- Vania -
Ketika ragaku tak bisa untuk memelukmu erat, menundukkan kepalaku didepan dadamu bersama jatuhnya air mataku, melepaskan segala kesedihan yng melanda batinku, semua akan ku tuangkan untukmu melalui bayanganku.06.30
"Yatuhan! Dokter tolong disini dokter" teriak suster yng baru saja masuk kedalam ruang inap vania.Dokter yng mendengar teriakan suster, langsung berlari masuk kedalam ruang inap vania.
"Siapkan ruang operasi, hubungi keluarganya" sahut dokter ketika melihat sebuah pisau menancap diatas perut vania.
"Ii i i iy iya dok" jawab suster terbata - bata."Code blue, code blue, emergency code blue" terdengar bell darurat dari spiker rumah sakit.
Vania segera diarahkan diruang operasi.
"Dokter, tapi kita harus meminta izin dari pihak keluarga" ucap suster yng berada disamping dokter.
"Pihak keluarga menuju kemari" sambung suster yng berada dibagian administrasi.Dokter syarief menarik nafas panjang.
Sekitar 15 menit vania berada didalam ruang operasi.
"Dokter keluarga pasien sudah sampai" kata suster pada dokter syarief.
"Suruh masuk keruangan saya".
"Baik dok".Kakek vania masuk kedalam ruangan dokter syarief.
"Dok, kenapa harus dioperasi?" Tanya kakek vania.
"Ada pisau yng tertancap diatas perut vania pak. Maaf kami kurang memperhatikan vania".Air mata kakek vania jatuh,
"Tolong selamatkan cucu saya dokter. Dia satu - satunya yng ada dihidup saya".
"Saya akan keluarkan seluruhnya tenaga saya. Mohon doa dari bapak" jawab dokter tersenyum.
"Cucu saya akan sadar kembali dokter?" Wajah kakek vania penuh dengan kekhawatiran. Air matanya tak henti menderas.
"Bapak ingat dengan obat keras yng vania minum untuk menahan kepalanya ketika kambuh?".
Kakek vania mengangguk.
"Saya sudah pernah sampaikan efek samping dari obat itu kan?".
"Iya dok".
"Mungkin efek samping dari obat itu akan terjadi setelah operasi atau mungkin dalam operasi. Saya memohon doa dari bapak".
"Lakukan yng terbaik dokter. Dia cucu saya yng paling berharga dalam hidup saya. Saya ingin membahagiakan dia".
Dokter syarief mengangguk.***
Operasi berlangsung selama 3 jam.***
Bella berada tepat didalam ruang inap vania.
"Kok kosong? Vania udah keluar kali ya" ucapnya pelan.
Bella keluar menuju tempat administrasi.
"Suster, pasien dikamar yng itu udah keluar?" Tanya bella sambil mengarahkan telunjuknya diruang inap vania.
"Oh, dia diruang operasi mbak".
"Operasi?".
"Iya, semalam kayaknya ada orang yng nusuk dia pake pisau tapi baru ketahuan pagi ini. Polisi masih dalam proses pelacakan pelaku".
"Yaudah, sus makasih".Bella segera berlari menuju ruang operasi dan duduk disalah satu kursi tunggu. Terdapat seorang pria bertubuh besar dengan kulit keriput disana.
"Kakek? Vania gimana kek?" Tanya bella dengan nada penuh kekhawatiran.
"Tolong bantu dengan doa" jawab kakek vania.Bella menarik nafas dalam - dalam dan menutup matanya. "Kenapa bisa gini sih vania".
Bella meraih ponselnya dari dalam saku celananya.
"Halo? Li lo dimana? Bisa kesini ga?".
"Dimana bel?".
"Rumah sakit, sekarang gue mohon".
"Yaudah gue kesana".
Bella kembali menutup telepon itu.09.37
Dokter dari ruangan operasi keluar.
"Dok bagaimana cucu saya?" Tanya kakek vania menjemput kedatangan dokter yng baru saja keluar dari ruang operasi.
"Operasi sukses, bapak bisa ikut saya sebentar?".
Kakek vania mengangguk dan berjalan mengikuti langkah kaki dokter yng menangani vania.Mereka tiba disatu ruangan.
"Silahkan duduk pak" dokter syarief mempersilahkan kakek vania untuk duduk.
"Bagaimana dokter?".
"Operasi sukses pak. Tapi vania koma, leukimianya sudah distadium akhir".
Kakek vania menundukkan kepalanya. Kembali air mata kakek vania menderas.
"Jika vania sudah bangun, kita punya beberapa cara untuk menyembuhkan vania. In shaa Allah atas izin dan ridho-Nya vania bisa sembuh".
"Bagaimana bisa dokter? Ini penyakit keluarga kami turun temurun!" Bentak kakek vania.
"Vania pasti bangun kan dokter?" Sambung kakek vania.
Dokter syarief mengangguk tersenyum.***
Bella masuk kedalam ruangan inap vania.
"Suster kok vania belum sadar?".
"Dia masih dalam masa koma mbak".
"Koma? Kapan dia sadar?".
"Kita hanya bisa berdoa, permisi".Bella memegang tangan vania.
"Lo harus sembuh, lo sahabat gue".Ponsel vania berdering. Sebuah panggilan dari ghia terpampang dilayar ponselnya. Tanpa ragu, bella mengangkat telepon itu.
"Halo?".
"Van lo kenapa ga sekolah? Bu Yoan nanyain lo, gue taroh alpa ya".
"Maaf, ini bella temen vania. Dia lagi koma sekarang".
"HAH?! Koma?".
"Iya".
Telepon terputus.***
"Guys!" Panggil ghia.
Semua menoleh kearah ghia.
"Vania koma plis kita harus ke rs sekarang" sambungnya.
"Koma?!" Tanya caca kembali.
"Iya cepet kita harus ke rs gue mohon" ucap ghia.
"Kita ke rs sekarang" sambung ghea.
"Rezi, anggita cepeten sibuk pacaran aja cepet ah" ujar caca pada rezi dan anggita.
"Iye ampun ah bawel lu jomblo" anggita menjulurkan lidahnya pada caca.***
Belio masuk kedalam ruang inap vania.
"Kenapa bel?".
Bella mendekat pada belio dan langsung memeluk belio.
"Kenapa yank?".
"Vania" jawab bella dengan suara serak dan air mata yng mengiringinya.
"Kenapa vania?".
"Semalam ada yng nusuk dia pake pisau, sekarang dia koma li" tangis bella pecah.
Belio tersontak kaget. Pikirannya tertuju pada viori.
"Viori!" Gumamnya pelan.
"Bel, kamu jagain vania ya. Aku keluar bentar".
"Iya".
Belio keluar dari rumah sakit. Ia menuju kerumah viori.***
Tiiiitttt, suara ventilator dari samping vania berbunyi. Garis yng tadi bergambar naik turun didalam ventilator, kini berubah menjadi garis lurus.
"Suster! Tolong suster!" Teriak bella.
Bella berlari keluar, "kakek vania cepet panggil dokter!".
"Suster tolong cucu saya".
Mereka berlari kedalam ruang inap vania."Sebentar saya panggil dokter syarief" suster berlari keluar.
Tak lama kemudian, suster muncul bersama dokter syarief. Air mata bella dan kakek vania tak henti menderas.
"Defibrilator!" Teriak dokter syarief.
Suster menjulurkan sebuah defibrilator kepada dokter syarief.
"Shock!" Ucap dokter syarief.
Berkali - kali ia meletakkan defibrilator didada vania."Vania kenapa?" Tanya ghia.
Entah sejak kapan teman - teman vania berada disitu."Shock!" Ucap dokter syarief kembali.
Tit , tit , tit bunyi ventilator kembali normal.
"Alhamdulillah" ucap dokter syarief pelan.Bella dan kakek vania berjalan mendekati vania.
"Cucu kakek harus sembuh" ucap kakek vania pelan.Bella melirik kearah teman - teman vania.
"Masuk" ucap bella tersenyum.
Teman - teman vania berjalan masuk kearah tempat tidur vania.***
Belio mengetuk pintu rumah viori dengan keras.
"Viori keluar lo!" Teriak belio.
Tak lama setelah itu, viori muncul dibalik pintu.
"Kenapa sih?".
"Lo ga usah sok lugu! Lo ngebunuh vania kan?!" Teriak belio.
"Dia mati? Baguslah lega banget gue" viori menjawab santai.
"Lega? Lo tau kan gue sayang banget sama dia?".
"Lo tau kan gue sayang banget sama lo belio?!".
"Gue tau, tapi lo harus sadar ri. Cinta gue sepenuhnya buat vania".
"Dia udah ga cinta lagi sama lo. Kenapa sih lo ga bisa nerima gue?".
"Karena gue sayang banget sama vania, gue ga bisa ngelepasin dia. Gue bakal jagain dia, dan lo jangan pernah lo sentuh vania lagi. Atau lo yng bakal gue kirim keneraka!".Vania menatap belio dengan perasaan bahagia karena cinta belio masih tetap sama untuknya. Vania berjalan mendekati belio dan langsung memeluk belio.
"Gue juga sayang sama lo li" ucap vania tersenyum bersama air matanya.alhamdulillah part 20 selesai.
Afwan kelamaan update ya wkwk, semoga suka yaaaaa😊😊
Jgn lupa divote dan comment okee?😙😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf ( completed )
Teen FictionTerima kasih karena telah menjadi lelakiku setelah berperan menjadi sahabatku, maaf karena aku sangat bodoh tentang bagaimana caranya menghargai perasaanmu terhadapku sampai akhirnya karma yang menyadarkanku bahwa kehilangan adalah hal yang paling m...