Part 4

536 27 1
                                    

-Walau ada seabad kesakitan dan hanya ada sekejap kebahagiaan, percayalah cinta akan menganggap itu indah. Karna cinta, dia selalu memaafkan- I.G.A

‘apakah aku harus memberinya nafas buatan, ck sial.” Batin Syam

Dengan ragu-ragu akhirnya Syam memberi nafas buatan untuk Lail. Awalnya Syam pikir ini akan berlalu cepat tapi Lail tak kunjung sadar. Dan Syam terpaksa harus memberi nafas buatan lagi dan lagi.

Cekrek

Satu suara yang sukses membuat Syam terjingkat. Ya, Syam sedang difoto oleh Almer dan Anton.

Deathglare,
itulah yang mereka dapat

“baik Syam, lihat pada hp ini ada tombol delete, sudah saya tekan. Kelarlah masalahnya. Permisi” kata Almer

“cih kau benar-benar. hem, kenapa dia tak bangun-bangun. Apa dia mati ?” kata Syam

“coba kou tekan ulu jantungnya Syam”

“sudah bodoh”

“coba pakek kaki mung...” kata Anton yang awalnya Cuma bercanda tapi  ternyata Syam melakukannya

Jedhuk, suara kaki Syam menginjak ulu jantung Lail

“uhuk uhuk” suara Lail

Lail terbatuk sambil meringis kesakitan tak lama kemudia ia tersadar ada Syam tepat dihadapannya dan ia terdiam karna wajah Syam yang hanya terpaut beberapa inchi darinya.

Dalam diam
Aku termangu
Mengagumi setiap goresan sendu
Dalam senyummu

Wajah Syam dan Lail yang berdekatan membuat keduanya terdiam dan pada akhirnya Lail segera menundukkan kepalanya lantas memegangi ulu jantungnya yang terasa begitu sakit.

'jantungku rasanya sakit sekali karnanya tapi jantungku,  ia berdegup dengan cepat juga karnaya.  Apa aku terlalu bodoh’ batin Lail

“kerja bagus” kata Syam pada Anton sambil menepuk-nepuk pundak Anton

“oh ya, kau lekaslah masak. Kurasa aku sudah lapar” Kata Syam menunjuk Lail yang sedang meringis kesakitan

Ketika Syam berlalu pergi, Antonpun lekas membantu Lail. Almer juga membawakan selimut untuk Lail, lantas Almer dan Anton membopong Lail menuju kamarnya

“sebentar lagi masaklah,  Lail, agar Syam tak marah padamu. Kau mengerti” kata Almer

“apa masih sakit?” kata Anton yang dibalas anggukan oleh Lail

Tak berapa lama Lailpun lekas mengganti baju dan menuju dapur untuk masak. Jujur saja, kondisi Lail sekarang sedang buruk. Wajah pucat pasi, nafas tersenggal-senggal, kepala pusing dan jantungnnya, ya jantungnya sangat sakit karna tendangan Syam tadi.

==

Setelah memasak biasanya Lail akan makan didapur tapi kali ini Syam memerintah Lail untuk makan di meja makan.

“bukankah sudah kukatakan untuk jangan pernah melanggar aturan yang kubuat?” tanya Syam pada Lail

Lailpun mengangguk pelan

“ini (melemparkan sebuah obat), minumlah” Syam

Dag. Dig. Dug

'bahkan jantungku dia berdegup hanya karna hal sesepele ini'batin Lail

Setelah sekian lama Lail tinggal disini baru kali ini Syam baik padanya. Aneh rasanya,  namun apakah hal ini menunjukkan mungkin harapan itu masih ada ? mungkinkah masih ada ruang untuk Lail dihati itu ? atau semuanya hanya tipuan belaka ?

Lekuk wajah
Seapik khatulistiwa
Bermata sayu
Sesendu nirwana

“jangan berpikir yang tidak-tidak” kata Syam sambil berlalu pergi

Lailpun sontak membulatkan matanya.  Ia jadi curiga kalau-kalau Syam mapu membaca pikirannya. Tapi tidak mungkin karna kalau iya,  Syam pasti tidak akan sekasar ini padanya. Pasti

Selesainya makan Lail mencuci semua piring dan membereskan tempat makan tapi ketika akan meneruskan pekerjaan rumah untuk menyapu tiba-tiba kepala Lail terasa sangat pusing dan Lail akhirnya terjatuh pingsan untuk kesekian kalinya.

Almer yang melihat Lail pingsan langsung membopong lail menuju kamar kecilnya. Disana berkumpulah 3 orang tampan kita dalam crita ini. Disana juga nampaklah Syam yang bingung setengah mati dengan keadaan Lail padahal sebenarnya Lail sudah terbangun tapi dia tetap menutup matanya karna takut akan Syam.

“gawat, jika gadis ini mati lenyaplah sudah barang bukti itu” seru Syam

“woles and selow aja Syam, dia hanya pingsan. Dan, lain kali... jangan kau hukum Lail seperti itu, Syam” kata Almer

“betul Syam, menurut pengalaman dedek anton cewek kayak Lail ini harus dibaikkin baru dia cerita semua” Kata Anton

“maksud kalian ?”

“jadi gini Syam, kamu pura-pura baik aja sama Lail karna kalau kamu kasar sama Lail yang ada dia malah tersiksa dan nggak mau cerita” Kata Almer

“dan juga nih, Lailkan suka Syam. Gimana kalau kita manfaatin ini. Dengan Syam pura-pura suka ke Lail juga, kan cewek itu sejatinya baperan, dibaperin dikit hilanglah sudah segalanya, haha” kata Anton

“bener, jadi gimana Syam ?” tanya Almer

Tak ada jawaban dari Syam, Syam hanya merunduk sembari melihat wajah Lail yang nampak begitu pucat. Ada segores rasa bersalah di hati Syam pada Lail, tapi Syam mengacuhkannya. Toh yang dirasakan ibunya jauh lebih sakit daripada ini.

==

Almer dan Anton telah kembali ke ruang kerja untuk memeriksa biografi sang penerbit, Aswa. Sedangkan Syam, Syam sedang tertidur di sofa yang berada dalam kamar kecil Lail.

Dengan perlahan Lail mulai membuka matanya, walau ragu Lail beranikan dirinya untuk membuka matanya. Dan ketika terbuka mata itu nampaklah Syam yang sedang tidur disofa dihadapannya.

Kesempatan emas, ya Lail sedang memanfaatkan kesempatan emas itu. Ia pandangi wajah Syam dari rambutnya, hidung mancungnya, pipi tirusnya, dan semuanya.

Itulah dirimu
Yang kupotret apik
Dalam ingatanku

‘bagaimana bisa wajah tenang dan damai itu menyimpan banyak luka didalamanya ?’ batin Lail

hingga

“Syam bangun, kita udah nemuin posisi Aswa dan aku udah ngelaporin dia kepolisi” kata Anton

Perlahan Syampun mulai membuka matanya dan ternyata sedari tadi Syam tak pernah tertidur, Syam hanya pura-pura tidur. Perlahan Syampun mulai membuka matanya sambil menyeringai.

“waktunya bertindak” ucap Syam sembari pergi
==

Dalam diam
Aku termangu
Mengagumi setiap gores sendu
Dalam senyummu

Lekuk wajah
Seapik khatulistiwa
Bermata sayu
Sesendu nirwana

Itulah dirimu
Yang kupotret apik
Dalam ingatanku

Syair BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang