Tanpa Judul [2]

48 8 4
                                    

Assalamu'alaikum manteman. Jadi awalnya cerita kemarin itu enggak akan ada lanjutannya, tapi pas lagi buka ig ada yang cover lagu 'harusnya aku' eh tiba-tiba dapet ide buat lanjutin ceritanya😂. Maaf loh kalo ceritanya gaje😌😌.
-----

Harusnya aku yang di sana, dampingimu dan bukan dia.

-Harusnya Aku, Armada

***

31 Januari. Tepat hari ini hari bahagiamu, bukan bersamaku.

Ah, haruskah aku menjadikan hari ini sebagai hari patah hati regional? Sebab mungkin cuma aku yang merasakannya.

Harusnya aku tak perlu datang bukan? Sebab melihatmu bahagia dengan yang lain, aku malah terluka. Nyatanya kalimat 'aku bahagia jika kamu bahagia, meski bukan denganku' adalah bohong belaka.

Nyatanya, sesak masih saja melesak melihatmu tersenyum, bukan padaku tentu saja.

ku tak bahagia melihat kau bahagia dengannya
aku terluka tak bisa dapatkan kau sepenuhnya
aku terluka melihat kau bermesraan dengannya
ku tak bahagia melihat kau bahagia

Jika bukan karena Fira yang memaksaku, aku tak mungkin datang pada hari bahagiamu. Ahh Fira, sungguh hari ini dia menyebalkan layaknya kamu.

Saat itu, sepulang bertemu denganmu, aku langsung menemui Fira. Menyerahkan undangan darimu.

"Loh-loh ini apa?" Kata Fira saat itu, sembari membuka undangan milikmu.

Aku hanya menelungkupkan kepala pada bantal yang ada di dekatku.

"Astagfirullah, kamu enggak apa-apa?" Fira mengusap pundakku. Aku semakin terisak.

Tak ada yang dilakukan Fira selain mengusap pundakku, hingga 10 menit berlalu. Akhirnya tangisku mereda.

"Feel Better?" Tanya Fira kembali. Aku tersenyum, meski dipaksakan.

"Isma, ayo cepetan! Kita belum ucapin selamat!" Fira menepuk pundaku, "kamu ini melamun terus! Udahlah ikhlasin aja, berarti dia emang bukan jodoh kamu!" Perkataan Fira menyadarkan ku dari lamunan tentang kejadian beberapa hari lalu.
Aku menghela nafas. Kalimat itu sesungguhnya sudah aku dengar mungkin puluhan kali, kalimat itu keluar dari mulut Fira.

harusnya aku yang di sana, dampingimu dan bukan dia
harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia
harusnya kau tahu bahwa cintaku lebih darinya
harusnya yang kau pilih bukan dia

Ah bukankah patah hatiku sudah berlalu? Sebab aku tak ingin membiarkannya terlalu lama menghinggapiku.

"Yaudah ayo, abis itu kita langsung pulang ya!" Aku menarik tangan Fira ke pelaminan.

"Eh mau aku video-in enggak? Terus upload ig biar viral kaya yang lain?" Fira berbisik di depanku.

"Apaan sih!" Aku kesal sungguh, namun Fira hanya tertawa mengejekku.

"Hai Gilang, selamat ya! Aku enggak nyangka, ternyata kamu duluan yang nikah Haha," itu kalimat yang keluar dari mulut fira, bukan aku tentu saja. Fira menyalami kamu juga istrimu. Ah haruskah aku menyebut perempuan yang ada di samping mu, istrimu?

"Iya nih, kamu nyusul dong fir!" Kamu menanggapi Fira.

"Sakinah mawadah warohmah yah!" Doa Fira pada kalian, yang diam-diam ku Aamiinkan.

"Selamat," aku berujar ketika mata kita bertemu pandang. Sepersekian detik, aku mengalihkan pandanganku.

"Selamat," kataku kembali, pada istrimu.

Segera aku meninggalkan pelaminan.

"Gimana udah baikkan?" Fira berkata sembari memelukku dari samping.

"Apaan sih fir, emang aku sakit apa coba?" Aku mengelak, tak ingin menjawab pertanyaan Fira.

"Sakit hati mungkin," celetukan Fira yang argghh jika saja Fira bukan sahabatku, aku pasti akan mencakar wajahnya saat ini juga, sebab Fira terlalu menyebalkan! Aku meninggalkan Fira, berjalan cepat-cepat tanpa memperhatikan sekitar.

"Aduhh," teriakku ketika aku bertabrakan dengan seseorang.

"Ah, maaf-ma.. Isma!" Hah dia mengenali aku? Aku langsung mengalihkan pandanganku padanya.

"Galih..?"

***

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang