duabelas

88 8 3
                                    

- Belio -
Seandainya waktu bisa diulang, akan ku pastikan kita tak akan pernah saling mengenal.

Vania membaringkan tubuhnya diatas tempat tidurnya. Tangis Vania kembali menderas. Vania benar - benar menyesal atas keputusan yng telah ia buat.

Vania meraih ponselnya, menujukan sebuah panggilan untuk mamanya.
"Ma, aku mau pindah ke jogja".
"Kenapa sayang?".
"Aku mau jagain kakek".
"Yaudah, nanti mama bantu beresin barang kamu yah. Kamu mau pergi kapan? Bulan depan?".
"Sekarang ma aku ga mau lama - lama disini".
"Yaudah mama kerumah kamu sekarang".
"Ga usah, aku bisa urus semua sendiri. Ga usah sok care".
Vania menutup teleponnya.

Vania mempacking semua barang dan bajunya. Vania menutup semua jendela yng ada dirumahnya, ia berjalan keluar dari rumahnya dan menutup pintu depan rumahnya. Vania menarik nafasnya dalam - dalam. Terlalu banyak kenangan yng harus ia ingat didalam rumah itu.

Vania menaiki sebuah taksi menuju stasiun kereta api.
Setelah satu jam menunggu, akhirnya kereta yng Vania naiki siap berangkat.

18.10
Vania tiba dijogja. Ia menaiki taksi menuju rumah kakeknya. Sekitar 15 menit didalam taksi, akhirnya Vania sampai dirumah kakeknya.

"Assalamu'alaikum kek" Vania mengambil tangan kakeknya lalu mencium punggung tangan kakeknya.
"Cucu kakek akhirnya datang juga" kakek Vania tersenyum bahagia melihat Vania.
"Mandi dulu ganti bajumu nanti kita makan bersama".
Vania mengangguk tersenyum.

Vania masuk kedalam kamar yng berada dirumah kakeknya. Vania meraih ponselnya terdapat 17 panggilan tak terjawab disana. Ia berharap dari 17 panggilan itu, ada panggilan dari Belio walau hanya satu.

10 panggilan dari Bella dan 7 panggilan dari Viori. Vania menarik nafasnya dan melempar ponselnya disamping bantal tidurnya.

Ponsel Vania kembali berdering terdapat dilayar ponsel Vania sebuah panggilan dari Viori.
"Halo? Van lo dimana kok rumah lo gelap?".
"Jogja".
"Hah? Lo pindah?".
"Iya".
"Maafin gue Van".
"Soal apa?".
"Gue pacaran sama Belio".
"Gapapa kok Ri, makasih yah lo udah meluk gue erat banget sampe pisau lo nancepnya dalam banget".
"Van, gu gu".
Belum sempat Viori meneruskan kalimatnya, Vania langsung memutuskan sambungannya.

Vania keluar dari kamarnya dan masuk kedalam ruang makan.
"Kamu mau kakek daftarkan disekolah yng mana?".
"Terserah kakek aja".
"Yasudah, kakek daftarkan besok saja agar supaya kamu sudah bisa mulai sekolah besok".
Vania mengangguk tersenyum.

*
Viori masuk kedalam rumah Belio. Ia mendekati Belio yng tertidur dikursi panjang yng berada didepan TV.
"Li bangun Li".
"Hm?".
"Vania pindah!".
Belio tersentak kaget seketika. Matanya terbelalak dihadapan Viori.
"Terus? Gue peduli?".
Viori menundukkan kepalanya.
"Lo ga usah mikirin dia, sekarang kita udah pacaran jaga perasaan lo sendiri" kata Belio pada Viori.
"Yaudah kita ga usah mikirin Vania mulai sekarang. Oke?".
Belio mengangguk.

*
Ponsel Vania kembali berdering. Terdapat sebuah panggilan dari Bella dilayar ponselnya.
"Halo? Kenapa Bel?".
"Van lo kok ga sekolah?".
"Gue udah pindah Bel".
"HAH? KENAPA?".
"Gue mau jagain kakek gue dijogja dia sendirian".
"Oh yaudah gue ngerti, kapan - kapan gue main ke jogja yah Van".
"Iya Bel".
Bella menutup teleponnya.

14.27
Kakek Vania masuk kedalam kamar Vania membawa sebuah tas kertas bergambar batik.
"Ini seragammu, kakek sudah mendaftarkan kamu di SMA Budimulia".
Vania mengangguk tersenyum.
"Kakek senang disisa umur kakek, masih ada yng mau jaga kakek".
"Vania juga seneng kok kek, sekarang Vania bisa ngerasain lagi setelah 4 tahun kehilangan kasih sayang dari mama sama papa".
Kakek Vania tersenyum pada Vania.
"Yasudah, kamu istirahat. Besok kamu sudah harus ke sekolah. Biar kakek yng antar yah".
"Iya kek".

*
Belio membuka ponselnya terdapat sebuah pesan teks dari mamanya disana.
Mama Belio: papa harus ngurus proyek dijogja. Kamu mau di Jakarta, bandung apa ikut ke Jogja?.

Belio mengingat kembali kalimat yng ditujukan dari Viori.
"Vania pindah ke Jogja".
Seketika, Belio memutuskan ikut ke Jogja agar ia bisa membalaskan dendamnya pada Vania.

Belio mempacking semua barang - barangnya dan menelepon Viori.
"Lo mau ikut ke Jogja? Tinggal sama gue".
"Yaudah Li gue mau".
Ajakan apapun yng ditawarkan oleh Belio akan selalu disetujui Viori karena Viori sangat dekat dengan Belio begitupun dengan keluarga Belio. 

*
Hari ini Vania membuka mata dari tidurnya ia melihat ke langit - langit kamarnya. Terdapat langit baru disana, suasana baru, dan perasaan yng baru. Vania ingin tetap tenang diJogja bersama kakeknya dan melupakan segala kenangannya diJakarta.

Vania keluar dari kamarnya menuju ruang makan. Terlihat jelas kakeknya sudah menunggunya disana. Kakek Vania menatap kearah Vania.
"Sarapan dulu, nanti kakek antar kesekolah".
Vania hanya mengangguk lalu melahap sarapannya.

Setelah selesai sarapan, Vania masuk kedalam mobil kakeknya.

"Kamu sudah punya pacar?" Pertanyaan kakek Vania berhasil memecahkan keheningan didalam mobil.
Vania menggeleng tersenyum.
"Terlihat jelas dari wajahmu kamu seperti sedih".
"Ga kok kek".
"Kalo kamu ada masalah, cerita sama kakek gapapa".
Vania menarik nafasnya dalam - dalam. Terdapat satu pertanyaan dikepalanya yng ingin ia lontarkan pada kakeknya.
"Kek, kenapa sih ga pernah ada persahabatan yng murni antara laki - laki sama perempuan?".
Kakek Vania tersenyum.
"Kamu suka sama sahabat lelakimu?".
"Hah? Ga kok kek".
"Yasudah, kakek ga maksa kamu untuk cerita sekarang. Nanti kalo kamu sudah mau sharing kamu bisa cerita sama kakek".
Vania mengangguk.

Mobil kakek Vania tiba didepan sekolah baru Vania.
"Kek, Vania masuk dulu yah".
"Iya belajar baik - baik yah, jadi orang sukses biar bisa banggain kakek".
Vania tersenyum mengangguk.

*
Vania masuk kedalam salah satu kelas yng berada dilantai 2 khusus ruang kelas 11.
"Perkenalkan, nama saya Bellvania Jasmin pindahan dari Jakarta" perkenalan nama Vania singkat.
"Bellvania, kamu bisa duduk dibangku kedua disebelah Ghia" kata guru wali kelas dari kelas 11 ipa H.
Vania hanya mengangguk lalu berjalan menuju bangku yng ditujukan guru itu.

"Hai kenalin gue Ghia" sapa perempuan yng duduk disebelah Vania.
"Oh, hai gue Bellvania panggil aja Vania".
"Jadi lo pindahan dari Jakarta?" Pertanyaan itu terdengar dari bangku yng berada dibelakang bangku Vania.
Vania memutar badannya menghadap kebelakang. Ia mengangguk menjawab pertanyaan dari perempuan itu.
"Oh, btw kenalin gue Caca" perempuan yng tadi melontarkan pertanyaan pada Vania, menjulurkan tangannya pada Vania.
Vania membalas juluran tangan dari Caca.
"Kenalin gue Ghea" perempuan disebelah Caca tersenyum pada Vania.
"Gue Anggita" kata seorang perempuan yng duduk dikelilingi dengan lelaki.
Vania melirik Anggita dan melemparkan sebuah senyum padanya.

Alhamdulillah
Part 12 selesai, jgn lupa vote & comment y😊

Maaf ( completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang