Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

04. When Alka Met Neysha

14K 934 34
                                    

Saat persahabatan pria dan wanita berubah jadi cinta dan ternyata ambyar, kamu harus siap pada satu hal: kehilangan pacar sekaligus sahabat.

Pertanyaannya: kamu siap atau nggak, mempertaruhkan persahabatan yang kamu punya?

Bahkan pria yang 1000% best friend pun tidak akan menolak kalo dikasih 'lebih.' Persahabatan pria dan wanita itu seperti sebuah game di mobile phone: 'walau main santai tanpa adanya tujuan, semua pria pasti suka jika bisa masuk bonus stage atau meraih level kejutan.'

Alka akui, hal itu memang benar adanya.

Menurut sebuah website yang pernah ia baca secara tidak sengaja, ada tiga alasan yang tidak memungkinkan seorang pria dan wanita untuk terus bersahabat, yaitu:

1. Karena pikiran pria itu dangkal. Maksudnya adalah walau awalnya memang murni ingin bersahabat, pria biasanya tidak akan menolak jika melihat ada kesempatan untuk meraih, apalagi jika tidak bersyarat.

2. Karena pria bersahabat dengan wanita yang menarik perhatiannya. Jika diperhatikan dengan saksama, sejak awal pun niat para pria sudah berbeda, berbanding terbalik dengan wanita yang biasanya memilih untuk bersahabat dengan pria atas dasar kenyamanan.

3. Karena ada faktor sexual chemistry yang sewaktu-waktu bisa teraktivasi. Silakan pikirkan sendiri penjelasannya.

Sejak awal Alka bertemu dengan Neysha, tak pernah sekalipun ia berniat untuk menjadikan gadis itu sebagai sahabatnya karena menurutnya Neysha itu terlalu cantik, lugu, dan imut untuk disia-siakan.

Namun, sayangnya, untuk mendekati seorang gadis SMP yang terkenal jutek itu, tak semudah yang kalian kira. Pertama-tama, Alka harus memulainya dengan cara mendekati mahluk biadab yang paling dinistakannya di kelas, namanya Zhikan; laki-laki yang terkenal akan kenakalan dan kejahilannya. Berteman dengan Zhikan yang tampak seperti kudis di kulit Neysha membuat Alka terkadang merasa cemburu dan kesal sendiri, tapi mau bagaimana lagi? Alka harus menelan kenyataan pahit itu dan mulai menerima Zhikan apa adanya.

Benar saja, setelah satu bulan menjadi kawan akrab Zhikan, Neysha pun mulai perlahan-lahan membuka diri kepadanya. Alhasil, mereka bertiga pun semakin hari semakin dekat.

Tepukkan pada bahu Alka yang berasal dari Zhikan membuat pria itu tersadar dari lamunannya.

"Gue cabut ke dancing floor, Bro!"

Alka mengangguk dengan cuma-cuma. Sebenarnya, pikirannya masih melayang pada kejadian di rumahnya tiga hari yang lalu. Sarah—ibunya—memilih untuk meninggalkan kediaman mereka tanpa memberikan Alka penjelasan terlebih dahulu. Yang Alka tahu ialah ibundanya itu rela meninggalkan keluarga mereka hanya karena ingin menikah lagi dengan seorang pengusaha kaya raya yang pernah dikenalkannya secara tak langsung dengan Alka.

Alka sedih, pastinya, tetapi ia lebih memilih untuk membungkam mulutnya, menelan sendiri masalah-masalah itu tanpa berniat bercerita pada siapa pun, termasuk Neysha dan Zhikan. Menurutnya itu adalah aib keluarga yang tak perlu diumbar ke mana-mana, lagipula kedua sahabatnya itu lama-kelamaan akan tahu dengan sendirinya.

Seharusnya, malam ini menjadi malam yang indah karena sejak minggu lalu, Alka telah berniat untuk menyatakan perasaannya terhadap Neysha dan menurut firasatnya, gadis itu tidak akan mungkin menolaknya. Tetapi, pada kenyataannya, niat itu menghilang begitu saja, bibirnya masih terlalu kelu untuk mengucapkan kata-kata manis di saat dirinya sendiri sedang tidak baik-baik saja.

Alka juga ketakutan setiap melihat ayahnya yang biasanya selalu bersikap tenang seakan ingin gila sepeninggalan ibunya dari rumah mereka. Tentu saja, dia takut jika hal itu juga akan terjadi padanya. Alka terlalu lemah untuk kehilangan Neysha, lagipula tidak ada jaminan mereka akan tetap bersama setelah berpacaran. Dan dengan hanya memikirkan hal itu kembali, seakan bisa membuat Alka menjadi gila.

"Ka, gue mau ngomong serius ...."

Raut wajah Neysha menunjukkan segalanya. Alka sangat mengenal gadis itu hingga tahu apa yang hendak dikatakannya. Pria itu berdehem sejenak untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering akibat rasa gugup yang tiba-tiba menerpa.

"Apaan?"

Mata Neysha beralih ke arah ponsel hitam Alka yang digenggamnya sejak tadi.

"Lo belum buka hp, kan?"

Alka menggelengkan kepalanya dengan raut wajah kebingungan.

"Emangnya ada yang harus gue liat?"

Alka menggerakkan jemarinya untuk menyalakan layar ponselnya, namun secepat itu pula, Neysha menahan tangannya dan membawanya keluar dari klub yang lumayan ramai dan berisik itu.

"Kenapa? Kalau nggak penting, kita ngomongin ini nanti aja, ya ...."

Pria itu menunjukkan rasa tak nyamannya lewat gerakkan mata. Tidak! Dia sungguh tidak ingin kalimat itu terucap lewat bibir Neysha lebih dulu, karena saat ini Alka tidak mungkin bisa memberikan jawaban yang diinginkan olehnya, jadi daripada menyakiti gadis itu, Alka lebih memilih untuk menghindarinya sebisa mungkin.

"Ini penting, Ka ...."

Neysha memelas dan menahan lengan Alka ketika pria itu hendak kembali masuk ke dalam tempat itu. Alka menghela napasnya gusar, merasa bingung untuk menyikapi situasi rumit seperti ini.

"Gue suka sama lo!"

Kalimat itu keluar dari bibir Neysha dengan ketegasan dan dalam satu tarikkan napas.

'Ck, sial!' decak Alka dalam hati.

Alka menatap Neysha yang kini tak lagi berani menatapnya dan hanya menundukkan kepalanya sembari memainkan jemarinya sendiri, menunggu jawaban dari pria itu.

"Kenapa harus gue?"

Neysha refleks mengangkat kepalanya dengan mata membulat, merasa terkejut karena jawaban yang diberikan Alka tidak sama seperti harapannya.

"Maksud gue ... kenapa lo lebih memilih gue daripada Zhikan?"

'Sial! Sial! Sialan lo, Bangsat!'

Kini, Alka hanya bisa memaki dirinya sendiri di dalam hati ketika mendapati mata bulat Neysha kian berkaca-kaca.

"Apa itu artinya lo nolak gue?"

Pertanyaan Neysha yang terdengar lugu itu seakan menusuk-nusuk hati Alka. Ia ingin segera mengakhiri ini semua karena tidak cukup kuat untuk melihat Neysha yang ia yakini akan menangis sebentar lagi akibat ulahnya.

"Sorry, Ney ... tapi gue lebih nyaman dengan status kita seperti sekarang ini dan gue juga nggak ada niatan untuk mengubahnya di hari yang akan datang."

Alka bergegas untuk memunggungi gadis itu dan melenggang pergi dengan langkah yang lebar.

Tubuh Neysha seakan kehilangan nyawanya hingga tidak bisa berdiri dengan baik. Gadis itu bahkan hampir saja meluruh ke lantai jika saja Zhikan tidak segera membantunya dengan sebuah pelukkan erat.

'Brengsek!' umpat Zhikan dalam hati sembari menatap punggung Alka yang kian menjauh.

"Jangan pernah lo berpikir untuk ngehajar Alka gegara gue, Nyet ...."

Zhikan mengalihkan pandangannya menuju Neysha dan dengan terpaksa mengiyakan kemauan gadis itu.

"Gue nggak minta dipeluk sama lo. Jangan berlebihan, deh!"

Neysha mendorong tubuh Zhikan menjauh darinya sembari memasang ekspresi wajah berpura-pura kesal.

"Makanya jadi cewek nggak usah sok kuat kalau nggak mau liat gue bertingkah berlebihan."

Zhikan tak menghiraukan penolakkan Neysha dan menarik paksa gadis itu untuk masuk ke dalam pelukkannya lagi.

"Gue nggak berniat sok kuat, tapi kalau gue ngerasa ada yang ngejagain, gue jadi lemaaaaah!"

Zhikan bergegas menutup kedua telinganya ketika ia merasa tangisan keras Neysha mulai mengalahkan suara musik yang diputar di klub malam itu.

Wildest MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang