Cerita ini didedikasikan untukVeraMonica_ semoga sukak.
Maafkan jika tak sesuai ekspektasi 😂😂.
Selamat membaca ❤.
***
Dua Minggu lalu, ketika kamu bertanya apa impian terbesarku, aku menjawab, "menikah" meski sejujurnya jawaban ku tak selesai sampai disitu. Sebab jawaban ku sebenarnya adalah; menikah denganmu.
Ah, saat itu kulihat kamu tersenyum setelah mendengar impianku.
"Kalo begitu impianku juga sama, mau mencoba mewujudkan impian bersamaku?" tanyamu.
Kamu mengalihkan pandangan mu kepadaku.
Sejujurnya saat itu aku meragu, apa kamu serius atau hanya sebuah candaan seperti yang biasa kamu lakukan.
Aku tak bisa mengartikan tatapanmu, pun raut wajahmu.
Katamu, hari ini kamu akan datang bersama keluargamu untuk meminta izin kepada ayahku. Hari ini katamu, ibumu akan memasangkan cincin dijari manis sebelah kiri ku.
Namun, kenapa kamu malah tertidur sepanjang hari ini?
Tadi malam, ah bukan lebih tepatnya dini hari tadi Ibumu menelpon ku, mengabarkanku bahwa kamu masuk rumah sakit.
Kenapa kamu malah memilih masuk rumah sakit, dari pada kerumah ku? Kamu tahu bukan aku tengah menunggumu?
"Nisma," Ibumu memanggil ku.
"Tan..te," aku terbata. Beliau langsung menghambur memelukku.
"Maafkan Gilang ya, dia belum bisa menepati janjinya."
Tidak kamu, tidak Ibumu. Mengapa sepanjang hari ini kalian senang sekali membuatku menangis?
Aku tak menjawab perkataan ibumu, yang ku lakukan hanya mempererat pelukan pada ibumu.
"Maafkan Gilang yang juga tak pernah memberi tahu tentang penyakit yang dideritanya" beliau berkata kembali diselingi isakan.
Hey, kenapa kamu tak memberitahu perihal sakit yang kamu derita? Kenapa aku harus mengetahui ini dari ibumu? Kamu lihat, banyak orang disini yang tengah menangis karenamu.
Dan kamu, malah memilih tidur?
Sejujurnya saat ini aku marah juga takut dalam waktu yang bersamaan.
Marah karena, ah kamu pasti tahu apa alasannya. Ya, karena kamu tak pernah memberitahu aku perihal penyakit mu. Sungguh hampir 8 tahun kita saling mengenal, mengapa tak memberitahu ku mengenai kondisi kesehatanmu? Kamu ini sahabat macam apa? Bahkan ketika aku memiliki masalah aku selalu menceritakannya padamu.
Jantung, yang benar saja! Bisa-bisanya kamu menyembunyikannya dariku. Kamu tahu saat ini aku sangat takut, bagaimana jika kamu tak pernah kembali membuka mata? Bagaimana jika aku benar-benar kehilangan mu, apakah aku akan sanggup?
Kembali kueratkan pelukan ku pada ibumu, ibu yang mungkin juga kelak akan menjadi ibuku. Sementara beliau terus mengusap-usap punggungku.
Ahh aku jadi ingat, bukankah aku pernah melihatmu tengah meminum obat. Obat yang bahkan aku sendiri tak tahu obat apa itu.
Saat itu ketika kutanya, "Gilang kamu sakit?" Tapi kamu malah menjawab,"enggak Nisma, masa orang sakit bisa ganteng gini kaya aku." Aku masih mengingatnya, kamu tersenyum ketika menjawabnya.
"Lalu obat itu obat apa?" Aku yang terlalu penasaran akhirnya menanyakan pertanyaan itu.
"Ini bukan obat ini cuma vitamin," lagi kamu menjawab, kali ini sambil mengacak-acak rambutku yang tertutup Khimar.