Salah?

416 42 14
                                    

"Kan..... Udah gue bilang gue cuma canda doang."

"Ih gue serius, temen gue naksir sama lo."

"Gitu ya?" ucap Jingga datar.

"Iya."

***

"Ce, lo kenapa deh kemaren asal main balik aja? Nggak nungguin gue?" Aline yang baru sampai dikelasnya dan langsung mendatangi Yuwina di bangku mereka.

"Lo harus tau kemaren gue mules gara-gara makan cabe bekalnya si Shela. Lagian mana panas, mending gue pergi."

"Yain, gue kira lo marah gara-gara Jingga ngaku pacar gue. Gue sama dia nggak pacaran kok. Lagian lo tau gue nggak naksir sama dia, dan kemaren gue keceplosan ngomong kalo lo yang naksir dia. Anjir, gue minta maaf ya?"

"Kadang saya gemas sama kamu,"
"Pantes aja dia langsung What'sApp gue kayak spam gitu." Yuwina tersenyum.

"Ohh bagus dah hhahaha,"
"Tapi kok kemaren gue liatnya lo sama kak Keenan, ya?"

"Ohh itu, anu..."
"Gue minta nomor What'sApp si Jingga! Iyaa!"

"Ohh, yain."

"Eh, gue mau tanya lagi deh sama lo." ucap Yuwina.

"Apa?"

"Lo beneran nggak naksir Jingga sama sekali, Al?"

Aline mengangkat satu alisnya, bingung. Mengapa teman sarapnya ini bertanya seperti curiga.
"Iya, bener. Nggak suka gue, gue juga nggak bakal nikung lo kok!"

Aline menjawabnya dengan santai sambil mengeluarkan buku serta alat tulisnya karena jam pelajaran pertama telah dimulai.

***

Ketika Aline ingin keluar untuk membuang sampah setelah bel istirahat berbunyi, tiba-tiba Jingga, Kemas, Keenan dan Nadya menemui Aline.

"Eh, kak Kem. Kenapa?"

"Ada Yuwina nggak, Al?" Tanya Keenan.

"Ada tuh di dalem. Gue panggil ya,"
"Ce, ada segerombol domba nyari."

Tidak lama Yuwina datang dengan wajah yang mencurigakan. Keluar tanpa menyapa Aline, karena kini Jingga berada tepat didepan Aline. Yuwina hanya memberi senyum pada Jingga, Kemas, dan Nadya. Sedangkan pada Keenan, ia hanya memamerkan hidungnya yang dikembang-kempiskan.

"Ada apa kak?" tanya Yuwina pada mereka.

"Jingga mau ketemu lo. Ya, kan, Jing?" Ucap Kemas.

Jingga masih menatap Aline lekat-lekat, Aline bergedik ngeri karena Jingga menatapnya tanpa lepas.

"Iya, gue nyari Al— Yuwina." Jingga masih menatap Aline dan pergi menuju Yuwina.
Mereka pergi tanpa mengajak Aline, lalu kembali seperti tidak bersalah.

"Al, kantin yok! Lapar!"

"Yaudah ayok!"

Ketika Aline dan Yuwina bejalan menuju kantin, Yuwina tiba-tiba sakit perut dan meminta Aline untuk membantunya membelikan jajanan. Mau tidak mau Aline membantu sahabatnya yang sedang sakit perut karena tamu bulanannya.

"Yaudah, lo tunggu dikelas. Gue ke kantin dulu ya?" Yuwina hanya balas mengangguk dan berjalan hati-hati menuju kelas. 

Tiba-tiba Jingga datang dengan wajah cool seperti biasa.

"Lo, sendiri? Dimana Yuwina?" hanya itu sapaan yang dikeluarkan oleh Jingga. Mendadak Jingga berubah padanya.

Jingga yang biasanya mencari masalah padanya kini menjadi Jingga yang kaku.

"Iya, Yuwina di kelas. Katanya sakit perut." Aline hanya menjawab singkat lalu melanjutkan langkahnya menuju kantin.

"Bareng gue aja."

"Nggak usah, Ngga! Gue bisa sendiri kok,"
"Nggak enak kalo Yuwina liat."

"Udah, gue nggak suka dibantah." ketusnya dingin.

Aline dan Jingga berjalan menuju kantin, dengan berbagai macam umpatan dan tatapan iri dari kaum hawa lainnya.

"Risih gue diliatin jalan ke kantin doang sama lo."

"Harus di biasain mulai dari sekarang." ucap Jingga pelan yang masih bisa didengar oleh Aline.

"Maksud lo?"

"Udah nggak usah difikirin. Jajan sana, ntar baliknya bareng lagi."

Aline bingung dan hanya ber oh ria saja, segera ia membeli jajanan dan berlari menuju kelasnya. Untuk menghindari Jingga, Aline harus memutar kantin dan berlari dengan kecepatan maksimum.

Tapi tiba-tiba Jingga mengejutkannya,
"Dikejar siapa barusan?"

"Ahh itu, anuu..."
"Di kejar– kucing."

"Ohh, yaudah ayok ke kelas lo." Aline hanya bisa pasrah dan menurut.

***

"Al, gue pulang duluan ya? Sakit banget nih perut gue."
Setelah bel pulang telah berbunyi, Yuwina meminta izin pada Aline untuk pulang duluan. Jika Yuwina pulang duluan, lalu, Aline akan pulang bersama siapa?

Kemas sibuk dengan pelajaran tambahannya.
"Ce, gue bareng ya? Kakak gue les. Nggak bisa balik bareng."

"Yah, koko gue bawa motor, Al. Masa tarik 3?"

Aline tampak berfikir dan pasrah, "Yaudah gue naik taksi aja deh. Pulang sana pulanggg."

Belum lama Yuwina meninggalkan kelas, tiba-tiba seorang laki-laki datang.

"Pulang bareng gue aja."

Aline menoleh sekilas, lalu kembali melihat siapa yang datang menawarkannya tumpangan.

"Nggak usah, Ngga! Gue bisa naik taksi kok!" ya, yang datang adalah Jingga.

"Kakak lo yang nyuruh gue."

"Lah? Bukannya kalian ada kelas tambahan?"

"Iya, gue udah absen dan ini juga mau pulang tukar baju."

Akhirnya Aline mengiyakan ajakan Jingga, karena ia ingin cepat-cepat pulang. Ia sangat lelah membawa dua paperbag besar ditangannya. Itu adalah mading yang harus ia buat untuk lomba mading yang akan diadakan 1minggu lagi.

"Itu apa?" Jingga menunjuk paperbag yang dibawa Aline.

"Buat lomba mading."

"Sini gue yang bawain, berat itu."

"Udah, nggak pa-pa. Nggak berat juga kok."

Jingga hanya menyerobot kedua paperbag itu dari tangan Aline, Aline hanya berdecak sebal karena ia ingat bahwa Jingga tidak suka kalau dibantah.

Sepanjang jalan hanya kesunyian yang menyelimuti suasana di mobil Jingga.

Elegi Senja dan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang