Chapter 06

218 9 0
                                    

***
Kedua bola mata indah itu menatap benda datar setengah badan dari ukuran badannya, yg ada di depannya. dalam benda itu terdapat pantulan dirinya.
ia meneliti penampilannya malam ini, mulai dari dress yg ia pakai sampai ke make up.
dress berwarna hitam di atas lutut yg menjadi pilihannya malam ini, dengan rambut yg di biarkan tergerai.
serta poni yg di jepit ke sebelah kiri dan make up yg natural. itu yg membedakannya malam ini dengan hari2 biasanya.
Dan tentunya, ia adalah seorang gadis.
gadis yg memiliki nama Prilly.
Malem ini ia akan menghadiri sebuah acara pertemuan 2 keluarga.
gadis itu juga sudah mengetahui tujuan tentang pertemuannya malem ini.
Mama nya yang telah memberitahunya,
tapii ia tidak mengetahui, pertemuannya malam ini dengan keluarga siapa?
dengan berat hati, ia terpaksa menerima.
demi menghargai Mamanya. ia juga ingin, dengan jalan ini mungkin perasaannya nanti akan berubah.
ia akan mencoba dan semoga ini menjadi langkah terbaik yg terpaksa di ambilnya.
.
Prilly sadar, bahwa cinta memang tak harus memiliki,
Mencintai tidak harus mendapatkan,
mencintai juga tidak harus bisa menggenggam..
Ia juga sadar, ia memang ada di dunia ini tapi ia tak pernah ada di dunia lelaki yg amat di cintainya.
Ia dan lelaki yg di cintainya memang berpijak pada bumi yg sama, tapi ia tidak pernah bisa masuk dan berpijak di ruang hati lelaki yg di cintainya.
Ia dan lelaki tercintanya, juga memang menatap langit yg sama tapi ia tak akan pernah bisa menjangkaunya.
hanya terasa ada, walau tak dapat di sentuh.
hanya bisa di pandang,walau tak dapat di jangkau.
.
Prilly menghembuskan nafas, mengingat perjalanan cintanya.
Usahanya menahan sakit, dan sesak.
kini harus berakhir sia2,
Cukup ia jadikan, itu pengalaman dan pelajaran saja, yg tak akan ia sesali.
Itu semua sudah akan jadi kenangan.
Mungkin cukup sampai disini rasa cinta dan sakitnya.
Ia berharap, semoga ia tidak akan lagi merasakan dan mengulangi rasa sakit,
karena kali ini ia benar2 akan mencoba menerima sosok yg akan jadi nyata.
.
Tok tok tok,
Prilly tersentak dari lamunannya. mendengar ketokan pintu kamarnya.
"Sayang...
udah siap belom? masih lama gak?
Mama dan Papa dari tadi udah nunggu kamu lho di bawah." terdengar suara Mamanya dari depan pintu.
"Iyaa Maa.. bentarr,
Prilly udah siap kok." Jawab gadis itu berteriak dari dalam, sebelum beranjak membuka pintu, sesaat ia melihat penampilannya lagi.
setelah itu ia langsung mengambil langkah untuk membuka pintu.
.
"Cantik." 1 kata itu keluar dari mulut wanita paruh baya itu.
setelah melihat penampilan anaknya malam ini.
"Makasih Maa...
Mama juga cantiik,
Pastii Papa makin cinta deh."
Mendengar itu, Mama Prilly tersenyum.
" Anak Mama ini bisa aja deh,
Tapii memang, kalo Mama gak cantik,
cinta Papamu berkurang gitu.." Ucap wanita paruh baya itu, menanggapi ucapan anaknya dengan pertanyaan.
"Iyaa gak gitu juga Maa..
Papa kan gak gitu, Papa itu tulus..
Tetap mencintai Mama di setiap keadaan dan apapun kekurangan Mama."
Wanita paruh baya itu kembali tersenyum,
"Masaaak... kamu kok bisa tau?" Tanya Mama Prilly lagi,
Iseng saja, sebenarnya wanita paruh baya itu sudah lebih tau akan suaminya.
Mama Prilly tidak pernah meragukan rasa cinta suaminya.
"Iyaaa tau lah Maaa...
udah ke buktii kan selama ini,
dari sikap manis, perhatian dan usaha kerass Papa selama ini..
Selain karena tanggung jawab, Papa juga melakukannya itu semua karena cinta." Jelas Prilly.
Senyum wanita paruh baya itu makin mengembang.
Tangannya terangkat ingin mengacak rambut anaknya sayang.
"Eittsss.... Gak boleh,
Ntar kalo rambut Prilly Mama acak, berantakan lagi Doong..
yang ada ntar qt berangkatnya jadii telat,
mereka pasti akan lama nungguin kita disana.."
Ujar Prilly memperingati,
tangannya dengan sigap menahan tangan Mamanya yg ingin mengacak rambutnya.
Wanita di depannya hanya terkekeh,
"Yaa udah yuuk.. berangkat,
Papa udah nunggu kita di bawah." ajaknya, setelah kedua jari tangannya berhasil menjepit hidung anaknya dan menariknya pelan.
.
Bergandengan tangan menuju lantai bawah, disana Prilly langsung mendapati Papanya yg memang sedang menunggu.
Berbasa basi sebentar,
Lalu Papa Prilly berjalan seperti seorang pemimpin yg di kawal,
langkahnya di ekori kedua orang wanita yg berbeda usia.
Setelah 3 orang itu berada dalam mobil,
tanpa membuang waktu, Papa Prilly tancap gas menuju tempat tujuan.

# Bersambung

Katakan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang