Assyfa langsung berlari menghampiri Arisa dan memeluk erat tubuh Arisa setibanya ia di rumah Arisa pukul 09.10 pagi.
Jenazah Ayah Arisa sudah dimandikan dan dikafankan, lalu dibawa ke rumah Arisa sambil menunggu seluruh keluarga berkumpul disana.
Jam sebelas siang nanti jenazah Ayah Arisa akan segera dimakamkan di pemakaman yang terletak tak begitu jauh dari kompleks perumahan Arisa.
Arisa terus menangis, begitu juga dengan ibunya.
Para saudara yang sudah datang sejak tadi juga ikut menangis.
Assyfa terus memeluk erat tubuh Arisa, berusaha memberi kekuatan untuk sahabat terbaiknya itu.
Sementara Ardi hanya bisa berdiri di teras rumah Arisa bersama Aiden.
"Kau tidak mau masuk?" tanya Ardi.
Aiden menggelengkan kepalanya. "Aku mana kuat melihat Arisa menangis seperti itu..."
"Cih.. Ternyata anak brengsek sepertimu bisa juga lemah terhadap tangisan perempuan?" sahut Ardi.
"Hentikan ocehanmu. Aku benar-benar lelah beradu mulut denganmu." sahut Aiden.
Ardi terdiam. Setelah banyak diceramahi Assyfa selama ini, Ardi jadi seringkali banyak berpikir akan semua tindakan bodoh yang dilakukannya selama ini.
"Apa aku... Begitu menyebalkan dimatamu?" tanya Ardi.
Aiden menganggukan kepalanya.
"Maafkan aku.." sahut Ardi tiba-tiba. Membuat Aiden terbelalak.
"Ada apa kau? Tidak biasanya kau begini!" sahut Aiden.
"Aku banyak diceramahi Assyfa... Dan aku mulai sadar, aku sudah sangat keterlaluan selama ini kepadamu... Maaf, Aiden.. Kuharap, kita bisa berteman dekat lagi seperti saat kita SMP dulu...." sahut Ardi.
Aiden menatap Ardi dalam diam.
"Aku benar-benar minta maaf..." sahut Ardi.
Kali ini, Aiden bisa melihat ketulusan di balik tatapan mata Ardi.
Aiden pun menganggukan kepalanya. "Aku juga... Sering merindukan saat-saat dimana kita tertawa bersama seolah hanya ada kita berdua di dunia ini.."
Ardi tersenyum, dan Aiden membalas senyuman Ardi.
"Bagaimana perasaanmu melihat salah satu orang yang sangat kau benci meninggal seperti ini?" tanya Ardi.
"Entahlah...." sahut Aiden. "Sempat terlintas dalam benakku, apa ini karma untuknya dan istrinya? Karena menjebloskan ayahku yang tidak bersalah ke dalam penjara, maka mereka harus bernasib tragis seperti ini?"
"Yang membuatmu sangat terluka pasti Arisa.." sahut Ardi.
Aiden menganggukan kepalanya. "Jika ini memang karma untuk jaksa dan pengacara itu... Maka Arisa yang paling kasihan. Ia tidak tahu apa-apa tapi ia juga menerima karma atas kesalahan kedua orang tuanya..."
.
.
.
Di acara pemakaman itu, Ibu Arisa jatuh pingsan ketika melihat jenazah Ayah Arisa dibaringkan di dalam liang kubur.
Sementara Arisa sudah merasa lemas sejak tadi pagi. Ia hanya bisa terduduk di sebuah kursi plastik yang ada disana. Assyfa terus berada di samping Arisa untuk menenangkan Arisa.
Tangisan terdengar menggema di pemakaman itu. Banyak anggota keluarga yang ikut menangisi kepergian Ayah Arisa dari dunia.
"Aku teringat satu hal, Syfa.." sahut Arisa lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inikah Takdirku? (END)
Teen Fiction"Apakah.... Seberat ini... Takdir hidupku?" bisik hati kecil Arisa.