limabelas

78 7 0
                                    

Pintu ruang inap Vania dibuka, terdapat seorang lelaki dan perempuan yng masuk kedalam. Vania membuka sedikit matanya agar bisa melihat siapa yng datang.

Vania menutup kembali matanya, kedua orang itu berdiri disamping kasur Vania.
"Li, bentar gue beli minum aus banget" kata Viori.
"Gue juga satu ya Ri" balas Belio.
Viori hanya mengangguk dan langsung keluar dari mengikuti pintu.

"Cinta gue ke lo besar Van, tapi benci gue ke lo lebih besar dari cinta gue. Maafin gue ga bisa balik kayak dulu lagi buat lo" ucap Belio pelan.

Air mata Vania jatuh dalam keadaan matanya tertutup. Ia mendengar jelas apa yng dikatakan Belio. Dengan berani, Vania membuka matanya.
"Gapapa Li, gue bisa ngerti. Rasa egois lo ga mampu lo lawan" balas Vania dengan senyumnya.

Belio tersontak melihat Vania yng membuka matanya.
"Lo daritadi udah bangun?".
Vania hanya mengangguk.

Belio berdengus dan berjalan keluar dari ruang inap Vania. Baru saja Belio ingin membuka pintu ruang inap Vania,
"Sampe kapanpun gue ga bisa lupain lo Li" teriak Vania dari kasurnya.

Dihadapan Belio terdapat Viori dengan dua botol aqua ditangannya.
"Kok udah mau pulang?" Tanya Viori.
Belio menarik tangan Viori berjalan masuk kedalam ruang inap Vania.

"Gue ga peduli lo bisa ngelupain gue atau ga, yng jelas sekarang gue udah sama Viori yng jelas ga bakalan nyakitin gue" ucap Belio.
Ia mencumbu Viori didepan Vania.

Vania tersontak kaget melihat Belio dan Viori. Air mata yng sedaritadi ia tahan, akhirnya jatuh menderas.

Belio kembali menatap Vania.
"Lo liatkan gue sayang banget sama dia?" Kata Belio.
"Kamu, kok tega?" Balas Vania pada Belio.
Belio hanya tersenyum puas melihat air mata Vania jatuh karenanya.

Aldo masuk kedalam ruang Vania,
"Lo! Kenapa Vania sampe nangis? Hah?!" Teriak Aldo didepan Belio.
Tanpa menunggu jawaban dari Belio, Aldo langsung mendaratkan sebuah pukulannya dipipi Belio.

Viori menarik Belio keluar dari ruang Vania. Aldo berjalan mendekati Vania.
"Lo kenapa?" Tanyanya pelan.
Vania hanya menggeleng.
Kepala Vania disandarkan didada Aldo.
"Gue ga akan biarin siapapun nyakitin lo Van" Aldo mengelus rambut Vania.

*
Akhirnya Vania tiba dirumah kakeknya. Setelah seminggu penuh ia berada dirumah sakit. Vania memutuskan besok kembali bersekolah.

Vania duduk diatas jendela kamarnya dan melihat kearah bintang - bintang malam yng berada diangkasa.
Kembali ia mengingat kenangannya bersama dengan Belio.

Inikah karma untuk Vania?

Vania melirik ponselnya yng sedaritadi berdering tapi tak pernah diangkatnya. Terdapat sebuah panggilan dari mamanya.
"Halo?".
"Halo sayang kamu sakit? Maaf mama gabisa ngejenguk, besok mama ke Jogja yah jengukin kamu".
Vania hanya mendengus tanpa menjawab perkataan mamanya ia langsung menutup telepon.

Kakek Vania masuk kedalam kamarnya.
"Sudah baikan nak?".
Vania mengangguk.
"Yasudah, makan malam dulu. Kakek tunggu diruang makan".
Vania hanya tersenyum mengangguk.

Ia mengikat rambutnya dan keluar menuju ruang makan. Ia duduk didepan kakeknya.
"Vania" panggil kakeknya.
"Iya kek?".
"Kemarin ga sengaja kakek dengar percakapanmu dengan teman lelakimu".
Vania yng sibuk menyantap makanannya, kini tersedak - sedak akibat perkataan kakeknya.
"Dia pacarmu?" Sambung kakek Vania.
"Sekarang udah ga lagi kek".
"Kenapa?".
Vania hanya memberi senyumnya tanpa menjawab pertanyaan dari kakeknya.
"Yasudah, lanjutkan makananmu".

*
Kriiinggggg!!
Vania tersontak kaget mendengar alarmnya yng berbunyi keras. Ia meraih alarmnya dan mematikannya.

"Oke, hari ini gue harus masuk sekolah!" Batinnya.

Vania keluar dari kamarnya dengan seragam putih abu - abu yng melekat dibadannya. Ia mengambil satu roti yng ada dipiring dan meneguk segelas susu lalu berjalan keluar dari rumah dan masuk kedalam mobil kakeknya.

"Lah kakek mana?" Ucapnya pelan.
Ia keluar kembali dari mobil itu dan masuk kedalam rumahnya. Ia berjalan menuju kamar kakeknya.
"Kek anterin Vania dong".
"Kamu bawa saja dulu mobilnya, kakek mau dirumah dulu. Mama mu mau datang katanya".
Vania mendengus ketika mendengar mamanya akan datang.
"Yaudah Vania pergi dulu ya assalamu'alaikum".
"Waalaikumsalam".

Vania melajukan mobil kakeknya kearah sekolahnya. Sekitar 17 menit ia sampai didepan sekolahnya. Vania memarkirkan mobil kakeknya dihalaman sekolah. Ia berjalan masuk kedalam kelasnya.

"Eh Van, udah sembuh?" Teriak Ghia ketika melihat Vania masuk kedalam kelas.
"Iya alhamdulillah" jawab Vania tersenyum.

Bu Yoan, wali kelas 11 IPA H masuk kedalam kelas dan dibelakang bu Yoan terdapat seorang lelaki yng sangat tidak asing bagi Vania.

"Perkenalkan, nama saya Belio Liddhaus".
"Baik Belio, kamu duduk disebelah Rezi".
Belio mengangguk dan berjalan menuju bangku Rezi.

"Hei bro!" Ucap Rezi pada Belio.
Belio tersenyum.

"Ghi, itu mantan gue" refleks Vania mengatakan itu.
"Hah? Mantan lo? Kok dia ga nyapa lo sih?" Sambung Caca.
"Gitu lah Ca, takdir mungkin" jawab Ghea.
Vania hanya tersenyum.

*
Bel istirahat berbunyi.
"Makan yuk" ajak Anggita.
"Yuk! Van ayo".
"Gue ga laper".
"Yaudah kita makan yah. Lo mau ikut kekantin?".
"Ga gue disini aja".

"Hai Vania, kenalin kita temen - temen baru lo" Rezi menjulurkan tangannya pada Vania.
"Gue Rezi, ini temen gue namanya Riko, Farhan, Cito, Rey, Rizki, sama ini temen baru gue Belio" kata Rezi memperkenalkan teman - temannya.
"Oh iya hai" jawab singkat Vania.
"Kita kekantin ya. Lo mau ikut Van?".
"Ga, gue disini aja gue ga laper".
"Yaudah, yuk guys".

Belio berjalan mengikuti Rezi dan teman - temannya sembari melirik kearah Vania.

SEMOGA SUKA YAAA!!!!😊
Jgn lupa vote & comment😙

Maaf ( completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang