Mereka berkumpul di restoran yang menjual makanan-makanan khas Indonesia. Vita yang mengusulkan, katanya biar negara Indonesia lebih dikenal.
"Which do you want to choose?" tanya Vita kepada Ranz dan Niana yang sedari tadi hanya membalik halaman buku menu.
"What is tongseng?" tanya Niana seraya menunjuk gambar tongseng di buku menu.
"Oh, you should really try this. It's a soup, with tomatoes, beef or chicken, coconut milk, crackers, and-"
"I'll choose that." ujar Niana semangat. Vita tersenyum bangga karena berhasil memperkenalkan salah satu makanan Indonesia kepada orang luar.
"How 'bout you, Ranz?" tanya Abel. Ranz tampak membalik-balikkan buku menu lagi.
"Nasi bakar? What is that?" tanya Ranz penasaran.
"Roast rice. You can choose rather you eat with chicken, fish, or else." ujar Abel dengan senyum sumringah.
"I'll try that." Anto memanggil pelayan untuk mencatat pesanan mereka.
"Vit, loe makan apa?" tanya Anto.
"Soto tangkar, gak pake daun bawang sama sayur-sayuran. Pake sate kecap, tapi dipisahin." ujar Vita lengkap.
"Makan sayur, lah. Kapan gedenya badan loe?" ujar Anto kesal. Memang aura kebapakannya tak dapati dihindarkan.
"Gue udah langsing, gak mau jadi langsung." timpal Vita yang membuat semuanya tertawa.
"Where is your school, sis?" tanya Niana.
"Tarretta High School." jawab Abel semangat. Niana hanya mengangguk dengan senyum manisnya.
Vita terlihat sibuk dengan ponselnya. Ia sedang memposting fotonya tadi dengan Niana dan Ranz.
"Vit!"
"Iya?" Vita menaruh ponselnya di meja dan menaruh perhatian penuh pada Nana yang memanggilnya.
"Kapan cari cowo?" tanya Nana mengungkit topik paling sensitif.
"Fuck off!" umpatku kesal. Nana hanya tertawa diikuti yang lainnya.
"Anak bangsa gak boleh pacaran, ya." ujar Anto mengulang ceramahan Vita yang biasa digunakan pada mereka.
"Bodo." Vita kembali bermain dengan ponselnya.
"Ini pesanannya." seorang pelayan menyerahkan semua pesanan kami satu per satu.
"Niana, try mine!" ujar Vita seraya menyodorkan mangkuk sotonya pada Niana.
"You too." ucap Vita pada Ranz. Ranz tampak salah tingkah dan mengambil sendok untuk mencicipinya.
"Fantastic! I like it!" ujar Niana senang.
"Taste good." ujar Ranz mengelap mulutnya dengan tissue.
"Vit, modusnya boleh juga." ujar Abel tertawa pelan.
"Ha? Modus apaan?" tanya Vita dengan polosnya.
"Pantes jomblo. Gak peka gini, yalord!" ujar Sheryl pelan namun dapat didengar oleh Vita.
"Ulang sekali lagi!" ujar Vita galak.
"Plus galak banget." timpal Sheryl lagi.
"Ntar gue suruh Cucup nyium loe baru tau." ujar Vita kesal. Sheryl meneguk salivanya sendiri dan makan dalam diam.
I've been hearing symphonies
Before all I heard was silence
A rhapsody for you and me
And every melody is timeless
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuya...Ily! [COMPLETED]
FanfictionPertemuan tak sengaja dengan biasmu, membawamu kepada keberuntungan atau hal lain yang membuatmu sakit hati?