Part 1

715 51 4
                                    

Kevin menembakkan lagi pistol mainan di tangannya, membuat alat itu mengeluarkan gelembung-gelembung sabun yang memenuhi udara. Kevin menembak lebih cepat sehingga lebih banyak gelembung sabun di sekitarnya. Anak itu meletakkan pistol mainannya lalu berlari, berputar-putar di antara gelembung sabun itu.

"Feifei."

Gerakan Kevin terhenti. Dia masih merasa sedikit pusing akibat berputar-putar tadi. Dia memandang berkeliling, mencari sosok yang memanggil namanya. Tidak ada siapa-siapa di sana.

"Fei..."

Kevin menoleh ke belakang. Dan dia termenung melihat sosok di hadapannya. Dia menatap bocah kecil di hadapannya dengan bingung, kemudian menatap dirinya sendiri. Mengamati pakaian yang dipakainya. Jelas-jelas pakaian mereka tidak sama, itu tandanya dia tidak sedang bercermin sekarang. Lagipula tidak mungkin ada cermin di tengah padang rumput seperti ini. Tapi kenapa bocah lelaki di depannya ini mirip sekali dengannya?

Tatapan Kevin kembali terarah pada sosok di hadapannya yang kini tersenyum kepadanya.

"Hiduplah dengan baik Yifei. Bertahanlah, demi mama."

"Kev?"

Mata Kevin perlahan terbuka. Seketika dia sadar bahwa dia hanya bermimpi. Kini yang ada di hadapannya bukan sesosok bocah lelaki, melainkan ibunya.

"Kevin?! Syukurlah. Terima kasih sayang, terima kasih," kalimat ucapan syukur dari ibunya adalah hal pertama yang Kevin dengar. Berlanjut dengan kecupan beruntun di pipi dan keningnya.

"Sebentar," Merlyn menekan tombol merah di dinding samping ranjang Kevin. Diusapnya rambut Kevin lembut. "Kau masih pusing hmm? Demammu tinggi sekali kemarin, sampai-sampai kau tidak sadarkan diri."

Kevin memaksakan senyumnya. Tubuhnya masih terasa lemas, lelaki itu mencoba melepaskan nassal canulanya.

"Kev..."

"Ini menggangguku ma, aku tidak bisa bernafas dengan ini," ujar Kevin yang mengerti apa maksud dari panggilan Merlyn.

"Faktanya justru karena benda itu kau dapat bernafas dengan baik semalam."

"Bukannya aku hanya demam," Kevin menggerutu tapi tetap menuruti kemauan ibunya untuk tidak melepas selang yang dimasukkan ke hidungnya itu.

"Tapi..."

Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok seorang dokter muda dan seorang perawat disana.

"Kau sudah bangun hmm? Sepertinya tidurmu sangat nyenyak," ujar Seungri, sang dokter.

"Sangat hyung," Kevin tersenyum lebar.

"Jangan tersenyum terlalu lebar, itu bisa mengganggu kinerja nasal canulamu?"

Kevin berhenti tersenyum, 'Omong kosong! Sejak kapan hal semacam itu berhubungan?' gerutunya dalam hati.

*

"Aku bermimpi aneh," Kevin berhenti sejenak, dia menatap Merlyn yang tengah mengupas buah untuknya. Merlyn memang tidak berkata apa-apa, tapi dari respon Merlyn, Kevin tahu ibunya itu menunggunya melanjutkan perkataannya.

"Aku bermimpi ketika aku masih kecil. Aku bermain lalu ada seorang anak kecil lain yang mirip sekali denganku mama. Dia memintaku bertahan hidup demi mama. Aneh."

Merlyn terdiam, menatap Kevin dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Mungkin itu dirimu sendiri," sahut Merlyn.

Dahi Kevin berkerut, jelas-jelas dia berdiri di sana. Berhadapan dengan anak itu dengan pakaian berbeda. Bagaimana bisa ibunya mengatakan anak itu adalah dirinya?

The Other Side of Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang