Part 17

1.1K 79 2
                                    

Setelah lama Jongin dan Soojung berpelukan, Jongin berkata lirih ke rambut wanita itu. "Soojung. Salah satu alasanku tidak bercinta denganmu sejak sore itu adalah karena aku tidak ingin mengambil keuntungan darimu lagi."

"Kau tidak begitu," protes Soojung. "aku sukarela menyerahkan diri padamu."

"Ya, aku tahu." Jongin mengecup kepala Soojung. "Kau pemurah, cantik dan begitu bergairah hingga menghancurkan kesempatanku dengan wanita lain. Tapi bukan itu yang kuniatkan untuk kali pertamamu. Malam ini aku akan menebusnya."

Soojung bergidik mendengar janji sensual dalam nada bicara Jongin. "Sebetulnya tidak perlu. Tapi kalau kau berkeras..."

"Aku berkeras." Pria itu menyusurkan tangan dipunggungnya dan melanjutkan memeluk, membuat Soojung merasa aman. Kemudian Jongin mulai mencium sepanjang lehernya, mulut pria itu panas dan bertujuan, dan Soojung mulai merasa tidak sepenuhnya aman. Ia menarik napas cepat saat Jongin berlama-lama ditempat yang peka.

Merasakan gerak leher Soojung yang naik-turun meneguk ludah, Jongin mengangkat kepala dan tersenyum padanya. "Apa sebaiknya kita makan dulu?" berdiri dengan mudah, pria itu menariknya bangkit bersama.

"Setelah makan pagi pernikahan yang sangat banyak," sahut Soojung, "Aku tidak akan pernah lapar lagi. Meskipun begitu..." –ia tersenyum cerah pada Jongin—"aku tidak keberatan minum segelas sampanye."

Menangkup wajah Soojung ditangan, Jongin menciumnya singkat. "Untuk senyum itu, kau boleh mendapatkan sebotol penuh."

Soojung menekankan pipi ke telapak tangan Jongin. "Maukah kau melepaskan gaunku lebih dulu?"

Memutar Soojung agar memunggunginya, Jongin mulai membuka deretan kait tersembunyi yang menyatukan punggung gaun.

Rasanya seperti tindakan yang biasa dilakukan suami, perbuatan membantu melepaskan gaunnya, nyaman sekaligus menyenangkan. Sementara menelanjangi kuduk Soojung, Jongin menekankan bibir ke kulit halus itu, dan melancarkan lebih banyak ciuman dipuncak tulang punggung.

"Perlu kubuka korsetnya sekalian?" tanya pria itu, suaranya dekat ditelinga Soojung.

Soojung diam-diam tercengang kakinya menopangnya. "Tidak, terima kasih, aku bisa melakukan itu sendiri." Ia kabur ke dalam perlindungan sekat untuk berganti baju, dan menarik petinya ke balik sekat itu. Membuka tutupnya, Soojung mendapati pakaiannya yang terlipat rapi dan kantong serut dari kain muslin yang berisi sisir dan sederet jepit rambut, serta berbagai keperluan kecil lainnya. Ada juga bingkisan berbalut kertas biru pucat dan diikat dengan pita yang sesuai. Mengambil pesan kecil terlipat yang diselipkan dibawah pita, Soojung membaca:

Hadiah untuk malam pengantinmu, Soojung. Gaun ini dibuat oleh penjahit paling bergaya di Seoul. Sedikit berbeda dengan yang biasa kaupakai, tapi akan sangat menyenangkan pengantin pria. Percayalah padaku soal ini.

—Joohyun

Memegang tinggi gaun itu, Soojung melihat gaun itu terbuat dari sutra tipis itu dikaitkan dengan kancing kecil hitam. Karena satu-satunya gaun tidur yang pernah ia pakai terbuat dari kain muslin atau katun putih yang sederhana, ini agak mengejutkan. Tapi, jika itu yang disukai para suami...

Setelah melepas korset dan baju dalam lainnya, Soojung menarik gaun itu melewati kepala dan membiarkannya jatuh meluncur diatas tubuh dalam sapuan sejuk licin. Kain yang tipis membentuk erat dipundak dan bagian tubuh bagian atas, dan dikancingkan dipinggang sebelum jatuh melayang ke lantai dalam potongan transparan. Belahan samping naik sampai ke pinggul, menampakkan kakinya jika ia bergerak. Dan punggungnya terekspos mengejutkan, gaun ini berkerung punggung rendah ditulang belakang. Menarik sirkam dan jepit dari rambut, ia menjatuhkan benda-benda itu ke kantong muslin dipeti. Hati-hati ia keluar dari belik sekat.

Love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang