3. What

164 26 2
                                    

"Itu hukumanmu." ucap jungkook polos.

"Pergi dari sini!" jerit Laras.

Jungkook menggeleng.

"Sayangnya kita sudah terikat."

"Terikat ndasmu! Tak ada ikatan apapun di antara kita!"

Jungkook menggeleng.

"Salah. Kau hanya belum mengingatnya karena usiamu belum cukup. Kau akan melihat kepingan ingatanmu sedikit demi sedikit. Dan saat itulah kau akan tahu apa yang membuat kita terikat." ucap Jungkook.

"Masa bodoh! Aku tak akan pernah mau menjalin ikatan denganmu!"

Jungkook kembali menggeleng.

"A a! Salah lagi. Justru ikatan ini terjalin karena kau yang datang padaku."

"Apa maksudmu dasar gila!"

"Kau akan mengerti nanti saat kau mengingat setiap kepingannya." ucap Jungkook.

Laras hanya memasamkan muka. Gadis itu masih berada di atas Jungkook.

"Lepaskan aku!" ucap Laras kesal.

"Baiklah." Jungkook melepaskan rengkuhannya sehingga Laras bisa segera menjauh sejauh 10 meter dari lelaki bergigi kelinci itu.

"Aku mau tidur. Jangan ganggu ya." ucap Jungkook lalu berjalan ke kamar Laras dan berbaring di ranjang.

"Kelinci sialan!" gumam Laras.

"Hah?!" jerit Jungkook dari dalam kamar.

"Kampret! Dia dengar!" cicit Laras sambil memegang kembali penggorengannya dengan erat.
.
.
.
.
.
.
.

Laras mondar mandir di dapur. Ia melihat tugas tugasnya belum selesai. Dengan langkah pelan gadis itu membereskan barang barangnya lalu membuka pintu dan pergi tanpa sepengetahuan Jungkook.

Laras bergegas menuju perpustakaan kota. Ia ingin mengerjakan tugas tugasnya disana.

Laras pun sampai disana. Wajahnya tersenyum. Ini adalah suasana paling menyenangkan.

Ketenangan.

Gadis itu memilah beberapa buku yang bisa membantunya menyelesaikan tugas dan buku lainnya yang bisa dipinjamnya untuk dibaca di rumah. Ntah mengapa gadis itu melupakan jika Jungkook masih di rumahnya.

Laras mengerjakan tugasnya dengan serius di perpustakaan. Dunia serasa miliknya seorang. Gadis itu menekuni bukunya seperti menekuni perkamen sejarah.
.
.
.

Laras baru saja pulang dari perpustakaan dengan membawa beberapa buku novel.

"Dari mana saja?" tanya Jungkook yang tiba tiba muncul dari kamar membuat Laras terkejut.

"Kau masih disini?" tanya Laras.

"Tentu saja."

"Mengapa tak pulang ke duniamu?" tanya Laras.

"Bagaimana caranya jika sebagian jiwaku tak ada maka aku tak bisa pulang." jawab Jungkook.

"Kalau begitu sana cari dan cepat pulang ke duniamu!" ucap Laras ketus lalu melangkah menuju meja belajar di kamar.

"Aku tak bisa mencarinya." ucap Jungkook.

"Mengapa tidak?" tanya Laras.

"Sebagian jiwaku ada disini. Di depanku. Sedang menjawab ucapanku dengan ketus." ucap Jungkook menatap Laras yang tak sengaja wajahnya menjadi merah.

"Wajahmu memerah. Kau demam?" tanya Jungkook yang langsung berteleportasi tepat di depan Laras.

Lelaki itu menempelkan dahinya ke dahi Laras sambil memejamkan mata. Laras terkejut setengah mati lalu mendorong lelaki itu hingga terlentang di tempat tidur.

Jungkook yang terlentang karena di dorong Laras kemudian menatap gadis itu. Ia tersenyum penuh arti.

"Kau ingin lalalala denganku ya?" tanya Jungkook dengan senyum jahilnya.

"Tak akan pernah kulakukan bahkan dalam mimpi terliarmu!"

"Lantas mengapa kau mendorongku ke ranjang? Aku tahu kalau aku ini sexy dan tampan tapi-"

"Kau menempelkan dahimu padaku tanpa ijin itu mengagetkanku bodoh!" amuk Laras.

"Jadi aku harus minta ijin dulu? Baiklah." ucap Jungkook langsung berteleportasi ke depan Laras.

"Bolehkah kita membuat anak malam ini?" tanya Jungkook.

"Aakh!!! Mesum bodoh!!!"

BUGH!!

Jungkook kembali terduduk saat lutut Laras kembali menyerang investasi masa depannya.

"Kau bisa membunuhku jika terus menerus menyerang brutal begitu. Tak adakah hukuman lain huh?" tanya Jungkook yang mulai terbaring. Keringatnya mengucur.

"Apa lagi hukuman yang pantas untukmu jika bukan ini?!"

"Menciumku misalnya."

BUK!

"Aw!" ringis Jungkook saat Laras melemparnya dengan sebuah buku yang sialnya tepat mengenai kepalanya.

Laras sendiri setelah melempari Jungkook, ia melongos pergi begitu saja ke dapur. Perutnya keroncongan sedari tadi.

"Aku akan menghukummu nanti." gumam Jungkook dengan smirknya yang mempesona.
.
.
.
.
.
.
.

Laras sedang sibuk memasak saat tiba tiba tangan kekar memeluknya dari belakang.

"KYAAA!!! JANGAN PELUK AKU!!!"

DEG!

Laras kembali tak bisa bergerak. Gadis itu kaku seakan terkena mantra. Ya ia memang sedang dipengaruhi oleh kekuatan Jungkook.

"Ini adalah hukuman kecil untukmu." ucap Jungkook lalu memeluk Laras lebih erat. Dagunya ia letakkan di bahu Laras. Ia kemudian mencium aroma laras di leher gadis itu.

"Masih mau melawanku?" tanya Jungkook dengan nada yang sangat lembut.

"...."

"Mengapa kau diam??"

"...."

"Ah iya ya. Kau kan sekarang sedang dalam pengaruh kekuatanku. Hahahah.. Aku bodoh ya? Tapi tak apa. Yang penting aku tampan.."

"...."

"Gak bisa menjawab? Aku serius. Orang tampan mah bebas.." ucap Jungkook seraya menjentikkan jari hingga kemudian Laras bisa bergerak dan Jungkook pun melepas pelukannya.

"Apa maumu?! Ah aku sudah lelah! Cepat katakan apa yang harus kulakukan. Jika bisa maka cepatlah! Aku tak punya banyak waktu!" ucap Laras.

"Baiklah. Yang pertama, cobalah untuk tidak keluar sendirian.."

"Kenapa memangnya?" tanya Laras.

"Kau sudah ditemukan oleh mereka. Aku mencium bau mereka di sekitar tubuhmu. Apa tadi kau pergi ke perpustakaan? Aku mencium bau buku lama." ucap Jungkook.

"Bagaimana kau tahu? Tunggu! Siapa yang kau maksud dengan mereka?" tanya Laras.

"Mereka.. Kaki tangan Jeon Kingdom. Organisasi terlarang yang mulai merambah dunia manusia. Organisasi pemuja setan. Mereka mencari senjata terkuatku." jawab Jungkook.

"Kau bawa senjata? Ma.. mana??" tanya Laras sambil menoleh kiri kanan dengan cemas.

"Kaulah senjata terkuatku.." ucap Jungkook.

***

View, Comment dan Vote sangat diperlukan demi kelanjutan cerita.

Love you always readersku sayang

Sept, 13.2017
YUNALEXANDER

[END] Begin : Naughty RabbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang