Hal memalukan.

529 50 26
                                    

Tokkkk tokkkk tokkkk

"Ay.. Udah belum? Nanti telat kita." suara Kemas terdengar dari balik pintu kamarnya.

"Iya, kak! Ini lagi pasang kaos kaki!"

"Pake kaos kaki aja bermenit-menit." gerutu Kemas.
Dengan gemas, Kemas menggedor-gedor pintu kamar Aline lagi, ketika Aline membuka pintu kamarnya– Kemas menunduk masih dengan posisi menggedor pintu. Alhasil, dahi cantik Aline yang terkena gedoran maut Kemas yang sangat kencang.

"Awwww..." Aline meringis memegangi dahinya.

"Eh, sorry, Ay. Kakak nggak liat."

"Makanya gedor tu pake mata!"

"Gedor pake tangan, cebol! Bukan pake mata."
"Yaudah ayo! Keburu upacara ntar."

****

"Fiuhhhh..."
"Untung nggak telat." ucap lega kedua kakak beradik itu.

Aline dan kakaknya memang tidak pernah mau sarapan. Kata mereka, mereka akan sakit perut dan akan berujung pada panggilan alam. Mereka tidak suka melakukan itu di sekolah, tidak nyaman katanya.

Jam pelajaran telah dimulai, guru-guru senang melihat Aline telah kembali aktif walaupun mereka harus bersabar karena mulut Aline yang suka ribut.

"Al, gue bete deh." wajah cantik Yuwina sudah menekuk.

"Sama. Gue juga."
Aline melihat teman sekelasnya satu persatu. Wajar saja wajah mereka di tekuk semua, hanya beberapa saja yang tidak. Ia baru sadar ini pelajaran matematika. Gurunya adalah pak David. Guru muda yang usianya masih 20-an tahun. Pak David memang manis, tapi pelajarannya adalah bom untuk Aline dan Yuwina.

"Gila, keram otak gue." Aline mengacak-acak rambutnya.

"Aline, kenapa?" tiba-tiba pak David melihat Aline yang sedang mengacak rambutnya frustasi.

"Bosan tuh kali dia, pak!" suara dari belakang, sepertinya ini suara Wawan.

Wawan memang teman sekelas Aline yang sangat-sangat jahil. Dia bisa mengganggu siapa saja, bahkan tanpa alasan dia sering memanggil Aline berulang-ulang kali ketika Aline sedang serius mengerjakan tugas. Ketika di tanya, 'ada apa' dia malah berpura-pura tidak tahu. Menyebalkan.

Aline mendelik kesal, tatapan tajampun Aline keluarkan untuk Wawan.

"Yaudah kalo tidak mau bosan, silahkan Aline maju. Coba ceritakan 1 hal memalukan kek, atau lucu kek untuk teman-temannya."

"Yang teriak dari belakang, masansaya yang kena, pak?" ucap Aline lesu.

"Kan tadi bapak nanyain kamu, kamu tidak menjawab. Ya, jawaban Wawan bapak anggap jawaban dari kamu."

"Kan kzl." omel Aline seraya maju kedepan kelas.

"Gue mau cerita pengalaman gue sama sepupu gue waktu di toilet Mall setahun yang lalu."

Teman-temannya masih diam. Aline melanjutkan ceritanya.

"Jadi, gue sama sepupu gue habis beli ice cream, terus si sepupu gue ini kan cewek, dia kayak 'Lin, gue sakit perut deh' gitu. Yaudah gue temenin ke toilet karena dia bener-bener kebelet banget dapet panggilan alam gitu. Yaa kalian tau sendirilah what I mean."

Yuwina tahu cerita ini, waktu itu bukan sepupunya tapi Aline sendiri. Waktu itu Aline dan Yuwina pergi beli ice cream tapi tiba-tiba Aline kebelet dapet panggilan Alam. Yuwina dan Badran menahan tawanya masing-masing ketika Aline memberi isyarat dengan meletakkan jari telunjuk dibibirnya.

"Terus dia bener-bener boker kayak brett brroottt brrootttt gitu kan. Waktu si sepupu gue mau cebok, bilik sebelahnya tiba-tiba nyeletuk 'santai bos'. Sumpah itu malu banget, parah!"

Semua teman-temannya-pun tertawa terbahak-bahak, termasuk pak David.
Untung saja tidak ada yang tahu bahwa itu kejadian yang Aline alami sendiri. Kecuali kalau Yuwina dan Badran tidak membeberkan siapa pelaku aslinya.

"Pak, udah selesai. Saya boleh duduk nggak?" dengan sisa-sisa tawanya Aline meminta izin untuk duduk, dan pak David mengizinkannya.

Bel istirahat adalah alunan melodi indah di telinga anak sekolah seperti Aline. Berdendang-denang ria di alam kesenangan. Tapi, yang jadi masalah, pak David bahkan tidak peka sama sekali.

"YaAllah lapar banget." keluh Raudiah dari ujung kelas.

"Iya, ya, Raudah. Laper banget." kini Qholiz yang ikut mengode bahwa bel telah berbunyi.
Jangan heran, Aline dan teman-teman sekelasnya memang memanggi Raudiah dengan sebutan Raudah, karena semua guru selalu memanggil Raudiah dengan sebutan Raudah. Alasannya karena lebih mudah diingat. Yang sabar, Raudah!

"Ohh, udah bel ya?" akhirnya, yang ditunggu-tunggu pun peka. Pak David mengakhiri jam mengajarnya lalu pergi meninggalkan ruang kelas.

Dan, jangan ditanya kemana perginya Yuwina dan Aline.
7 menit sebelum bel berbunyi, mereka telah keluar kelas dengan alasan pergi ke toilet. Padahal, mereka hanya tidak mau berebut makanan di kantin ketika bel tiba.

Ketika teman-teman yang lain akan keluar, Aline dan Yuwina dengan santai melenggang membawa jajanan mereka masing-masing. Sungguh, licik.

Kelas Aline berada di samping lapangan, dengan begitu Aline bisa melihat kakaknya yang hari ini olahraga.

"Kak Kemas!!" teriakan Aline seperti menggema dan membuat semua orang yang ada di lapangan melihatnya.
Aline hanya mengeluarkan cengir kudanya.

Niat Aline, dia akan memberikan minum kepada kakaknya itu. Ketika Aline pergi menuju tempat dimana kakaknya duduk, laki-laki yang menyebalkan bagi nya itu menyenggol pundaknya.

"Kasar, mas!" wajahnya tetap datar, tapi tiba-tiba.
"Siapa yang nyenggol gue tadi?" wajahnya menjadi garang, saat ini dia ada di pinggir lapangan basket.

"Udah, siniin minuman kakak." Kemas menarik adiknya.

"Sorry, tadi gue bener-bener nggak sengaja. Bola nya hampir kena kepala lo. Gue tangkis malah siku gue kena bahu lo." wajah Jingga sangat datar, dan cool.

Tapi, apa-apaan?! Meminta maaf itu harus dengan wajah iba bukan? Bukan dengan wajah datar seperti ini.

"Dih, si dugong lagi." gumam Aline samar.

"Kalo nggak mau maafin, ya nggak pa-pa. Yang penting niat gue tadi udah baik."

Iya! Benar juga! Mau tidak mau Aline harus berterima kasih pada laki-laki ini bukan? Untung saja ada laki-laki ini yang menangkis bolanya, coba kalau tidak? Aline sekarang sudah dipastikan ada di UKS saat ini.

To be continue......

Elegi Senja dan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang