Mr. Mad 4

7.9K 295 14
                                    

Hai para reader yang cantik dan tampan. Grey up date lohhh

Adakah yang masih menunggu cerita Grey? Let's check it out guys!

--------------------

Surai pink berkibar, clemek biru melingkar di pinggang rampingnya. Bau harum adonan pancake dengan mentega mengisi ruangan. Terlihat seorang gadis berseragam SMA memunggungi pantry, focus pada pancake yang ada di hadapannya.

Permata emerland itu mengerling mendengar suara sepatu berdecit mendekat. Ia tau siapa yang datang, sudah pasti orang itu. Tangan lembutnya mematikan kompor. Meraih gelas biru donker berisi cairan hitam pekat dan menyajikannya di depan orang itu.

Sasuke menatap kopi yang diletakkan tepat di hadapannya. Langsung menghirupnya dan sedikit tertegun, tidak percaya akan kesempurnaan komposisi cairan yang di konsumsinya. Sakura kembali dengan dua buah piring dalam genggamannya, meletakkan salah satunya di hadapan Sasuke.

"Semua beres?" Sasuke membuka suara.

"Um, tak ada yang perlu kau khawatirkan." Balas Sakura.

"Bagus."

Mereka terdiam sambil menikmati sarapan masing-masing dengan damai.

"Kupikir kau tidak mau tinggal bersamaku, sepertinya aku salah?" Sasuke membuka suara.

Perempatan kecil menghiasi dahi Sakura. Mencoba untuk tidak menghiraukan Sasuke, Sakura kembali menikmati sarapannya dengan tenang.

"Kupikir kau wanita yang teguh pada pendirianmu, ternyata tidak juga ya." Seringai kecil mengisi wajah datar Sasuke. Memasukkan potongan pancake ke dalam mulutnya ketika mendengar geraman tertahan tepat di sampingnya.

Ada beberapa perempatan muncul di dahinya. Mencoba tetap menahan diri Sakura menyeruput cairan coklat dari gelas biru muda. Sedikit berdehem sebelum memasukkan kembali potongan pancake ke dalam mulutnya.

"Apa kau akan melakukannya jika aku adalah orang lain, aku cukup penasaran." Sasuke kembali menyuarakan api dengan seringai yang kian melebar.

"CUKUP!" Sakura menggeram kesal. Orang ini memang sangat menyebalkan, pikir Sakura. Sakura menatap Sasuke sinis. Tatapan tajam yang dapat melubagi seekor sapi betina.

Sasuke menatap balik dengan wajah datar yang membuat Sakura semakin kesal. Kekesalannya membuat Sakura tidak menyadari seringai kecil yang tersungging di ujung bibir tipis Sasuke.

"Kenapa? Ada yang salah?" Ujar Sasuke.

"Kau sangat menyebalkan!" Sakura menggeram kesal menatap ke arah lain sambil mencoba untuk mengacuhkan Sasuke. Ughh aku muak dengan peria ini, pikir Sakura.

oOo

Dua hari yang lalu.

Sakura terdesak. Beasiswanya akan dicabut. Dengan panik Sakura membeku tak berdaya. Mengelak pun percuma karena yang di hadapinya adalah seorang pemilik sekolah yang dapat dengan mudah mendepak dan memasukkan orang.

Kepanikan Sakura rupanya terbaca dengan jelas dalam kaca Sasuke. Mendorongnya sedikit lebih jauh mungkin tidak masalah, pikir Sasuke.

"Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni mu bocah, jika barang-barangmu tidak ada di sini hingga jam 5 sore. Beasiswa mu akan ku cabut." Ujar Sasuke meninggalkan Sakura memasuki salah satu ruangan di apartemennya.

Sakura terjatuh. Lututnya lemas hingga ia tak dapat berdiri. Apa yang harus ia lakukan. Haruskah ia mengecewakan ibunya? Haruskah ia mengorbankan beasiswanya. Ini semua terlalu rumit untuk Sakura. Apa yang harus ia lakukan.

Tepat pukul 5 sore Sasuke terbangun dari tidurnya. Keluar dari kamar tidurnya, Sasuke menuju dapur dan menggak segelas air dingin dari kulkas. Melangkahkan kakinya ke ruang tengah untuk memastikan kedatangan Sakura. Apa yang Sasuke temukan membuatnya tersenyum kecil.

Sakura tertidur dengan nyenyak di sofa hitam besarnya. Badan kecil nan rampingnya terlihat semakin kecil ketika terbaring di sana. Di dekatnya terlihat 2 buah koper dan sebuah ransel.

Sasuke berinisiatif menolong, ia menggendong Sakura ke kamar yang berada tepat di hadapan kamarnya. Meletakkannya dengan lembut di atas kasur dan menyelemutinya dengan hangat. Melihat sekeliling kamar berwarna biru langit.

Berpikir, apakah Sakura akan menyukainya? Sasuke terlihat sedikit linglung. Sudah lama ia tidak berurusan dengan wanita, tentu ia sedikit bingung. Interior kamar ini pun cukup sederhana. Sebuah kasur king bed, set meja belajar lengkap, lemari yang menyatu dengan dinding tepat di sebelah kamar mandi.

Cukup simple. Apa ia akan suka? Sasuke kembali membatin. Selama ini wanita yang ia kenal dekat hanyalah Karin dan Mikoto. Mereka adalah tipikal wanita cerewet nan rempong yang memiliki daya tariknya sendiri. Tentu Sasuke akan sedikit khawatirkan?

Mencoba mengabaikannya, Sasuke mengambil barang bawaan Sakura dan membukanya dengan maksud untuk membantu merapikannya. Terlihat di hadapannya baju-baju lusuh yang tidak pantas. Sial! Anak ini memang miskin atau tidak memiliki selera fashion. Seluruh isi tasnya adalah sampah! Sasuke membatin atas keterkejutannya.

Tangan Sasuke kembali menutup rapat tas terebut dan meletakkannya secara sembarang. Menunggu bocah itu bangun mumgkin lebih baik, pikir Sasuke.

Sakura terbangun dengan badan yang sangat segar. Terlihat dari raut wajahnya bahwa ia tertidur dengan sangat pulas. Sakura menatap bingung kamar dengan corak biru muda tersebut, merasa tidak mengenalnya sama sekali.

Memutuskan untuk melangkahkan kaki ke luar, Sakura menemukan Sasuke sedang membuat nasi goreng di dapur. Mengambil tempat di salah satu meja pantry, Sakura menunggu Sasuke dalam diam.

Sasuke meletakkan sebuah piring putih dengan aroma yang menyenangkan tepat di sebelah Sakura. Memasukkan sendok demi sendok tanpa menghiraukan tatapan memelas Sakura.

"Kalau kau mau makan buat sendiri." Ucap Sasuke tanpa menoleh pada Sakura.

Malam itu Sakura menelan makanan dengan kesal.

Keesokan harinya kekesalan Sakura memuncak. Ini adalah hari minggu. Hari untuk bersantai dan berlibur, tapi tidak untuk Sakura.

"Bocah kau harus bangun."

"Hei bocah mana sarapanku."

"Halo 119, aku akan mati kelaparan."

"Bocah bersihkan rumah ini kotor sekali."

"Bocah cucian menumpuk."

"Bocah kau belum mengelap jendela."

"Bocah aku mau jus."

"Buang itu! Aku mau jus tomat."

"Aku butuh handuk."

"Ini jam makan siang."

Dan ucapan bernada datar itu terus berlanjut hingga jam makan malam.

"Tidurlah. Kau harus menyelesaikan semua besok sebelum sekolah."

Sekarang terlihat jelas dasar kekesalan seorang Haruno Sakura.

oOo

Kenyataan bahwa ia tidak bisa mengelak dari makhluk menyebalkan itu membuatnya merasa tertusuk tepat di jantungnya. Sasuke mungkin memiliki wajah dan tubuh yang menawan, tapi ia sangat menyebalkan. Ujung baju Sakura tertarik kecil menyadarkannya dari umpatan hatinya untuk Sasuke.

"Mau sirup Maple?" Sasuke menyodorkan sirup Maple pada Sakura yang langsung di raihnya dengan kasar.

Tak mau mempedulikan Sasuke, Sakura langsung mengguyur pancakenya dengan sirup maple yang menciptakan rasa manis asam. Matanya berbinar-binar menatap pancake yang di selimuti oleh sirup maple. Tangannya dengan cepat memotong dan melahap pancake tersebut membuat senyuman kecil terpatri di wajah seorang pria dewasa yang berada tepat di sebelahnya.

Dear Mr,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang