Hola readers, ini Grey. Maaf butuh waktu cukup lama untuk publish kembali, karena rasanya beda semenjak Loli tidak di sini lagi. Grey harap Loli bisa kembali dalam waktu dekat, jadi Grey tidak akan sendirian lagi.
Enjoy the story.
-------------------------
Sakura menjejalkan bokongnya pada bangku kebesarannya. Senyum menghiasi wajahnya. Ia tidak perlu berjalan jauh untuk mencapai sekolahnya, juga tidak perlu mengeluarkan uang untuk biaya makanannya. Ini mungkin bisa dimasukkannya ke dalam daftar hari paling sempurna dalam hidupnya apabila sosok sialan bernama Uchiha Sasuke tidak bersikap menyebalkan padanya.
"Saku-chan?" Ino Yamanaka berdiri di samping bangkunya sambil membawa beberapa berkas.
"Umm, kenapa Ino-chan?" Sakura mengalihkan pandangannya pada Ino, mencoba melupakan Uchiha sial tersebut.
"Apa kau punya hubungan khusus dengan Shizune-sama?" Ino bertanya dengan wajah penasaran.
"Tidak. Kenapa kau berpikir begitu?" Sakura menjawab.
"Begini, tadi aku ada di ruangan kepala sekolah dan aku melihatmu masuk dari pintu mewah di pojok ruangan. Ketika aku bertanya kepada Shizune-sama, ia hanya menanggapinya dengan asal-asalan. Kupikir kalian ada hubungan spesial, tapi setahuku pintu itu adalah pintu ke ruangan pemilik sekolah ini?" Ino terlihat menjelaskan. Gadis cantik keluarga Yamanaka ini memang terlihat sangat baik.
Penuh dedikasi dan pandai menjadikan Ino Yamanaka peringkat ketiga di sekolah ini setelah Sakura dan si jenius dari keluarga Nara. Namun entah apa yang salah dengannya, Sakura kurang menyukainya dan lebih memilih untuk membuat jarak dengannya. Ada sesuatu yang aneh tentangnya.
"Banyak hal yang terjadi Ino-chan. Kau tau terkadang hidup tidak berjalan seperti yang kau mau." Sakura menjawab asal, tidak nyaman dengan tatapan intens dari gadis cantik bak barbie terserbut.
"Ummm, baik lah Saku-chan. Ini untukmu. Sampai jumpa." Menyerahkan kertas dan kemudian pergi meninggalkan Sakura dengan senyum kecil tersungging di ujung bibirnya.
Sakura melirik kertas yang di letakkan Ino di atas mejanya. Sebuah selebaran untuk festival sekolah. Hal yang kurang menarik untuk Sakura.
Gaara datang. Senyum tersungging di bibirnya. Sakura melirik kedatangan Gaara, membiarkannya duduk.
"Kau tidak masuk dua hari yang lalu. Kenapa?" Ucap Sakura memecahkan kesunyian.
"Ada hal yang harus aku urus. Bagaimana dengan tugas Kakashi-sensei? Kapan kita akan membuatnya?" Gaara mengalihkan pembicaraan. Tangannya mengaruk bagian belakang kepalanya. Sakura tentu langsung sadar Gaara tidak nyaman dengan pembicaraan tersebut.
"Pulang sekolah. Kita membuatnya di rumahmu?" Terselip nada tanya dalam ucapan Sakura. Menutup buku romansa remaja tebalnya Sakura menatap wajah Gaara dalam.
"Baiklah." Gaara menjawab dan terdiam.
Ada yang aneh dengan Gaara hari ini. Ada yang aneh. Tapi apa? Sakura mengakui bahwa ia belum cukup dekat mengenal Gaara untuk menghakimi sikapnya saat ini dan mungkin ini bukan tindakan yang baik. Sakura memilih untuk mengabaikan semua keingin tauannya.
oOo
Sakura memandang mobil merah menyala yang berada tepat di hadapannya. Mobil tersebut terlihat lebih panjang dari mobil pada umumnya. Nampaknya sang pemilik mobil adalah orang yang cukup berpengaruh. Salah satu kaca yang berada tepat di hadapan Sakura terbuka. Surai merah menyembul dari balik kaca. Wajah ceria tersebut menatapnya girang.
"Cepat masuk Sakura!" Serunya diiringi gelak tawa. Tampaknya mood Sasori membaik. Jauh lebih baik dari saat ia datang pagi ini. Muram di wajahnya menghilang tak berbekas ketika Sakura mulai membicarakan ekspersi lucu Ino Yamanaka ketika ada permen karet di rambutnya. Sakura tak ingin mengungkit apa yang telah terjadi. Diam itu emas. Dan Sakura percaya semboyan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mr,
General Fiction[18+] Sakura adalah seorang siswi beasiswa di sekolah paling bergengsi. Hidupnya aman-aman saja sebelum akhirnya ia memiliki masalah dengan pemilik sekolah tempatnya menimba ilmu. Seorang pria jomblo berusia 39 tahun yang sayangnya masih sangat tamp...