Suamiku Gay (cerpen)

7

Tidak terasa telah 1 bulan aku ditempat Ani, sesekali aku pulang hanya untuk mengambil barang-barangku dan itupun diwaktu istirahat agar tidak bertemu dengan bang Raffa.

Bang Raffa terus membujukku untuk pulang walaupun aku tetap pada pendirianku untuk tidak balik kerumah sementara waktu ini.

Disela-sela waktu senggangku dikantor aku masih sering teringat akan kejadian itu dan iseng-iseng aku membuka mesin pencari data dan mengetikkan kata-kata kehidupan homo.

Ya Tuhan, aku sungguh tidak percaya dengan apa yang kubaca.

Karena diantaranya ada yang menyebutkan tentang biseksual yaitu orientasi seks yang mempunyai ciri-ciri berupa ketertarikan estetis, cinta romantis dan hasrat seksual kepada pria maupun wanita dan Kaum biseksual sedikit berbeda dengan para homoseksual dan heteroseksual.

Pada kaum homoseksual, mereka hanya mencintai sesama jenis, pada kaum heteroseksual mereka mencintai lawan jenis, sedangkan pada kaum biseksual mereka dapat saja mencintai keduanya, baik lawan jenis maupun sesama jenis walaupun dalam waktu yang bersamaan.

Berarti bang Raffa adalah biseksual menurut aku karena bang Raffa sepertinya tetap mencintai aku walaupun mungkin bang Raffa diluar ada main dengannya.

Ya tuhan ada apa lagi ini, sepertinya aku harus bertemu bang Raffa untuk mengetahui sebabnya mengapa bang Raffa seperti itu.

Kuraih telepon genggamku langsung kutekan nomor bang Raffa, aku tidak mau menunda waktu lagi, semoga ini adalah pembuka untuk menyelesaikan masalah kami.
Semoga.

"Hallo, bang Raffa"

" Ya, Ira, aku kangen kamu Ra, kamu apa kabar?, Kamu baik-baik kan sayang?"

Bang Raffa terus saja memberondongku dengan pertanyaan penuh kekhawatiran akan keadaanku.

"Aku baik-baik saja bang, bolehkah kita ketemu bang?" secepatnya aku mengutarakan maksudku meneleponnya.

"Boleh Ra, malah aku sangat ingin berjumpa sama kamu Ra, baiklah pulang kerja abang akan jemput kamu ya" Bang Raffa menerima ajakanku dengan sangat senang.

(Bersambung)