Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi

01. Broke Up

21.2K 1.3K 57
                                    

Dentuman musik serta kerlap-kerlip lampu disko di ruangan besar dan ramai itu lagi-lagi membuat Neysha merasa sesak dan pening. Benar, ini memang bukan pertama kalinya dia datang ke sini. Berpacaran dengan Vino selama dua tahun lebih membuatnya mau tak mau harus bolak-balik ke tempat-tempat seperti ini demi menjemput pacarnya yang terkadang mabuk dan tak sadarkan diri.

Matanya menajam sebisa mungkin demi mencari keberadaan sang kekasih yang ia yakini sedang berada di sekitar tempat itu.

"Vin, bukannya itu si Neysha? Ngapain cewek lo ke sini?"

Vino yang kala itu tengah menikmati nikmatnya minuman beralkohol terpaksa memuntahkan kembali cairan itu ke dalam gelasnya. Matanya mengikuti arah telunjuk Nando—sohib setianya—yang mengarah pada seorang wanita yang sudah sangat tidak asing baginya.

"Lo dateng ke sini tanpa izin dia? Gila lo!"

Nando menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan tingkah Vino yang menurutnya cari mati. Pria itu bergegas menyuruh para wanita sewaan mereka untuk pergi, tetapi Vino malah menahannya dan membiarkan dua wanita berpakaian seksi itu tetap duduk mengapitnya.

"Biarlah, Bro ... gue juga mau tau, gimana ekspresi dia pas ngeliat gue begini."

Vino merentangkan kedua tangannya dengan santai ke sofa dan membiarkan teman-teman wanitanya itu bersandar di pundaknya yang tegap.

Nando menghela napasnya dan pada akhirnya hanya bisa menutup mata dan telinganya dengan pasrah ketika ia merasakan langkah kaki Neysha yang kian mendekat.

"Vin ...."

Kini Neysha berdiri tepat di hadapan mereka. Wanita itu menatap Vino dan Nando secara bergantian, sebelum meraih secangkir minuman beralkohol yang terletak di meja itu dan mengangkatnya setinggi bahu.

"Lebih baik lo berdua pergi sebelum baju-baju kalian gue basahin pake ini!"

Kedua wanita seksi yang duduk mengapit Vino pun langsung menatap Neysha ketakutan dan mengambil langkah untuk melarikan diri dengan terbirit-birit.

"Vin, kita perlu bicara."

Vino menganggukkan kepalanya dengan mulut yang masih terbungkam, pria itu meraih tangan Neysha dan membawa wanita itu untuk masuk ke dalam toilet pria yang kedap suara. Neysha menghela napasnya gusar ketika melihat langkah kaki Vino yang goyah, menunjukkan seberapa mabuknya pria itu saat ini.

"Ini yang ketiga kalinya, Vin ... aku bisa anggap ini sebagai perselingkuhan, kan?"

Vino tersenyum tipis sembari melangkah mendekat ke arah Neysha dan menghambur ke pelukkan wanita itu.

"Noona, mianhae ...."

Neysha mendorong tubuh Vino menjauh karena merasa mual dengan bau alkohol yang sangat menyengat dari tubuh pria itu.

"Aku minta maaf dalam bahasa korea kali ini. Kamu bakal maafin aku, kan?"

Neysha menggigit bibirnya geram demi menahan air matanya yang meronta untuk dikeluarkan. Mendengar perkataan Vino yang terlihat begitu tulus membuat hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk oleh belati.

Ia akui, Vino memang bukanlah pria baik-baik. Tetapi, untuk seukuran pria brengsek, Vino adalah yang terbaik. Selama mereka pacaran, tidak pernah sekalipun Vino menolak permintaan Neysha, contohnya seperti memanggilnya dengan sebutan 'Noona' karena Neysha memang berusia dua tahun lebih tua darinya dan wanita itu juga menggilai apa pun yang berbau korea.

Vino membuatnya bahagia. Tentu saja! Pria itu bahkan rela menuruti kemauan Neysha seperti mengecat rambut hitam pekatnya menjadi warna-warni agar terlihat seperti idol favorit Neysha. Pria itu bahkan mempelajari semua kalimat penting yang sering diucapkan di dalam drama korea, seperti kata-kata romantis dan sebagainya hanya untuk membuat Neysha merasa senang.

"Berhenti panggil aku itu, Vin! Aku tau kamu muak dan terpaksa ngelakuin itu semata-mata untuk ngebuat aku merasa seneng."

Vino terkekeh pelan. Pria itu menghela napasnya dan mengangguk-anggukkan kepalanya dengan kuat.

"Ya, aku memang muak. Kamu tau itu dan kamu terus menyuruh aku untuk ngelakuin itu, Sha ...."

Neysha menatap Vino geram. Wanita itu mendorong Vino untuk duduk di meja wastafel dan membasuh wajah pria itu menggunakan air yang ia kumpulkan di telapak tangannya.

"Kita harus bicara dalam keadaan sadar. Aku di sini, nggak berniat dengerin omong kosong kamu."

Vino diam, tangannya meraih pinggang Neysha agar wanita itu mendekat ke arahnya. Vino menempelkan hidung mancungnya tepat di hidung mungil Neysha hingga kedua bisa merasakan napas mereka yang saling beradu satu sama lain.

"Dangsineui ipsuri maeu seksihaeyo ...."

Bibirmu sangat seksi.

Vino mengusap bibir lembut Neysha menggunakan ibu jarinya. Matanya terpejam seakan memberikan kode pada wanita itu bahwa dirinya menginginkan sebuah ciuman saat ini.

Drrttt ... drrrtttt ... drrrrttttt ....

Neysha menahan dada Vino dan mendorongnya menjauh sebelum mengobrak-abrik tas selempang kecilnya untuk menemukan ponselnya.

Sebuah panggilan yang berasal dari Alka membuat Neysha melempar lirikannya pada Vino sejenak. Wanita itu tahu bahwa sejak awal Vino sangat tidak menyukai kedua sahabatnya itu, terutama Alka, karena mereka selalu mengganggu waktu berdua Vino dan Neysha.

Vino menahan tangan Neysha ketika jari wanita itu hendak bergerak untuk mengangkat panggilannya.

"Kita punya masalah yang lebih penting sekarang, Sha ... angkat telponnya nanti, ya?"

Neysha menjauhkan tangan Vino darinya, lalu mengangkat panggilan yang berasal dari Alka itu.

'Halo, selama siang. Mbak, saya saksi dari kejadian tabrak lari yang baru saja menimpa pemilik ponsel ini, sekarang korbannya sedang dibawa ke Rumah Sakit Mahendra.'

Neysha membulatkan matanya terkejut. Tubuhnya gemetaran sampai membuat Vino yang kala itu masih setengah sadar harus membantu Neysha untuk tetap berdiri dengan tegap.

Panggilan itu terputus sepihak. Tatapan mata Neysha kosong, ia begitu syok hingga melupakan pertengkarannya dengan Vino.

"Aku harus pergi sekarang."

Vino menahan lengan Neysha kuat hingga membuat tubuh wanita itu terhuyung ke belakang dan kembali mendekat ke arah pria itu.

"Selama ini aku nggak pernah minta apa-apa dari kamu, Sha ... tapi sekarang aku minta kamu jangan pergi, tetap di sini dan membahas kembali hubungan kita."

Neysha menggeleng dengan lemah. Pikirannya sudah tidak lagi fokus, amarahnya pada Vino tiba-tiba hilang begitu saja. Kini, yang ia inginkan hanyalah pergi dan memastikan kondisi Alka baik-baik saja.

"Aku minta maaf, tapi aku nggak bisa, Vin ... ini lebih penting dari hubungan kita."

Neysha melepas tangan Vino yang melemas dengan begitu mudah. Wanita itu mengambil langkah untuk segera keluar dan pergi, tetapi tepat ketika tangannya baru saja menyentuh knop pintu kamar mandi, sebuah kalimat pahit tiba-tiba saja terucap dari mulut Vino.

"Kalau kamu memutuskan untuk pergi, maka ini akan menjadi akhir bagi hubungan kita ...."

Namun, sayangnya, ancaman itu tidak cukup kuat untuk mempengaruhi dan menghentikan niat Neysha. Wanita itu seakan menulikan kedua telinganya dan melenggang pergi begitu saja.

Wildest MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang