Part 11

1.5K 121 20
                                    

Re-make novel Lisa Kleypas dengan judul Love In The Afternoon, novel berseri tentang perjalanan cinta anak-anak Hathaway.

.

.

.

Soojung kabur ke satu tempat yang ia tahu tidak akan bisa ditemukan Jongin.

Ironi kejadian ini sangat disadarinya, ia bersembunyi dari Jongin ditempat yang paling ingin ia bagi bersama pria itu. Ia juga sangat menyadari tidak bisa bersembunyi dari pria itu selamanya. Akan ada hukuman.

Namun melihat wajah Jongin saat menyadari ialah yang menipu pria itu, Soojung ingin menunda hukuman itu selama mungkin.

Ia berkuda dengan kecepatan tinggi menuju rumah rahasia di estat Tuan Kwon, menambatkan kuda , dan naik ke kamar menara. Kamar itu dilengkapi perabotan seadanya dengan sepasang kursi usang, sofa kuno bersandaran rendah, meja reyot, dan rangka tempat tidur yang disandarkan disalah satu dinding. Soojung menjaga kamar itu disapu bersih dan dilap, dan menghias dindingnya dengan sketsa tanpa bingkai bergambar lanskap dan hewan.

Sebuah cawan berisi batang lilin yang sudah terbakar diletakkan dijendela. Setelah membiarkan udara segar masuk ke kamar, Soojung mondar-mandir, bergumam kacau pada diri sendiri.

"Dia mungkin akan membunuhku. Bagus, itu lebih baik daripada dia membenciku. Cekikan cepat, dan ini selesai. Andai aku bisa mencekik diriku sendiri dan membebaskan dia dari kesulitan itu. Mungkin sebaiknya aku melemparkan diri ke luar jendela. Andai saja aku tidak pernah menulis surat-surat itu. Oh, bagaimana jika dia pergi kerumahku dan menungguku disana? Bagaimana jika—"

Ia berhenti mendadak mendengar suara dari luar. Salak anjing. Mendekati jendela dengan hati-hati, ia melihat kebawah, dan tampak sosok Janggu yang riang berjalan mengitari bangunan. Juga Jongin, menambatkan kuda didekat kudanya.

Pria itu menemukannya.

"Ya Tuhan," bisik Soojung, pucat pasi. Ia berbalik dan merapatkan punggung ke dinding, merasa seperti narapidana menghadapi eksekusi. Ini salah satu momen terburuk dari seluruh hidupnya...dan menimbang beberapa kesulitan yang menimpa keluarga Jung, pernyataan itu bukan main-main.

Dalam beberapa saat saja, Janggu masuk kamar dan menghampirinya.

"Kau memandunya ke sini, ya kan?" tuduh Soojung berbisik marah. "Pengkhianat!"

Tampak bersalah, Janggu pergi ke kursi, melompat naik, dan mengistirahatkan dagu ditapak depan. Telinga anjing itu berkedut mendengar suara langkah penuh perhitungan ditangga.

Jongin memasuki ruangan itu, harus menunduk agar bisa melewati ambang pintu abad pertengahan yang kecil. Menegakkan tubuh, pria itu mengamati sekelilingnya sejenak sebelum tatapan menusuknya menemukan Soojung. Pria itu menatapnya dengan kemurkaan nyaris tak tertahankan.

Soojung berharap dirinya jenis wanita yang mudah pingsan. Sepertinya itu satu-satunya respons yang tepat untuk situasi ini.

Sayangnya, betapapun ia berusaha pingsan, pikirannya kukuh tetap sadar.

"Aku sungguh minta maaf," suara Soojung serak.

Pria itu mendekatinya perlahan, seolah-olah mengira ia akan mencoba kabur lagi. Meraihnya, Jongin memegang lengan atas Soojung dengan cengkraman kuat yang tak memberi kesempatan lolos sedikitpun. "Katakan kenapa kau melakukannya," kata Pria itu, suaranya rendah dan bergetar oleh...kebencian? kemarahan? "Tidak, keparat kau, jangan menangis. Apa itu permainan? Apa itu hanya untuk membantu Seulgi?"

Love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang