Love Letter

Part 15

Setelah season Seoul berakhir, kaum bangsawan melanjutkan hiburan sosial mereka di desa. Banyak undangan untuk berpesta, makan malam dan dansa. Dan undangan yang paling dicari di Gyeonggi adalah undangan yang akan diselenggarakan dipertengahan September di keluarga Jung, untuk mengumumkan pertunangan Soojung dengan Jongin. Biasanya acara apapun yang diselenggarakan keluarga Jung selalu ramai dihadiri, tapi kali ini berbeda. Semua orang yang mereka undang menerima seketika, diikuti banjir surat dan permintaan undangan dari banyak orang, bahkan mendesak menginginkan undangan itu.

Keluarga Jung hanya bisa memercayai popularitas mereka bertambah karena fakta Jongin, sang pahlawan perang, yang akan menikah dengan keluarganya. Dan Jongin, yang benci keramaian tak menyembunyikan perasaannya, dia muram menghadapi seluruh masalah ini.

"Harus ku akui," kata Chanyeol. "agak lucu karena salah satu dari kita yang paling tidak ingin bergaul di masyarakat merupakan satu-satunya orang yang ingin diajak bergaul oleh seluruh masyarakat."

"Pergilah, Hyung," gerutu Jongin, dan Chanyeol tersenyum lebar.

Namun frase 'salah satu dari kita' yang diucapkan begitu santai, menghangatkan hati Jongin. Hubungan mereka telah mencapai perasaan nyaman bersahabat mengingatkan Jongin pada bagaimana hubungannya dulu bersama sang kakak, Kyuhyun. Meski tak seorang pun akan pernah bisa menggantikan tempat Kyuhyun, Jongin sangat menikmati ditemani para calon kakak iparnya. Setidaknya ia menikmati ditemani Chanyeol dan Baekhyun. Apakah rasa yang sama akan meluas ke Kris, masih perlu dilihat lebih lanjut.

.

.

Kris dan istrinya, Sooyeon, kembali dari China dengan putra mereka. Keluarga Jung yang sejak awal bukan gerombolan yang pendiam, meledak kegirangan. Jongin tinggal disisi ruang duduk keluarga selama reuni riuh itu, menonton saat keluarga itu menyatu dalam belitan peluk dan tawa. Baekhyun dan Kris berpelukan dan saling meninju punggung antusias.

Jongin sudah pernah bertemu Kris pada satu atau dua kesempatan sebelum perang. Meskipun begitu, Jongin tak banyak ingat tentang pria itu selain sosok besar dan muram, pria yang jarang bicara. Jelas Jongin tidak pernah mengira mereka suatu hari akan menjadi anggota keluarga yang sama.

Sooyeon wanita langsing dan anggun, tapi tampak rapuh, hampir tak nyata, yang membedakannya dari para wanita Jung yang lain. Memisahkan diri dari kelompok ditengah ruangan, Sooyeon menghampiri Jongin dan mengulurkan tangan. "Kapten Kim. Betapa beruntngnya kami mendapatkanmu sebagai saudara. Para pria dikeluarga ini sudah cukup kalah jumlah—empat lawan lima. Sekarang kau membuat jumlah kami genap sepuluh."

"Aku masih merasa kalah." Kata Chanyeol.

Kris mendekati Jongin, ikut menjabat tangannya dengan genggaman kuat dan memandangnya dengan tatapan menilai. "Baekhyun bilang kau tidak terlalu buruk, untuk jadi bagian dari kami," kata Kris. "Dan Soojung bilang dia mencintaimu, itu yang membuatku mengizinkan kau menikahinya. Tapi aku masih mempertimbangkannya."

"Jika ada pengaruhnya," ujar Jongin. "aku bersedia menerima semua hewan miliknya."

Kris mempertimbangkan itu. "Kau boleh memiliki dia."

Pembicaraan dimeja makan awalnya berlangsung dalam kecepatan tinggi dan bersemangat. Meskipun begitu, akhirnya pembicaraan beralih ke China, dan estat yang segera akan diwarisi Kris, dan suasana berubah muram.

"Tanah dan penyewa itu sudah lama ditelantarkan bahkan selama bertahun-tahun," kata Kris. "Tanahnya tidak punya pengairan, dan tidak ada mesin untuk membajak. Para penyewa lahan sendiri hanya tahu metode bertani yang paling primitif. Mereka hidup dipondok yang terbuat dari lumpur dan batu." Kris berhenti, wajahnya muram. "ini akan butuh banyak uang, aku harus menggantikan tempat tinggal lumpur itu dengan pondok yang sehat. Aku juga harus mengajari para penyewa tanah cara bertani yang sepenuhnya baru. Mereka membutuhkan segalanya. Mesin, bahan bakar, ternak, bibit..." suaranya melemah, dan ia menatap Baekhyun dengan pandangan tak terbaca.