Part 9

9.3K 382 6
                                    

Giselle's pov

" Sean.. Sean?"

Panggilan Giselle menggema diseluruh ruangan mansion. Ini sudah hari ke 3 sejak mereka balik dari Russia dan selama tinggal disini baru kali ini ia mendapati mansion kosong. Ya, kosong dalam artian tidak adanya mereka berdelapan walau artian kosong itu tidak termasuk kepada semua pelayan dan pengawal yang bertugas disini. Kemana mereka semua? Ia terus menelusuri setiap sisi mansion hingga ia melihat sebuah lorong gelap yang tidak pernah ia sadari keberadaannya. Karena penasaraan ia berjalan semakin masuk kedalam dan berhenti disebuah pintu kayu yang sudah usang. Mungkin ini gudang. Ia memutar knop pintu itu dengan perasaan ingin tahu dan ia bersyukur ternyata pintu itu tak dikunci.

Kreekk..

Giselle masuk kedalam gudang yang gelap. Kapan terakhir kali mereka membersihkan gudang ini? debu dan sarang laba laba berada dimana – mana. Tangannya terus terulur mencari saklar lampu dan menemukannya didinding bagian kanan.

Cleck

Lampu itu masih berfungsi meski tidak terlalu terang. Tidak ada yang menarik dari gudang ini. rata rata adalah barang yang sudah tak terpakai hingga sorot matanya berhenti disebuah gundukan persegi yang tertutup kain putih dan tergeletak disudut ruangan. Ia menarik kain putih itu hingga terbuka dan memampangkan sebuah foto berbingkai berukuran medium. Ia mengambil bingkai foto itu dan mengarahkannya pada cahaya lampu agar bisa melihat lebih jelas. Sepertinya foto itu diabadikan pada saat mereka pesta api unggun. Foto itu berisikan 16 orang pria sebagian tidak ia kenali dan 2 orang gadis ditengah mereka dan saling merangkul satu sama lain. Dan apa ini ?! jika dilihat lebih teliti kenapa kedua gadis itu mirip dengan aku dan Je? gadis berambut lurus itu memang hanya memiliki kemiripan dengan mataku tapi kenapa gadis berambut ikal ini mirip sekali dengan Je? bahkan wajah mereka sama persis. Setauku Je tidak pernah punya saudara kembar. Ia hanya anak tunggal. Tapi..

" Apa yang kau lakukan?!"

PRAANGGG

Bingkai foto itu pecah karena terlepas dari tangan Giselle ketika mendengar teriakan dari belakangnya. Tangan kanannya ditarik agar menghadap kelawan bicaranya. orang itu adalah Sean. Melihat wajah murka Sean membuat nyali Giselle menciut. Ia tidak berani menatap kearah mata Sean yang seperti sedang mengulitinya hidup hidup.

" Se.. Sean.." Giselle memanggil nama Sean dengan terbata bata.

" siapa yang mengizinkanmu masuk kemari heum?" Tanya Sean dingin

" ti.. tidak ada" jawabnya sambil mengigit bibir bawahnya.

" kalau begitu kenapa kau kemari hah!" Sean berteriak dengan nada keras dan mendorong Giselle hingga terjatuh mengenai pecahan beling kaca.

" Sean.. maaf.. maafkan aku Sean" Giselle mencoba menggapai tangan Sean tapi langsung ditepis dan meninggalkan Giselle sendiri didalam gudang itu.

'Hiks.. hiks.. apa salahku? Kenapa Sean begitu marah hanya karena aku masuk kedalam gudang' hati Giselle menangis melihat sikap Sean yang pergi meninggalkannya yang sedang terluka.

" oh my.. are you okay Giselle?" pekik Damian ketika melihat Giselle yang tergeletak dilantai dan banyaknya darah yang mengalir dari kedua lutut dan telapak tangan Giselle.

" Damian.." Giselle melihat Damian yang berdiri di depan pintu mendekatinya. Ia segera membopong tubuh Giselle keluar dari gudang menuju kamar gadis itu dan mengambil kotak P3K untuk mengobati luka yang ada pada tubuh Giselle.

" selesai" seru Damian dan menatap kedalam manik mata Giselle. Ia mengusap pipi Giselle dan tersenyum lembut.

" Damian, Kenapa Sean begitu marah padahal aku hanya masuk kedalam gudang dan siapa dua orang gadis itu? kenapa aku merasa mereka mirip dengan aku dan Je? maukah kau ceritakan padaku. Aku berjanji tidak akan memberitahu Sean jika kau memberitahu aku kebenaran ini, Damian" Giselle menggenggam kedua tangan Damian dan berharap Damian akan memberitahukan kebenarannya.

Dark Romance ( Mafia Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang