Part 2

490 44 4
                                    

"Yoon?"

"Hmm?"

"Aku harus pergi, ada meeting," pamit Kevin pada Yoongi yang masih sibuk dengan beberapa berkas di hadapannya.

"Kau marah karena aku tidak mempedulikanmu?" tanya Yoongi, lelaki berambut pink -- ya kali ini rambutnya pink -- itu berbicara tanpa perlu repot mengangkat kepalanya untuk menatap Kevin.

"Aku...dan yang lainnya sudah kebal dengan sifatmu ini," Kevin berdiri dari duduknya.

Yoongi tersenyum tipis dan mengangkat kepalanya, menatap Kevin yang tengah berdiri di depan sofa.

"Apa yang ingin kau katakan tadi?" tanya Yoongi sambil menatap Kevin lekat.

"Aku sudah mengatakannya Tuan Min."

"Bukan tentang kerjasama kita di proyekku kali ini Wu sajangnim," Yoongi menyandarkan tubuhnya di sofa. "Kau ada masalah?"

Kevin menghela nafas, "Kau mau menemaniku minum?"

"Kau mau Seungri hyung membunuhku?" Yoongi balas bertanya lagi.

"Dia tidak akan membunuhmu," sahut Kevin malas.

"Tapi bisa saja dia menjauhkanku dari sepupunya itu."

'Itu benar,' batin Kevin.

"Ada apa Kev?"

Kevin mengangkat bahu, "Aku hanya merasa...entahlah, aku tidak tenang."

"Pekerjaan?"

Hanya itu satu-satunya dugaan yang Yoongi miliki. Apalagi? Keluarga tidak mungkin, karena di sini Kevin hanya tinggal dengan ibunya dan setahu Yoongi kehidupan mereka selalu baik-baik saja. Kekasih? Itu lebih tidak mungkin karena Kevin tidak memilikinya. Kalau penyakit Kevin...hmm seingat Yoongi harusnya ini sudah tidak bermasalah lagi, karena Kevin sudah sembuh, hanya perlu menjaga kesehatannya saja.

"Keluarga."

Jawaban Kevin membuat dahi Yoongi berkerut.

"Yoon, mama bilang aku memiliki saudara kembar," lanjut Kevin disertai senyuman. "Aku ingin bertemu dengannya, apa yang harus kulakukan?"

Yoongi terdiam, dia menatap lamat Kevin. Dan Yoongi benci itu. Dia benci bagaimana si cerewet dan tolol Kevin Wu terlihat lemah seperti ini. Itu membuatnya ingat bagaimana saat Kevin menangis di depannya dan mengatakan bahwa dia menyerah memperjuangkan hidupnya empat tahun lalu -- kenangan buruk yang tetap Yoongi ingat. Bagi Yoongi, lebih baik melihat sosok absurd Kevin yang cerewet, keras kepala, menyebalkan sekaligus hangat dan bisa diandalkan sebagai sosok seorang kakak daripada melihat Kevin seperti orang lemah begini.

"Ayo kita keluar, tapi ingat tidak ada minuman beralkohol untukmu Kev."

*

Kevin menumpukan kedua tangannya di atas wastafel. Kepalanya menunduk, matanya terpejam erat. Dalam hati dia menggumamkan sumpah serapah pada Seungri. Mana bukti dari perkataan Seungri yang mengatakan jantungnya akan sembuh setelah operasi? Seandainya Kevin punya nyali, dia mau-mau saja mencekik Seungri. Sayang, Kevin masih ingat kalau Seungri bisa saja membunuhnya hanya dengan satu kali suntikan. Lagipula, Kevin harusnya berterima kasih karena Seungri sudah menjadi salah satu orang yang memperjuangkan hidupnya selama ini.

Lenguhan pelan lolos dari bibir Kevin. Dada kirinya sesak bukan main. Dengan meraba tembok dia berniat kembali ke ranjangnya. Bersyukur di atas mejanya selalu tersedia air mineral. Kevin mengambil satu butir obatnya, meminum dan membaringkan tubuhnya, menunggu reaksi dari obat itu.

Beberapa menit dia berbaring tapi rasa sesak itu tidak kunjung reda. Apa obat itu tidak berfungsi untuk meredakan nyeri? Apa itu hanya semacam vitamin untuk menjaga kesehatannya saja? Dia meraba bagian samping bantalnya, meraih ponsel dan mencari nomor kontak seseorang. Kevin berusaha mengatur nafasnya ketika menunggu panggilan itu diangkat.

The Other Side of Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang