Mila menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan sebelum akhirnya memasuki firma hukum yang sudah sangat terkenal karena keahlian para lawyernya yang kompeten.
"Aku pasti sudah gila" Rutuk Mila dalam hati.
Langkahnya semakin berat.
"Masuk saja, Ibu" Ucap Seorang wanita yang entah siapa namanya karena Mila sendiri tidak ingin tahu namanya.
Mila hanya berdiri di depan ruangan seseorang yang ingin di temuinya, jadi sangat wajar kalau wanita itu mempersilahkannya masuk.
"Terima kasih" Mila tersenyum sekilas. Namun sayangnya senyumnya tertutup oleh wajah dinginnya. Oh bagaimana tidak? Wanita itu memanggilnya 'Ibu' Hello... Ia tidak setua itu, astaga...!!!
Walau kesal. Dengan ragu Mila memasuki sebuah ruangan yang cukup besar. Ada dua sofa panjang, lemari besar yang berisi kumpulan arsip penting. Meja bundar. Eh? Seketika Mila menatap Meja bundar yang di jadikan meja kerja.
Sangat aneh dimata Mila, karena dimana-mana yang namanya meja kerja, bentuknya segi empat, tapi ini bundar dan terbuat dari keramik, bukan dari kayu.
"Kenapa kau terlihat kebingingungan cantik?"
Oh astaga itu suara siapa?
Kenapa tiba-tiba Mila merasa horor?"Kau ini hantu atau pengacara? Kenapa tadi aku tidak melihatmu?"
Suara Mila yang terdengar sinis membuat pria yang berdiri di sisi kanan Mila menyipitkan matanya merasa tersinggung.
"Aku sejak tadi disini. Kalau kau tidak bisa melihatku, berarti ada masalah dengan matamu"
"Hei kau..."
"Astaga kau tidak sopan. Silahkan duduk cantik, setelah itu baru lanjutkan lagi marahnya"
Mila menghela nafas panjang lalu duduk dengan anggun di sofa panjang yang tidak jauh darinya. "Sabar Mila. Sabar!!" Ucap Mila dalam hati. "Baiklah aku tidak mau basa-basi!"
"Aku tahu kau ingin bercerai kan?"
"A-apa?" Mila membulatkan matanya.
"Sudahlah jangan pura-pura terkejut. Tapi ngomong-ngomong kita terlihat seperti pasangan suami istri yang sangat serasi ya?"
"Sialan diam kau!!" Mimpi apa Mila semalam sampai harus menghadapi sikap menyebalkan pria yang kini duduk bersebrangan dengannya.
"Ya ampun kau mengumpatku?! Oh aku tidak percaya ini"
"Memang aku peduli"
"Oh mulutmu, cantik!"
Mila memutar bola matanya jengah. Luar biasa jengah. "Kau ini sebenarnya pengacara atau apasih?"
Kevin, pria tampan itu tersenyum dengan sangat manis. "Kalau aku katakan kau pasti akan terkejut"
"Oh ya?"
"Hm..."
"Kalau begitu cepat katakan!"
"Aku ini..." Kevin berdiri dari duduknya lalu berjalan menghampiri Mila, menunduk dan mencondongkan wajahnya tepat di depan wajah Mila. "Pengacara yang memenangkan hatimu" Kemudian Kevin pun mengedipkan sebelah matanya, terlihat tampan tapi sangat menyebalkan!
"Kau gila!"
"Kau cantik"
"Astaga..." Mila mengerang frustasi.
Kevin mengedikkan bahunya dan berkacak pinggang. "Astaga juga" Dan Kevin pun meniru Mila.
"Kau benar-benar ya! Issshhh..."
"Aku tahu aku tampan" Potong Kevin cepat.
"Cih percaya diri sekali"
"Hei aku memang tampan, benar kan?" Kevin mengedipkan sebelah matanya.
"Tidak, kau sama sekali tidak tampan!!!" Ucap Mila ketus.
"Dasar cantik"
Mila mendengus kesal.
"Dan karena kau cantik. Aku ingin menciummu" Ucap Kevin kemudian mendekat lagi ke Mila, bahkan kini pria tampan itu pun duduk di samping Mila. Dan dalam hitungan detik pria tampan itu dengan santainya menempelkan telapak tangannya di bibir Mila. "Muaaaaccchhh" Kemudian menciumnya gemas.
Mila membulatkan matanya. Pria sinting seperti apa yang baru saja... Astaga...
"Pipimu merona cantik"
"Kau benar-benar kurang ajar!!" Pekik Mila kesal.
"Semakin kurang ajar semakin menyenangkan bukan?" Kevin mencolek dagu Mila.
"Kau..." Mila kehilangan kata-katanya. Demi apapun ini pelecehan. Ia kesal sangat kesal. Kalau saja imajinasi Kevin bekerja dengan sangat baik. Kevin pasti sudah melihat tanduk merah mencuat di atas kepala Mila.
"Apa cantik? Aku tampan? Aku tahu itu, kau tidak perlu mengatakannya" Ucap Kevin semakin jadi menggoda Mila.
"Aku ingin bercerai denganmu" Ucap Mila spontan saking kesalnya.
"Eh? Memang kapan kita menikah?"
Seketika Mila menelan salivanya susah payah dan melongo seperti idiot. "Iya kapan aku menikah dengannya? Astaga bodoh! Ada apa denganmu, Mila?" Mila membatin dan bola matanya bergerak gelisah.
"Hei kenapa diam?" Kevin menyentuh bahu Mila.
"Lupakan!"
"Apanya yang dilupakan?"
Mila menghela nafas berat. Tolong siapapun cari tahu, apa supermarket menjual kesabaran? Karena Mila ingin membelinya saat ini juga.
"Ucapanku yang tadi"
"Oh" Kevin manggut-manggut. "Tapi aku tidak mungkin mengurus proses perceraian kita sendiri. Kau harus mencari pengacara lain"
"Ish!" Mila mendesis sinis. "Lama-lama kau membuatku gila tahu!!"
"Ssstttt jangan berteriak"
"Aku tidak berteriak!"
"Okay jadi apa tujuanmu datang kesini?"
"Itu..."
"Itu apa?"
"Aku..."
"Katakan atau aku akan meremas dadamu"
PLAK
Tangan Mila refleks terangkat dan telapak tangannya yang lembut mendarat di pipi kanan Kevin.
Oh salah Kevin sendiri karena tangannya membuat gerakan meremas.
"Kau menamparku?" Kevin mengusap pipinya.
"Sudah tahu dan sudah merasakannya kenapa masih tanya?!"
"Kapan aku merasakannya? Aku bahkan belum menikmati tubuhmu"
Mila melotot horor. "Kau benar-benar!"
___________________________________
🕊🕊🕊
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMILA
RomanceKevin dan Mila tidak pernah tahu kalau pada akhirnya sesuatu yang membuat mereka dekat berakhir dengan sesuatu yang mengikat mereka kedepannya.