ㅡ (11)

8.1K 1.1K 787
                                    

Guanlin baru aja mau markir motornya, saat matanya nggak sengaja ngeliat bunda yang baru keluar dari supermarket dengan beberapa kantong plastik di tangannya. Dengan cepat, Guanlin memarkirkan si Michael, membuka helmnya, dan langsung turun dari motor untuk nyamperin bunda.

"Biar Guanlin yang bawa, bun."

Bunda tersenyum kecil sambil memberikan 2 kantong plastik ke tangan Guanlin, dan 1 kantong plastik yang lain tetap bunda yang pegang. Hati Guanlin mencelos. Guanlin seolah mematung. Ini pertama kalinya bagi Guanlin, bisa ngeliat bunda senyum, tanpa paksaan.

"Guanlin?"

Karena terlanjur bengong, bunda mengibaskan telapak tangannya di depan wajah Guanlin. Guanlin mengerjapkan matanya, lalu membalas senyum sang bunda.

"Ayo bunda," ucap Guanlin sambil menuntun sang bunda menuju parkiran. Guanlin menyimpan salah satu plastik belanjaan di bagasi motor. Bunda menyentuh bahu Guanlin, membuat Guanlin yang lagi sibuk mengatur kantong plastik belanjaan di bagasi langsung berbalik.

"Kalau nggak muat masuk bagasi, biar bunda aja yang pegang."

Guanlin tersenyum kecil, lalu menggeleng.

"Nggak papa, bunda. Satu ini aja muat, kok." ucap Guanlin yang dibalas dengan anggukan pelan sang bunda.

Melihat kalau bagasi motor Guanlin cuma bisa menampung satu kantong plastik, bunda langsung meraih kantong plastik belanjaan yang lain, yang tadi dibawa Guanlin, yang disangkutin di stank motor. Sekarang, ada 2 kantong plastik yang bunda pegang.

"Yang dua ini biar bunda yang pegang."

Guanlin mengangguk, lalu mengambil helm yang biasa dipakai Jihoon untuk dipakai bunda. Tapi, ngeliat tangan bunda penuh sama plastik belanjaan, jadi Guanlin berinisiatif untuk memakaikan helm tersebut di kepala bunda.

Guanlin agak sedikit canggung. Bingung, gimana caranya untuk ngomong ke bunda kalau dia mau masangin helm di kepala bunda. Guanlin cuma khawatir, bundanya ngerasa risih atau nggak nyaman sama perlakuan Guanlin. Melihat Guanlin yang mendadak diam, bunda terkekeh kecil. Lagi, jantung Guanlin seolah berdetak 3 kali lipat lebih cepat. Bundanya, cantik... kalau ketawa kayak gitu. Guanlin ikut tersenyum kecil, dan senyumnya mendadak hilang waktu bunda nundukin kepalanya ke arah Guanlin.

Guanlin kaget aja. Ternyata bunda tau, kalau Guanlin mau masangin helm buat bunda, tapi bingung minta izinnya. Tanpa ada kata yang terucap, Guanlin langsung melangkah mendekati bunda, dan langsung memasangkan helm di kepala bunda dengan sangat hati-hati.

"Maaf bunda," ucap Guanlin sambil membenarkan posisi helm yang udah terpasang di kepala bunda.

Bunda mengangguk, masih dengan senyum kecil yang belum pudar dari wajahnya. Bunda menatap lurus tepat ke sepasang mata Guanlin. Bikin Guanlin salah tingkah sendiri, dan akhirnya memilih untuk mengalihkan perhatiannya pada tali helm yang belum terpasang.

Guanlin meraih tali helm yang dipakai bunda, "maaf lagi, bunda," ucap Guanlin, dan berhasil bikin bunda ketawa. Kali ini bukan cuma senyum kecil atau sebuah kekehan, tapi bunda bener-bener ketawa.

"Kamu ngapain sih minta maaf terus," ucap bunda, membuat Guanlin kembali memusatkan tatapannya pada sepasang mata bunda yang juga lagi menatap ke arahnya.

Guanlin menelan salivanya dengan susah payah, lalu berdehem.

"Guanlin cuma nggak mau bunda risih,"

Ucapan Guanlin berhasil bikin bunda berhenti ketawa. Ditatapnya wajah Guanlin cukup lama, lalu bunda tersenyum.

"Kenapa bunda harus risih sama anak bunda sendiri?"

Mäuschen; GuanHoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang