Chapter 14

196 6 0
                                    

***
"Prilly.........!"
gadis itu menoleh cepat, mendengar namanya di panggil.. Rendy pun melakukan hal yang sama..
Gadis itu terkejut, melihat siapa yang memanggilnya.. dia Ali.
Prilly mengigit bibir bawahnya, dengan tangan meremas ujung bajunya.. ia merasa takut, melihat gestur wajah Ali yg tampak masam, dengan rahangnya yang mengeras..
pasti laki2 itu marah padanya..
' kenapa dia bisa ada disini, bukannya tadi, dia udah ninggalin gue.. ' batin Prilly bertanya,
Prilly masih diam di tempat, tanpa bergerak mendekati Ali, yang tak jauh di belakang motor Rendy..
"Prill..
Ituu Ali..
kata loe.. dia udah pulang,
kok sekarang, masih bisa ada disini??" Tanya Rendy heran..
Prilly hanya mengedikkan bahu, sebagai jawaban, kalo gadis itu juga tak tau, kenapa bisa Ali ada disini..
"Yaa udah Prill..
samperin gih sana..
gue pulang duluan aja, loe udah ada Ali tu..
kayaknya dia nyesel ninggalin loe.. makanya, balik lagiii.." ceplos Rendy asal.
"Maaf yaa Ren..." ujar Prilly tak enak, Pria itu membalas dengan senyum singkatnya.. lalu Rendy langsung menjalankan motornya, yang memang sejak tadi tak di matikan..
Setelah kepergian sahabatnya, Prilly menghembuskan nafas berat.. sebelum akhirnya ia melangkah.. mendekati Ali, dimana Pria itu berada dengan motornya.
.
" kenapa, nggak jadi..
bareng pacar loe itu... gak cemburu tuh.. loe di biarkan pulang bareng gue.."
ujar Ali, bola matanya menatap lurus ke depan.. tanpa melihat Prilly yang sudah ada di sampingnya.
" Dia bukan pacar aku.., kita hanya sahabat.." ucap Prilly takut2..
Ali mendengus, seolah tak percaya akan pernyataan Prilly..
" sebenarnya.. loe bisa gak sih, menghargai keputusan keluarga loe... Kalo memang loe menghargainya..seharusnya loe bisa jaga sikap.." pernyataan ambigu Ali, membuat dahi Prilly mengernyit bingung..
"Maksudnya..?" tanya Prilly tak mengerti.. sikapnya yang mana, yang salah.. yang di kait2kan Ali, tak menghargai keputusan keluarganya...
"Udahlah...
mending loe naik sekarang, cepat.." perintahnya, dengan tatapan yang masih lurus ke depan..
Prilly akhirnya, menaiki motor Ali..
tepat di belakang lelaki itu..
Dalam diam, Prilly masih memikirkan ucapan Ali..
sikapnya yang saat ini, di kaitkan tak menghargai keputusan keluarganya..
jika memang tidak menghargai, Prilly pasti akan menolak keputusan keluarganya.. tapi tidak, Prilly tidak melakukan itu.. karena gadis itu menerima perjodohannya dengan hati terbuka..
jadi sikapnya yang mana.. yang menurut Ali harus di jaga..
memang seperti itulah adanya, sikapnya sehari2 pada keluarga, sahabat dan teman2nya..
keluarga, sahabat dan teman2nya pun tak ada yang menegurnya, kalo memang ada sikapnya yang tak mengenakkan.. mereka aman2 aja..
terus maksud Ali sikapnya yang mana yang salah.. sehingga Pria itu, dengan mudahnya bilang.. sikapnya tak menghargai keputusan keluarganya..
memikirkan itu, membuat Prilly pusing... Ali ini hanya bikin penyakit penasarannya kambuh..
"Mau sampai kapan diem disitu..
gak mau turun.." Ucapan Ali membuat Prilly berjengit sadar.. ia mengerjap dari keterlamunannya. gadis itu menoleh kanan kiri.. ini rumahnya. ternyata Prilly sudah sampai di rumahnya.
gadis itu bergerak turun, dari boncengan Ali..
" Emm... terima kasih yaa..
kamu gak mau mampir dulu.." Tanya Prilly setelah melihat Ali hendak meng-gas motornya kembali..
"nggak.. makasiih..
lain kali aja.." tetap dingin. tanpa menatap Prilly.
sebelum Pria itu pergi, Prilly dengan cepat memegang lengannya..
"ada apa lagi..??" Ujar Ali kesal, karena kepergiannya di cegah.
"Maaf Lii..
emm.. aku mau tanya?
maksud dari pernyataan kamu itu...
tentang sikapku yang tak menghargai keputusan keluargaku..Sikap ku yang mana??" tanya Prilly, memberanikan diri..
meski jantungnya kini sedang berolahraga ria.. tapi Prilly merasa harus menanyakannya.. dia tidak bisa memecahkannya sendiri.. jika memang ada yang salah..gadis itu pasti akan memperbaikinya..
Pria itu mendengus, dengan lirikan bola matanya.. pada tangan Prilly yang tak di lepaskan dari lengannya...
Menyadari lirikan mata tajam Ali, dengan cepat Prilly melepaskan tangannya dari lengan Pria itu..
" Yang lebih tau, itu diri loe.."
" Tapi Lii..??" Prilly masih tak puas.. ngeyel.. tetap ingin bertanya..
"Apalagi sih..??" nada bicara Ali mulai menggeram...
" Semua yang terjadi pada diri aku, aku memang yang ngerasain.. aku juga yang ngejalanin..
orang2 hanya melihat, menerima baik dan buruknya..
kalo pun ada salah, yang ku lakuin..
aku pasti lebih dulu ngerasain itu..
Tapi terkadang tak semua apa yang aku lakukan itu baik dan benar untuk mereka yang memiliki stigma.. Karena aku hanya manusia,
aku bermaksud baik, belum tentu benar buat mereka..
stigma orang2 itu berbeda2 Lii..
jadi tolong.. kamu sebagai orang yang melihat, akan semua sikap ku..
kalo sikap ku memang ada yang keliru..
beri tahu aku.. agar aku bisa segera memperbaikinya.." Papar Prilly panjang lebar.. meski itu tadinya ragu2 mengatakannya, namun akhirnya tetap ia katakan.. karena rasa penasarannya lebih mengungguli, dari pada rasa nggak enaknya terhadap Ali..
.
Ali menghembuskan nafas jengah.. dengan putaran bola mata..
"Udah ngomongnya..??" tanyanya,
Prilly mengangguk, gadis itu tak berani mendongak membalas tatapan tajam Ali yang kini sedang menatapnya.. yang masih tampak nyaman, duduk di atas motornya.
"Ok.. gue jawab, tapi gue mau tanya dulu sama loe..
pertama, status gue dan loe sekarang apa?" tanya Ali.. dengan tatapan dalamnya kepada gadis yang kini sedang menunduk, di samping kirinya..
"Tunangan.." jawab Prilly lirih..
" Terus kita terikat status gini, itu karena siapa?"
"Orang tua kita.." jawab Prilly apa adanya..
" dan pertanyaan yang ketiga,
apa masih pantes.. status tunangan masih bermesraan dengan cowok lain, di depan umum..
Menurut gue itu bukan sebuah kepantasan.. melainkan sikap yang di pantaskan oleh loe sendiri... dan apa itu yang namanya menghargai orang tua..??" Tukas Ali.. memecahkan rasa penasaran Prilly yang menggelayuti pikiran gadis itu..
Gadis itu mengernyit, berfikir..
' siapa laki2 yang di maksud Ali, bermesraan dengan gue..
Apa Rendy??
dia kan sahabat gue.. dan mesra apanya, yang ada berantem muluu..' Batin Prilly meracau.
" maksud kamu, cowok itu Rendy.." tanya Prilly meyakinkan.. sebab ia tak merasa dekat dengan laki2 manapun selain memang sama Rendy, sahabatnya..
.
Ali diam, tak menjawab..
dan Prilly menganggap, diam Ali adalah jawaban iyaa..
" Rendy.. itu sahabat aku,
kita bercanda memang udah biasa.." Prilly menjelaskan..
Ali berdecak, jengah..
jawaban Prilly tidak sesuai dengan ekpekstasinya..
" Yaa udah lah.. terserah loe..
gue gak peduli, mau loe nanti makin mesra tanpa batasan pun juga, gue gak peduli..
gue capek..," Dengan kesal dan jengkelnya Ali menghidupkan motornya dan pergi dari hadapan gadis itu..
Entah kenapa, Ia begitu tak suka melihat kedekatan Prilly dan Rendy yang katanya bersahabat, bermesraan di tempat umum, menurut Prilly biasa... tapi tak biasa menurutnya..
saat di kantin tadi, Ali melihat sendiri pemandangan yang membuat emosinya hidup..
Ali mati2an menahan marah dan geramannya..
Sebab jika emosinya meledak, ia pasti tak segan2 akan menyeret paksa Prilly hingga menjauh dari Rendy...
tapi Ali berhasil menahan amarahnya... rasio nya yang menguatkan untuk tidak melakukannya..
jika rasio nya tak berhasil mencegah,
Ali.. bukan hanya akan mendapat tatapan kebingungan, kecengangan, dan raut skeptis teman2nya yang sedang menikmati istirahatnya di kantin..
tetapi, tindakannya itu pasti akan mengundang banyak tanya dan sudah pasti akan menjadi hot gosip di sekolahnya..
Selain itu, Ali juga tak memiliki alasan konkrit untuk Prilly.. atas kemarahannya..
Dan untunglah Ali berhasil mengendalikan amarahnya..
sehingga tak melakukan aksi konyolnya..
tapi kenapa ia harus marah??
pentingkah gadis itu untuknya..??
Ali rasa tidak, sebab perjodohan pun.. ia terpaksa menerimanya.. bukan karena ia mencintai Prilly..
Lalu apa sebabnya, ia saat inii marah.. hanya karena tunangannya saat ini terlihat dekat dengan Pria lain..
bukannya itu malah bagus... Ali bisa memberikan alasan itu kepada orang tuanya, dengan begitu perjodohan yang ia terpaksa terima, akan berakhir atau putus..
ada satu celusan nyerii di hatinya, ketika 1 kata putus terbersit di fikirannya..
apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?? mengapa rasanya hatinya tak merelakan hubungannya berakhir.. apakah gadis itu, sudah berhasil membobolkan pertahanan hatinya.. untuk tidak jatuh cinta..??
tapi apakah secepat inii.., tidak.. ia tidak yakin itu cinta..
Ali menggeleng, di dalam deru motor dan angin yang berhembus..
Pria itu masih tak yakin akan perasaannyaa.. tapi kemarahannya itu, memvonisnya kalo memang Ali itu cemburu..
cemburu?? Ali mendesah frustasi..
.
ternyata seseorang yang ia anggap kesialannya..
seseorang yang tak pernah di inginkannya..
seseorang yang dengan terpaksa Ali ikat..
tanpa di beri izin.. dia telah begitu pintar menyelinap dan masuk, dengan modal wajah polosnya..
Dia, Prilly.. telah nyaman tinggal di hatinya. tanpa ia sadari sebelumnya..



#Bersambung

Katakan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang