Part 13

417 42 15
                                    

Happy reading!!^^

AUTHOR POV

Tokkkkkk tokkkkk tokkkkkk

"Ay!!!"
teriak Kemas sambil mengetuk pintu kamar adiknya.

Tidak lama kemudian Aline membuka pintunya, heran mengapa kakaknya seperti menggebu.

"Ada apa, sih, kak?"

"Kakak cerita ya?"

"Yaudah masuk aja kak. Masa cerita depan pintu."

"Ehiya,"
Setelah masuk ke kamar Aline, Kemas langsung bercerita.
"Kakak udah jadian sama Nadya!"

"What the food... Seriusan kak?"

"Of course!!!"

"Gimana ceritanya? Yaampun!"

Kemas menceritakan kejadian bagaimana Nadya dan dirinya bisa menjadi sepasang kekasih.
Dimula saat mereka mengikuti kelas tambahan, semua ini rencana Arion dan Keenan.
Keenan menyuruh Kemas menyatakan perasaannya pada Nadya sebelum kelas tambahan dimulai, Arion pergi membeli sebucket bungan dan boneka. Sedangkan Keenan menata bangku kelas mereka dan mengosongkan kelas itu, sementara Kemas dan Nadya sedang berada di kantin.

Dengan aba-aba dari Keenan, Kemas mengajak Nadya memasuki kelasnya. Lalu, dibalik pintu ada Aldo dan Rafa membuka pintu kelas mereka. Nadya masih tidak mengerti, dari belakang Keenan mendorong mereka masuk lalu merekam kejadian itu.
Arion memberi bucket bunga dan boneka kepada Kemas.

"Lalu apa yang kakak lakukan setelah itu?" Aline sungguh ingin tahu apa yang kakaknya katakan kepada Nadya.

"Kakak bilang, 'Nad, wanna be my girlfriend? Wanna be mine?' Gitu"
Kemas menceritakan semuanya sambil tersenyum dan tersipu.

"Terus gimana jawab kak Nad?"

"She said big yes. Dia senyum sambil malu-malu gitu terus dia terima bunga dan boneka yang kakak kasih deh,"

"Anjaey, sok sweet banget sih kak! Bikin iri aja." ucap Aline tidak sadar.

Jelas saja, sudah dua tahun Aline tidak memiliki pacar.

"Bentar lagi ada kok!"
Kemas terlihat kaget dengan apa yang ia ucapkan sendiri. Sedangkan Aline bingung, maksudnya apa?

"Ay! Kakak have to go. Baru inget kalo kakak belum makan, kakak makan malem dulu ya!"
Kemas lantas pergi meninggalkan kamar Aline dan Aline yang masih butuh jawaban dari perkataan Kemas barusan.

****

"Kakkk!!" teriak Aline memenuhi isi rumah lagi.

"Iya, Ay! Sabar!" teriak Kemas juga ikut memenuhi isi rumah.

Aline duduk di meja makan dan masih setia menunggu Kemas yang tidak kunjung turun dari kamarnya, tiba-tiba suara motor terdengar masuk ke halaman rumah nereka lalu beberapa detik kemudian terdengar seseorang mengucapkan salam.

"Assalamualaikum!"

Ibu mereka membalas salam itu lalu membuka pintu utama.

"Ehh, ayo masuk. Nyari Kemas, kan?"
"Kemas belum turun, duduk aja disini. Apa mau ikut sarapan?"
Ibu mereka memang seperti itu, susah sekali berhenti berbicara.

"Ah, nggak, buk. Jingga nyari Aline,"
"Ada, bu?"

Aline yang mendengar itu segera melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, jarak yang tidak jauh membuat suara obrolan ibunya dan Jingga terdengar hingga ke meja makan.

"Eh, ini dia orangnya,"
"Tumben banget nyari Ayin."
Ibunya menggoda Jingga.

"Iya, bu. Aline tadi bilang mau bareng ke sekolah sama Jingga."

Aline membulatkan matanya, Jingga berbohong pikirnya.

"Lah, lo napa pake boong sama nyokap gue?" kesalnya.

"Ayin, ibu nggak ngajarin kamu ngomong kasar ya." Ibunya memperingatkan Aline.

"Tapi bu, dia bohong!" ucap Aline dengan kesal sambil menunjuk Jingga.

"Lah, lo yang jangan boong! Gue nggak mungkin cape-cape ke sini kalo lo nggak minta tolong." jelas Jingga. Kali ini Jingga memang benar-benar berbohong.

"Aduh! Ibu pusing ngeliat kalian adu mulut disini,"
"Ayin, Jingganya udah disini. Yaudah kamu bareng dia aja, kakak katanya maunjput ceweknya." putus ibunya.

Aline menggelengkan kepalanya kuat,
"Ayin tuh nggak mau, bu! Nggak enak sama Yuwina!" serunya.

"Kalo masalah itu, tenang. Gue udah bilang ke dia dan dia kayak oke-oke aja."

"Yang bener?"

"Lah, nggak percayaan banget."
Pagi ini Jingga kembali menjadi Jingga yang suka membuat masalah pada Aline.

"Yaudah ini udah siang. Gue mau cepet,"
"Bu, Ayin pamit ya! Assalamualaikum, bu!" Aline langsung mencium tangan ibunya dan berpamitan berangkat ke sekolah, Jingga juga melakukan hal yang sama seperti Aline.

"Assalamualaikum, bu!" pamit Jingga.

Aline dan Jingga berjalan menuju motor Jingga.
Laki-laki itu memberikan Aline helm lalu menaikinmotornya yang diikuti oleh Aline.

"Pegangan yang kenceng," ucap Jingga disela-sela berkendara.

Laju motor Jingga membelah jalan dengan cepat sehingga mereka cepat tiba di sekolah mereka.

***

"Jing, lo hati-hati kan goncengin adek gue tadi?"

"Iya, anJing," Jingga menekan kata Jing dalam ucapannya tanda dia tidak suka bila dipanggil 'Jing'.
"Dia suruh gue ngebut tapi, ya gue suruh dia peluk gue."

Perkataan Jingga langsung dihadiahi jitakan di kepalanya.
"Serius, nyet!"

"Hhaha, setan lo! Nggak terlalu ngebut kok tadi, standar,"
"Tapi gue tetep suruh adek lo pegangan yg erat." Jingga kembali menekan kata 'erat' untuk membuat Kemas marah.

"Asoy, lo! Kalo adeknya Kemas baper sama lo, tanggung jawab!" celetuk Arion dan di benarkan oleh Kemas, Aldo, Arion, Keenan dan Nadya.

"Yah, itukan emang rencana gue!" cengir Jingga.

Elegi Senja dan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang