5. Jeon

142 20 19
                                    

Laras selaku tuan rumah berjalan ke arah pintu untuk membukanya. Sampai kemudian Jungkook berubah dengan mengeluarkan cahaya biru menghadang tepat di depan Laras.

Lalu semuanya gelap.
.
.
.
.
.
.
.

Laras adalah orang terakhir yang sadar beberapa detik setelah yang lainnya.

Laras adalah orang terakhir yang sadar beberapa detik setelah yang lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia melihat sekeliling. Teman temannya bergelimpangan. Tika yang posisinya menindih Ayunda. Kaki Detri yang berada di kepala Rose. Hanya posisi Nisa dan Rika yang lebih baik.

Laras menoleh ke sekeliling melihat Jungkook tak sadarkan diri di atas rerumputan sama sepertinya. Laras panik. Gadis itu berdiri lalu menghampiri Jungkook.

"YA!!!! BANGUN KAU HEI!!!! KAMPRET!!! BANGUN!!!!" Laras menendang bokong Jungkook.

"Akh!! Sakit!" eluh lelaki bergigi kelinci itu kemudian membuka matanya.

"Kita dimana ini?!" tanya Ayunda yang refleks duduk membuat Tika yang berada di atasnya terguling ke sisi lain.

"Hei mengapa kau duduk?!" tanya Tika.

"Mengapa juga kau dari tadi berbaring di atas tubuhku?!" tanya Ayunda.

"Lagi males gerak!!" ucap Tika lalu kembali telentang.

"Maafkan aku. Kalian ikut terseret kemari."

"Hah?! Maksudmu kami mati?!" ceplos Rose begitu saja.

"Tidak. Kalian tidak mati." ucap Jungkook.

Semua menatap Jungkook.

"Sepertinya kalian juga ditakdirkan untuk membantuku."

"Membantu?! Pulangkan mereka! Mereka tak tahu apa apa! Sekalian pulangkan juga aku!" ucap Laras mengomel.

"Whoa! Membantu apa ini? Enak saja main bantu bantu. Mau gaji berapa hah?!" ucap Ayunda yang langsung disikut oleh Nisa.

"Bantu aku melawan Jeon Kingdom."

"Hah? Kon*om?" tanya Detri.

"Dorm?" tanya Ayunda.

"Om om?" tanya Tika.

Jungkook ber facepalm ria lalu berdiri.

"Kita harus bergegas sebelum mereka menemukan kita disini?" ucap Jungkook.

"Mereka siapa?" tanya Laras.

"Yang tadi kau bukakan pintu adalah salah satu anak buah Jeon Kingdom. Nona manis. Sebenarnya kau sendiri yang menyeret teman temanmu masuk dalam duniaku. Berterima kasihlah karena aku melindungi kalian semua tepat waktu." ucap Jungkook.

"Berterima kasih dengkulmu?! Kami bahkan tak tahu ini apa dimana dan kau siapa!" omel Ayunda. Gadis itu memang yang paling pandai dalam mengomel.

"Bagaimana ini?! Bagaimana kuliahku?!" Rika berjongkok menutup wajahnya. Sepertinya gadis itu menangis karena tubuhnya bergetar pelan.

Ayunda dan yang lainnya menghampiri Rika untuk menenangkannya.

"Jangan khawatir. Jika kalian bisa kembali ke dunia kalian. Waktu tetap akan tersetting saat kalian pergi tadi. Jadi takkan ada yang sadar kalau kalian hilang." ucap Jungkook.

"Bagaimana kalau kami mati?!" tanya Laras naik darah.

"Aku akan melindungi kalian. Terutama kau." ucap Jungkook serius menatap Laras.

"Sekarang kita pergi. Jika bergegas maka kita bisa sampai istanaku saat matahari terbit." ucap Jungkook.

Laras dan teman temannya hanya mengikuti langkah Jungkook.

"Bagaimana dia tahu jalannya? Apa dia punya GPS?" bisik Rose ke Detri.

"Dia orang sini. Pasti dia tahu." ucap Detri pelan.

"Aku ragu. Wajahnya mencurigakan." ucap Ayunda.

"Dia lumayan tampan." ucap Tika.

"Dia biasa saja." bisik Laras.

"Aku mendengar celotehan kalian!" ucap Jungkook menatap Laras dan teman temannya.
.
.
.
.
.
.
.

Hari sudah mulai gelap. Seorang lelaki dengan gelas di tangannya menatap jendela dengan wajah datar.

Seorang pelayan memasuki ruangan tersebut.

"Kau pelayan baru?" tanya lelaki itu masih memegang gelas.

"Y.. Ya tuan.."

"Kau tahu apa tujuanku memanggilmu kemari?"

"Ti.. Tidak tuan..."

Lelaki itu melangkah semakin dekat dan menatap angkuh pelayan yang tertunduk takut.

"Jalan ke arah sofa itu sekarang." ucap lelaki itu datar.

Dengan takut takut sang pelayan tersebut berjalan hingga wajahnya terlihat jelas dalam pandangan lelaki tersebut saat ia berjalan melewati sang tuan muda.

Muda, polos dan sepertinya penurut. Kurang menarik. Tapi sayang jika dibuang.

Batinnya.

Saat sang pelayan berada di dekat sofa dengan membelakangi sang tuan muda, lelaki itu mendorong tengkuk pelayan itu ke depan hingga posisi pelayan tersebut menunduk 90 derajat.

"Tuan!! Apa yang anda laku-"

KRAK!!

Sang majikan merobek dalaman pelayannya dan melakukan kegiatan laknatnya. Menghujam pelayannya sendiri dari belakang.

"Akh!!! Sakit!!!"

"Nikmati dan rasakan bagaimana aku menghujammu! Pelayan hina!" ucap Jeon dengan seringai mengerikan.

Malam itu adalah salah satu malam nista yang dilewati oleh Jeon bersama pelayan ke 108.

Korbannya.

Setelah selesai menyetubuhi pelayannya sendiri, Jeon mendorong pelayan itu hingga tersungkur.

"Mau mendengar pendapatku tentang dirimu?" tanya Jeon pada pelayan tersebut.

Pelayan itu hanya menangis dengan wajah menunduk. Pakaiannya sudah robek. Bahkan ia tak tahu akan memakai apa saat keluar dari kamar Jeon sang tuan muda.

"Kau sempit. Lumayan. Tapi seperti patung. Membosankan. Rasanya aku menyesal membelimu. Kau kupecat. Pergi dalam hitungan ketiga atau kau mati disini."

Pelayan itu panik. Ia tak mungkin keluar dengan keadaan telanjang.

"Satu..."

"Tuan. Aku butuh kain."

"... Dua ..."

Sang pelayan mulai berdiri sambil menahan sakit di pusat tubuhnya. Ia begitu lemas dan tak bertenaga seperti disiksa begitu saja. Namun ia berhasil merangkak ke pintu dan mencapai gagang.

"AKH!!" jeritan itu adalah yang terakhir dari pelayan malang yang meregang nyawa saat pedang panjang menusuk dari belakang tepat ke jantungnya.

"... Tiga ..."

Jeon tersenyum lalu mengangkat mayat pelayan tersebut dan membuangnya begitu saja dari jendela kamarnya yang sangat tinggi.

"Membosankan.. Aku ingin mainan yang melawan saat kumainkan." ucapnya kemudian memandang cermin sambil menyeringai.

***

YUNALEXANDER
18 September 2017

[END] Begin : Naughty RabbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang