AUTHOR POV
Malam itu Arisa tiba-tiba merasa sangat ingin minum sekaleng soda dingin.
Arisa berjalan menuruni anak tangga dari kamarnya di lantai dua menuju ke dapur yang terletak di lantai satu.
Ayah dan Ibu Arisa belum ada yang pulang ke rumah, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul 08.10 PM.
"Bibiiiiii....." Arisa memanggil Bibi Inah, pembantu di rumah itu yang sudah menjaga Arisa sejak Arisa masih kanak - kanak.
"Iya, nona Risa?" tanya Bi Inah sambil berjalan menghampiri Arisa di dapur.
"Tidak ada minuman kaleng di kulkas, Bi?" tanya Arisa.
"Iya, Non.. Tadi nyonya sepertinya lupa memberikan uang belanja jajanan untuk mengisi kulkas, Non. Non Risa mau minum apa memangnya? Biar Bibi belikan ke mini market, Non." sahut Bi Inah.
Arisa terdiam sejenak, lalu ia menjawab, "Bi, biar Arisa saja yang beli, Bi.. Kebetulan ada yang mau Arisa beli juga di toko buku."
Arisa pun berjalan ke kamarnya, mengganti pakaian dan mengambil kunci mobil, lalu ia segera meluncur ke sebuah mall terbesar di dekat perumahannya yang elit itu.
Ia masuk ke sebuah supermarket yang terletak di dalam mall itu dan membeli beberapa snack serta minuman kaleng untuk mengisi kulkas di rumahnya.
Setelah membayar di kasir, Arisa berjalan menuju toko buku yang terletak di lantai tiga mall itu.
Dan ketika Arisa sedang menuju toko buku itu, ia melihat sosok yang sangat tak asing di matanya tengah berjalan agak jauh di depannya, menuju ke arahnya!
Dari kejauhan pun, Arisa bisa tahu betul siapa pria yang tengah memakai masker putih dan mengenakan earphone di kedua telinganya itu!
Aiden Ramadhan!
Pria paling mengerikan dan menyebalkan di kelas Arisa.
"Gawat! Ada Aiden berjalan ke arah sini!" pekik Arisa pelan. Arisa segera berlari masuk ke outlet terdekat disampingnya, yaitu outlet Giordano, agar tidak perlu berpapasan dengan Aiden.
Tak lama kemudian, Aiden melintas di dekat situ dan berjalan menjauh dari Arisa, menuruni eskalator menuju ke lantai bawah.
"Huft! Aku selamat!" gumam Arisa. Arisa keluar dari outlet itu dan menuju ke toko buku.
"Ngomong-ngomong, itu kan pakaian yang dikenakannya tadi siang di kampus? Ia belum mandi jam segini? Joroknya!" gumam Arisa sambil berjalan memasuki toko buku Gramedia untuk membeli beberapa kebutuhannya.
.
.
.
Sudah empat hari itu, ayah Arisa tidak berangkat ke kantornya dan harus terbaring di kasurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inikah Takdirku? (END)
Teen Fiction"Apakah.... Seberat ini... Takdir hidupku?" bisik hati kecil Arisa.