delapanbelas

86 7 0
                                    

- Vania -
Senja sore yng kubawa bersama semua kenangan kita sewaktu ku meninggalkan mu, kini tersimpan baik - baik didalam hatiku. Berbahagialah, dengan begitu aku bisa pergi dengan memeluk semua kenangan kita. Ku pastikan tak ada satupun kenangan yng tak kubawa, dan kau tak akan mengingat satupun diantara kenangan - kenangan kita.

"Dia diapain sama tu orang?" Tanya caca pada belio.
"Ga diapa - pain tapi tadi kayaknya dia mau ngebunuh vania" jawab belio.

Pintu ruang vania dibuka oleh suster,
"Sus, vania belum bisa pindah diruang inap?" Tanya Belio.
"Kalau dia sudah sadar, dia sudah bisa dipindahkan diruang inap. Vania langganan di rs ini yah" kata dokter tertawa kecil.
Belio hanya tersenyum mengangguk.

"Duh vania!" Teriak anggita dari balik pintu UGD, terdapat seorang lelaki disamping anggita.
"Eh lo tau ga tadi ada cewek megang - megang pisau mau ngebunuh vania" kata caca.
"Hah? Serius lo?" Jawab anggita.
"Yaiyalah, ga mungkin gue bohong kali".
"Terus cewek itu siapa?" Tanya Rezi.
"Viori zi" jawab belio.
"Lo kenal sama dia?" Tanya rezi kembali.
Belio mendengus "yuk kita duduk diruang tunggu aja biar gue ceritain semuanya".

Rezi, anggita, caca dan belio keluar dari UGD dan mengambil tempat duduk diruang tunggu.
"Kenapa sih li?" Tanya anggita.
"Gue sama vania dulu sahabatan banget. Tapi ga pernah ada persahabatan yng murni antara cewek sama cowok kan? Gue tau lo semua juga ngerti".
"Jadi lo suka sama vania?" Tanya rezi.
Belio mengangguk, "gue nembak dia tapi kayaknya dia ga nyaman sama gue jadi dia mutusin gue. Ga tau kenapa gue jadi benci gitu sama dia" sambung belio.
"Duh li lo kenapa sih. Harusnya lo ngertiin vania dia juga butuh adaptasi sama hubungan baru kalian" kata anggita.
"Terus sekarang gimana?" Tanya caca.
"Gue mau jagain dia" jawab belio.
"Dia sakit apa sih? Kok sering banget keluar masuk rumah sakit" tanya ghea entah dari kapan ghea dan ghia sampai dirumah sakit.
"Eh lo dari kapan ghe?" Tanya caca.
"Daritadi kali" jawab ghia.
Belio menarik nafasnya dalam - dalam "leukimia".
Belio berdiri dari kursinya, "gue ngecek vania dulu" kata belio sembari berjalan menuju UGD.

"Van lo udah bangun?" Tanya belio.
Vania menatap kearah belio lalu mengangguk tersenyum.
"Maafin gue van" kata belio.
"Ga ada yng perlu dimaafin kita kayak gini aja. Gue ga mau ada apa - apa lagi diantara kita".
"Van lo marah sama gue?".
"Ga kok, lo inget gimana lo campain gue? Gue berusaha biar kita balik lagi kayak dulu tapi lo udah dibutain sama dendam lo".
Belio mendengus lalu tersenyum kecil "Lo emang paling ahli nyakitin gue van".
Belio berpaling dari hadapan vania. Ia berjalan keluar dari UGD.

"Bilangin ke dokter, vania udah bangun dia udah bisa dipindahin keruang inap" kata belio.
"Lo mau kemana?" Tanya rezi.
Belio hanya tersenyum lalu berlari keluar dari rumah sakit.

*
Belio berjalan menuju rumahnya.
"Seaindainya dulu gue ga egois, mungkin sekarang ga bakal kayak gini" batin belio.
Tiba - tiba ada tangan yng memeluknya dari belakang.
"Gue sayang sama lo" suara perempuan terdengar dari belakang belio.
Belio membalikkan badannya.
"Bella?".
Bella hanya tersenyum dan mengeratkan pelukannya.

"Lo darimana?" Tanya bella memecahkan keheningan disela - sela perjalanan mereka.
"Dari rumah sakit" jawab belio singkat.
"Lo sendiri mau kemana?" Belio melemparkan pertanyaan pada bella.
"Rumah sakit, jengukin sahabat gue soalnya kakeknya nelvon gue suruh gue jagain vania di rumah sakit. Kakeknya lagi ada urusan soalnya" jawab bella.
"Vania?" Belio mengerutkan dahinya.
Bella mengangguk.

Belio menarik tangan bella.
"Lo mau jadian sama gue?" Pertanyaan belio berhasil memecahkan kegembiraan bella.
"Lo serius?".
"Iya".
"Yaudah gue mau li" jawab bella.
Belio memeluk bella, "Dengan begini lo bisa rapuh van" batin belio.

*
Dokter memindahkan vania diruang inap. Teman - teman vania mengikutinya sampai diruang inap vania.
"Kalau butuh apa - apa, hubungi saya" kata dokter syarief sembari tersenyum.
Vania mengangguk.

Anggita berjalan mendekati vania.
"Belio kenapa?" Tanya anggita.
"Ga tau" jawab vania.
"Lo mantan sama dia yah? Dia bilang sama kita kalo dia mau ngejagain lo" sambung caca.
"Hah? Demi apa lo?" Suara ghia terdengar.
Vania hanya mendengus "udahlah ga usah bahas ini lagi".

Tiba - tiba, pintu ruang inap vania kembali dibuka. Terdapat seorang wanita parubaya berdiri disana dengan air mata yng jatuh dipipinya.
"Mama?" Gumam vania pelan. Semua mata tertuju pada mama vania.

Mama vania berjalan masuk mendekati vania.
"Kamu kenapa sayang? Maafin mama telat" kata mama vania.
"Ngapain mama kesini sih" tanya vania ketus.
"Van kita pulang dulu yah, nanti balik lagi" pamit teman - temannya berlalu dari ruangan vania.

Vania kembali menatap tajam mamanya. "Mendingan mama pulang aja deh".
"Kenapa sayang? Mama mau jagain kamu".
"Ga usah yah ma aku udah biasa sendirian lagian kakek juga bentar lagi kesini kok".
"Segitu marahnya kamu sama mama?".
"Plis ma jangan ngedrama lagi didepan aku, sumpah aku jijik banget".

Vania membalikkan tatapannya menuju kearah jendela. Tiba - tiba, sebuah pelukan membentuk ditubuh vania. Pelukan yng selalu berhasil membuatnya nyaman, pelukan seorang ibu.

"Lepasin ma!" Bentak vania.
"Mama udah lama ga meluk kamu. Mama selalu pengen meluk kamu tapi ga pernah bisa".
"Iya emang ga pernah bisa. Mama harus ingat dulu waktu mama sama papa mau ninggalin aku? Mama harus tau beratnya hidup aku ma. Mama harus tau!".

Mama vania melepaskan pelukannya.
"Kamu juga harus tau semuanya tentang papa kamu. Kalo kamu tau semuanya kamu ga akan pernah ngebenci mama" jawab mama vania sembari tersenyum kecil pada anak gadisnya.
"Mama tau kan suami baru mama ga suka kalo mama nemuin aku. Mama harusnya netap sama satu pilihan, aku atau suami baru mama? Jelas mama bakal pilih su.." belum sempat vania melanjutkan kalimatnya,
"Mama pilih kamu! Bagaimana bisa mama lepasin darah daging mama demi orang baru? Kamu harus ngerti sayang ga ada seorang ibu yng rela ninggalin anaknya sendiri. Mama tau mama egois, tapi anak gadis mama harus tau mama ga akan pernah ngebiarin kamu. Mama sekarang mau ngurusin vania lagi" potong mama vania tersenyum.

Vania menarik nafasnya dalam - dalam.
"Udahlah ma, ga usah nyiptain kalimat buat ngeluluhin hati aku. Aku ga bakal luluh ma, mendingan sekarang mama pergi dari sini".
"Bellvania, anak mama. Kamu terlalu buta sama dendam kamu. Kamu ga pernah tau gimana perasaan mama pas mama ninggalin kamu. Mama pergi" jawab mama vania sembari meninggalkan ruang vania.

Alhamdulillah,
Part 18 selesaiii, semoga suka y😊😊
Jgn lupa vote & comment😍

Hmmm❤

Maaf ( completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang