Part 19

1K 95 3
                                    

Insting pertama Soojung membuat ia menempatkan diri diantara suaminya dan orang asing itu, tapi Jongin mendorongnya kebelakang. Terengah takut dan syok, ia melihat dari balik pundak Jongin.

Pria asing itu mengenakan baju sipil yang menggantung ditubuh yang nyaris seperti kerangka. Dia tinggi dan sosoknya besar, tampak seolah-olah sudah berbulan-bulan tidak tidur atau makan dengan baik. Lapisan acak rambut gelapnya sangat butuh digunting. Pria itu memandang mereka dengan tatapan liar menakutkan milik orang gila. Meskipun begitu, tidak sulit melihat bahwa dulu pria itu tampan. Sekarang ia tidak lebih dari sisa rongsokan selamat. Seorang pria muda, berwajah tua dan bermata menakutkan.

"Kembali dari kubur," kata Mino parau. "Kau tidak mengira aku akan berhasil, ya kan?"

"Mino..." saat Jongin bicara, Soojung merasakan tremor halus, nyaris tak terdeteksi, diseluruh tubuh pria itu. "Aku tidak pernah tahu apa yang terjadi padamu."

"Memang," revolver terguncang digenggaman Mino. "Kau terlalu sibuk menyelamatkan Hyungseung."

"Mino, turunkan benda terkutuk itu. Aku...meninggalkanmu disana membuatku sedih sekali."

"Tapi kau melakukannya. Dan aku hidup dineraka sejak itu. Aku membusuk dan kelaparan, sementara kau menjadi pahlawan besar negara. Bajingan—" ia mengarahkan pistol ke dada Jongin. Soojung terkesiap dan meringkuk dipunggung suaminya.

"Aku harus menyelamatkan Hyungseung terlebih dulu," ujar Jongin tenang, denyut nadinya berpacu. "Aku tidak punya pilihan."

"Bohong. Kau menginginkan keagungan karena menyelamatkan perwira tinggi."

"Kukira kau sudah tidak mungkin selamat. Dan jika Hyungseung ditangkap, mereka akan mengorek segala macam informasi intelijen yang merusak dari dia."

"Kalau begitu kau seharusnya menembak dia, dan membawaku keluar dari sana."

"Kau sudah gila," bentak Jongin. Mungkin bukan hal paling bijaksana untuk dikatakan kepada orang yang berada dalam situasi seperti Mino, tapi Soojung sama sekali tidak bisa menyalahkan Jongin. "Membunuh serdadu tak berdaya dengan darah dingin? Mustahil dengan alasan apapun. Bahkan terhadap Hyungseung. Jika kau ingin menembakku karena itu, lakukan, biar setan membawamu. Tapi jika kau sakiti sehelai saja rambut dikepala istriku, akan kuseret kau ke neraka bersamaku. Hal yang sama berlaku untuk Janggu—dia terluka saat melindungi dirimu."

"Janggu tidak disana."

"Kutinggalkan dia bersamamu. Saat aku kembali untukmu, dia berdarah karena tikaman bayonet, dan salah satu telinganya hampir putus. Kau sudah tidak ada."

Mino berkedip dan menatap Jongin dengan kilas kepastian. Tatapannya beralih ke Janggu. Pria itu mengejutkan Soojung dengan berjongkok dan memberi isyarat ke anjing itu. "Sini, nak."

Janggu tidak bergerak.

"Dia tahu apa itu senjata." Soojung mendengar Jongin berkata tajam. "Dia tidak akan mendatangimu kecuali kau menyingkirkan senjata itu."

Mino ragu. Perlahan diletakkannya revolver itu ke tanah. "Sini," katanya kepada si anjing, yang merengek bingung.

"Pergilah, nak." Kata Jongin dengan nada rendah.

Janggu mendekati Mino hati-hati, ekornya dikibaskan. Mino mengusap kepala acak-acakan itu dan menggaruk leher si anjing. Bernapas terengah, Janggu menjilat tangan pria itu.

Bersandar dipunggung Jongin, Soojung merasakan ketegangan pria itu berkurang.

"Janggu ada disana," kata Mino dengan suara berbeda. "Aku ingat dia menjilati wajahku."

"Menurutmu apa aku akan meninggalkan dia bersamamu, jika tidak bermaksud kembali?" desak Jongin."

"Bukan masalah. Jika situasinya dibalik, aku pasti akan menembak Hyungseung, dan menyelamatkanmu."

Love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang