Aula dipenuhi orang-orang. Ya hari ini adalah hari wisudaku yang tentu saja juga menjadi hari wisudamu.
Kulihat kamu bersama orang tua mu juga teman teman mu tengah berkumpul. Mungkin saling mengucapkan selamat. Setelah tadi acara pemindahan pita pada toga yang kita kenakan.
Kamu tersenyum. Bukan, senyummu bukan padaku. Namun pada temanmu yang tengah berbicara.
Kemudian kamu berjalan meninggalkan teman-temanmu. Kamu berjalan menuju panggung. Lalu kamu berdiri di atas panggung. Tak ada yang kamu lakukan, selain berdiri sembari melihat ke arah depan. Dimana orang-orang tengah sibuk berselfie, berbicara dan lain sebagainya. Termasuk aku yang tengah mendengarkan temanku berbicara.
Hingga tanpa disadari semua orang berdiam diri. Tak seperti tadi yang terdengar riuh. Pun dengan temanku yang menghentikan pembicaraannya.
Orang-orang tengah menatapmu dengan pandangn bingung. Mungkin pikiran mereka sama seperti ku. Apa yang sebernarnya kamu lakukan?
Tak lama kamu mulai berbicara.
"Saya berdiri di sini, sebenarnya ingin melamar seorang perempuan," kamu berhenti sejenak.
Ah, kamu tahu, saat ini aku merasakan bahagia dan sesak secara bersamaan.
Bahagia karena kamu hendak melamar seseorang. Juga sesak yang tiba-tiba menyeruak.
Kudengar kamu melanjutkan kembali kata-katamu. "seorang perempuan, yang menurut saya berbeda. Seorang perempuan yang telah mencuri perhatian saya sejak kami sama-sama berada di semester tiga. Seorang perempuan, yang saat ini tengah duduk di ruangan ini bersama kedua orang tuanya. Lagu ini saya persembahkan untuk dia dan kedua orang tuanya. Selamat mendengarkan. "
Sir, I'm a bit nervous
'Bout being here today
Still not real sure what I'm going to say
So bare with me please
If I take up too much of your time,
See in this box is a ring for your oldest
She's my everything and all that I know is
It would be such a relief if I knew that we were on the same side
'Cause very soon I'm hoping that I...Can marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I'll love for the rest of my life
And give her the best of me 'til the day that I die, yeah
I'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seenKamu berhenti bernyanyi.
Seusai nyanyian itu, kamu kembali berbicara.
"Bapak Hadi Wijaya, Saya Muhamad Gizha Ramadhan ingin meminta izin untuk melamar anak bapa Mawar Maylani Wijaya" ucapmu penuh kesungguhan.
Aku yang mendengarkan perkataanmu seketika terpaku, pun dengan orang tuaku.
Hingga bapak dan ibuku menoleh kearahku. Kemudian bapak bertanya padaku, "teh kamu kenal sama dia?"
Aku mengangguk seraya berkata "kenal, dia teman teteh yang semester tiga lalu pernah satu kelas dengan teteh pak." jawabku
"Kamu mau menerima lamarannya? " bapak bertanya kembali.
Aku tak menjawab, hanya menundukan kepalaku. Entahlah suasana di aula ini rasanya semakin mencekam. Hening tak ada yang berbicara. Aku tahu semua orang termasuk kamu tengah menanti jawaban dari bapak. Kulihat kamu berdiri dengan gugup menanti jawaban dari bapak. Biar kuberitahu sesuatu, sebenarnya selain kamu, akupun tengah gugup menanti jawaban yang diberikan oleh bapak.
Bapak memandangku sekali lagi, setelah sedari tadi beliau memandangmu. Bapak tersenyum seraya mengusap kepalaku yang tertutup khimar. Kemudian berkata, "diamnya seorang gadis berarti iya kan teh? "
Aku tak menanggapi perkataan bapak. Kemudian bapak berdiri dan berbicara dengan lantang.
"Pekan depan, saya tunggu kamu dan keluargamu dirumah. "
Kamu kemudian bersujud mengucap syukur.
Jawaban dari bapak berhasil mengundang riuh tepuk tangan teman-temanku, juga teman-temanmu tentu saja, dosen,dan para tamu yang hadir di acara wisuda ini.
Cerita singkat yang terinspirasi dari impian wkwk.
-Rahlanisma