Bagian Satu

339 31 5
                                    



"Heh, dengarkan aku! Jennie meninggal!"

Aku, yang sedang membaca sebuah novel di kelas, nyaris merobek bukuku saat mendengar seseorang berteriak seperti itu di depan kelas.

Jennie? Jennie?! Dia kan...

"Hah? Apa?!"

Jantungku berdebar keras, tanganku bergetar hebat, dadaku sesak. Aku benar-benar tidak tahu harus bereaksi dan berbuat apa.

"Mina. Jennie meninggal!" Sana, temanku yang sangat dekat denganku, mendekatiku dan menggoyang-goyangkan tubuhku dengan kencang.

"Ap-apa benar?"

Kini aku menatap Sana lurus-lurus, mencoba mencari ekspresi jahil yang tersembunyi dibalik ekspresi terkejutnya. Tapi sia-sia, aku sama sekali tidak menemukannya. "Sana... Jangan bercanda dong...."

"Serius, aku nggak bercana. Jennie meninggal. Dia kecelakaan tadi jam sepuluh pagi dan dia meninggal perjalanan menuju ke rumah sakit."

Aku tidak bisa menahan tangisku. Aku benar-benar menangis di pelukan Sana.

Jam sepuluh? Belum ada satu jam yang lalu. Ya Tuhan...

Meski aku tidak begitu akrab dengan Jennie, tapi aku tahu dia orangnya baik. Orangnya riang, mudah akrab dengan orang lain, dan taat beribadah. Itulah kenapa Jaehyun...

Jaehyun?

"Sana.. Jaehyun... Dia..."

Sana memandangku dengan ekspresi yang entah apa maksudnya. Ia mengangkat bahu sambil menghapis air mata yang sudah berada di pelupuk matanya. "Tidak bisa dihubungi sejak tadi. Kata Taeyong, Jaehyun sedang ada di luar kota. Kakak perempuannya menikah hari ini."

***

"Jennie itu meninggal di tempat, bukan di perjalanan menuju ke rumah sakit."

"Tadi aku sempat ke lokasi kecelakaan. Memang parah banget, aku berani sumpah. Mobil yang ia naiki ringset parah"

"Ya mau bagamana lagi, yang ia tabrak itu truk besar. Sebenarnya kalau dia tidak ngebut di jalan aku rasa dia sekarang masih ada disini sama kita."

"Tapi memang Jennie orangnya begitu. Cara dia naik motor sama mobil itu ekstrim. Aku pernah sekali dibonceng dia pakai motor dan aku nyars mati gara-gara dia menyalip diantara dua bis."

"Ya ampun, aku mau menangis sekarang. Dia tinggal di Seoul sendirian dengan adik perempuannya yang masih kecil. Orang tuanya tinggal di Tokyo dan mereka sampai sekarang masih belum bisa dihubungi. Kakek dan neneknya yang ada di Daegu juga sama sekali tidak bisa dihubungi."

"Adiknya masih kecil dan belum tahu apa-apa. Adiknya cuma bisa memandangi tubuh Jennie yang sudah kaku."

"Apalagi pacarnya, si Jaehyun itu sampai sekarang juga belum bisa dihubungi. Di chat belum di read sama dia."

Hentikan! Hentikan! Hentikan! Aku sudah tidak kuat lagi mendengar itu semua. Aaaaah!

Kututup kedua telingaku dan aku pergi keluar rumah duka. Entah kemana aku tidak peduli yang penting aku jauh dari kerumunan teman-temanku yang sedang membicarakan Jennie.

Bukannya aku benci tapi aku tidak kuat mendengarnya.

Jennie. Orangnya cantik. Perfect. Semua suka dengan dia. Dia sangat ramah dan baik sekali.

Tapi kenapa ia harus meninggal secepat ini? Dia baru 17 tahun dan baru beberapa bulan ia akhirnya menjalin hubungan dengan laki-laki yang sudah ia taksir sejak duduk di sekolah menengah pertama, Jaehyun.

Loving YouWhere stories live. Discover now