ia memilih untuk menarik selimut tebal yang ada di ranjangnya, lalu menutup tubuhnya rapat-rapat sampai ke leher. Sedangkan matanya terus terpusat pada Guanlin yang lagi sibuk milih baju buat mereka ganti. Iya, buat mereka. Soalnya, nggak cuma Jihoon yang menggigil. Guanlin juga menggigil. Guanlin lebih parah malah. Dia sama sekali nggak pakai jaket selama di perjalanan tadi, dan itu berhasil bikin Guanlin basah keguyur air hujan.

"Guan,"

"Hm?" Guanlin nggak nengok. Dia cuma ngedehem aja, sedangkan tangannya masih sibuk buat milah-milah baju yang ada di hadapannya.

"Baju-baju lo ada di dalam laci ketiga,"

Omongan Jihoon tuh kayak mantra banget kalau buat Guanlin. Buktinya, Guanlin langsung ngebuka laci ketiga di dalam sekat lemari yang lagi dia buka. Dan, bener aja. Di laci itu ada beberapa kaos punya Guanlin, yang emang sengaja dia tinggal karena dulu Guanlin sering banget nginep di kondo Jihoon. Nggak cuma kaos sih, disana juga ada beberapa celana tidur, dan satu pasang seragam sekolah punya Guanlin. Oh iya, ada juga satu piyama yang dia beli satu tahun lalu, pas mereka masih kelas 11. Hehe, belinya pasangan sama Jihoon. Guanlin mengambil piyama tersebut, lalu matanya mulai bergerak untuk mencari piyama yang sama, piyama milik Jihoon.

"Mana ya punya si gendut,"

"Di sekat kedua."

Sumpah, ya. Guanlin tuh ngerasa kalau dia tadi bergumam dengan amat sangat pelan. Ya, gengsi aja sih kalau ketahuan dia pengen pakai piyama yang kembaran sama Jihoon. Masalahnya, Jihoon tau banget kalau Guanlin nggak pernah suka sama piyama kembar tersebut. Eum, warnanya pink. Guanlin suka ngerasa pusing gitu kalau ngeliat warna pink. Makanya, Guanlin sengaja ninggalin piyama itu di lemari Jihoon, bener-bener nggak mau dibawa pulang ke rumahnya sendiri. Males deh pokoknya. Warna pink tuh not his style banget. Suer. Ya, karena waktu itu Jihoon lagi dimabuk warna pink, makanya dia nurut aja buat beli piyama pink kembaran untuk mereka berdua, itu juga karena Jihoon udah ngerengek dengan mata yang berkaca-kaca. Beneran deh, Guanlin masih nggak ngerti kenapa waktu itu Jihoon bener-bener ngerengek mau nangis saking naksirnya sama piyama kembar pink tersebut. Akhirnya, Guanlin ngalah dan berujung berdiri di antrian kasir untuk membayar sepasang piyama itu. Tapi ya, belom pernah dipakai sih sama Guanlin.

Mäuschen; GuanHoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang